Allah menciptakan laki-laki dan perempuan, menjadikan mereka berpasang-pasangan supaya diantara keduanya menjadi tentram. Adanya suami dan istri tentu saja akan menimbulkan hak dan kewajiban. Tanggung jawab antara suami dan istri tentu saja ada sebagai bentuk menjalankan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama.
Walaupun dalam islam, laki-laki adalah imam atau kepala keluarga, akan tetapi bukan berarti ia bisa semena-mena dan seenaknya saja dalam mengatur keluarga tanpa nilai dan pertanggungjawaban yang baik. Seorang laki-laki tentu sebagaimana seorang yang dikatakan pemimpin dalam perusahaan, organisasi, ataupun negara. Tidak sama dengan seorang pemimpin selalu benar, dan selalu harus diikuti. Sebagai pengikut pemimpin kita pun juga harus memberikan masukan dan kritik agar berjalan lebih baik lagi.
Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An Nisaa’ : 34)
Begitupun dalam keluarga. Suami dan istri memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing. Tidak ada yang lebih tinggi derajatnya, yang berbeda hanyalah fungsi dan perannya saja.
Istri juga memiliki kewajiban terhadap suami. Walaupun seorang suami memiliki kewajiban menafkahi dan memberikan harta yang cukup untuk keluarga, istri juga memiliki peran. Wanita dalam islam juga memiliki peran dan tanggung jawab yang besar.
Tidak heran jika hadist nabi mengarakan bahwa masyarakat ditentukan oleh perempuannya. Perempuan yang menjaga aurat dan perempuan yang bisa menjadi madrasah bagi anak-anak dan keluarganya adalah wanita yang luar biasa. Mampu menjadi penyelemat umat.
Tentu saja dalam islam ada Kewajiban dalam Rumah Tangga Menurut Islam, Kewajiban Wanita Setelah Menikah Menurut Al-Quran dan Hadist, Kewajiban Laki-Laki Setelah Menikah dalam Islam, Kewajiban Suami terhadap Istri dalam Islam, dan Kewajiban Suami terhadap Istri dalam Islam. Hal-hal tersebut dalam islam wajib dilakukan dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Berikut adalah kewajiban istri terhadap suaminya.
Menjadi pendamping yang baik bukan saja hanya menjadi orang yang selalu mengikuti dan selalu mentaati apa yang dikatakan oleh suami. Menjadi pendamping yang baik adalah yang mampu menjaga dan mengembangkan suaminya dengan hal yang benar. Istri harus bisa menjadi tempat berkeluh kesah suami, memberikan saran-saran yang membangun, serta kritik yang membuat seseorang menjadi evaluasi, bukan malah menjadi down atau berhenti dalam berjuang. Misalnya saja mengingatkan suami tentang Cara Menjaga Pandangan Menurut Islam dan Cara Menjaga Pandangan Mata.
Istri yang baik tidak harus selalu menjadi lemah di hadapan suaminya. Istri harus kuat, karena cobaan dan tantangan membangun keluarga akan selalu ada. Untuk itu yang harus memiliki kekuatan bukan hanya seorang suami, melainkan keseluruhan anggota keluarga. Sering kali ini menjadi masalah, padahal istri juga manusia yang memiliki hak untuk bisa berkembang.
Baca:
Seorang istri juga harus mampu untuk memberikan kebutuhan biologis dan psikologis. Di sisi yang lain, wanita juga memiliki kebutuhan tersebut. Untuk itu, wanita yang menjadi istri juga berhak atas hal tersebut. Kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis adalah kebutuhan yang pasti dimiliki oleh setiap anggota keluarga. Tidak ada yang tidak membutuhkan kebutuhan tersebut.
Dalam hal ini yang terpenting adalah istri dan suami bisa terbuka, berkomunikasi, dan menyampaikan masalah, agar ketenangan batin dan hati bisa tetap terjaga. Yang terpenting dalam keluarga bukan hanya sekedar bagaimana hidup bersama, namun lebih penting dari itu adalah mampu berjuang bersama.
Istri mendapatkan nafkah dan harta dari suami. Istri harus mampu untuk mengelola harta yang diberikan suaminya agar menjadi harta yang produktif dan jauh dari penggunaan yang konsumtif atau kontra produktif. Istri harus cerdas dan mampu untuk mengambil keputusan. Peran dalam rumah tangga tentu saja bukan hanya salah satunya, namun kedua-duanya.
Peran dalam rumah tangga terkadang dilimpahkan kepada istri. Sebetulnya, jika dipahami, maka suami pun juga berkewajiban membantu istrinya. Suami bukan Tuhan, yang selalu benar. Untuk itu, dibutuhkan kerja sama dan semangat bersama dalam membangun rumah tangga.
Baca:
Dari kewajiban-kewajiban tersebut, maka sejatinya seorang istri memang tidak boleh untuk melawan suaminya. Sebagaimana disampaikan oleh ayat diatas, Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya, maka bisa dipahami bahwa wanita tidak boleh untuk melawan suaminya.
Istri yang melawan suami ini tentu saja kerangkanya bukan pada suami yang berlaku sewenang-wenang dan melakukan kemaksiatan. Ketaatan ini adalah dalam rangka menegakkan perintah Allah, dan juga melaksanakan perintah Allah.
Wanita-wanita jahiliah di masa lalu sering kali melakukan kejahiliahan dan kemaksiatan, untuk itu jika suaminya memberi tahu dan melarangnya untuk berbuat jahil, maka ia pun harus mengikutinya. Kerangka berpikir ini bukan hanya sekedar taat pada suami. Melainkan harus ada pertanyaan lagi: Suami yang seperti apa, suami yang melaksanakan tanggung jawab apa, dan konteks seperti apa.
Tentu saja kita tidak ingin jika melaksanakan ketataan dan memberikan kepatuhan pada suami namun pada hal-hal yang menentang pada hukum Allah dan bertentangan dengan ketetapan Allah. Untuk itu, ketaatan pada Allah adalah diatas segala-galanya dan rangka menjalankan Rukun Iman, Rukun Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hati Nurani Menurut Islam.
Semoga kita kelak menjadi seorang istri yang benar-benar menjalankan hukum Allah, dan meninggalkan kemaksiatan agar mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat. Sesunggunya hanya Allah sebaik-baik tempat untuk kembali.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…