Guru Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/guru Wed, 17 Feb 2021 16:00:26 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png Guru Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/guru 32 32 Muliakanlah Gurumu, Maka Ilmu itu Ada Padamu https://dalamislam.com/info-islami/muliakanlah-gurumu-maka-ilmu-itu-ada-padamu Wed, 17 Feb 2021 15:57:01 +0000 https://dalamislam.com/?p=9334 Pernahkah Anda merasakan saat diajari oleh seorang guru, ilmu yang Anda dapat hanya bertahan satu hingga dua hari, selebihnya lupa? Mengapa hal demikian terjadi? Apakah Anda memang orang yang pelupa, tidak mengulangi pelajaran di rumah, atau apa mungkin ilmu yang Anda dapatkan tidak berkah? Ilmu yang menempel sebentar saja di ingatan kita, bisa jadi karena […]

The post Muliakanlah Gurumu, Maka Ilmu itu Ada Padamu appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pernahkah Anda merasakan saat diajari oleh seorang guru, ilmu yang Anda dapat hanya bertahan satu hingga dua hari, selebihnya lupa? Mengapa hal demikian terjadi? Apakah Anda memang orang yang pelupa, tidak mengulangi pelajaran di rumah, atau apa mungkin ilmu yang Anda dapatkan tidak berkah?

Ilmu yang menempel sebentar saja di ingatan kita, bisa jadi karena ilmu yang kita dapatkan dari guru kita itu tidak berkah? Sebab ilmu tidak berkah itu adalah kurangnya adab dan perilaku kita terhadap seorang guru. Di hadapan guru terlihat patuh dan manis, namun di belakang guru mencaci dan menertawai sang guru. Sayangnya, praktik seperti ini sering kali terjadi di sekolah masa kini.

Seorang murid hendaknya menyadari, tanpa guru dia bukanlah siapa-siapa. Dia tidak tahu apa-apa. Seorang murid hendaknya menyadari untuk memuliakan gurunya, menghormati, dan menyayangi gurunya. Jika seorang murid berhasil melakukan hal ini dengan tulus, maka ilmu yang diberikan oleh guru itu akan masuk ke alam bawah sadar murid dan seorang murid akan mengingatnya untuk seumur hidupnya.

Mari kita teladani mereka yang memuliakan guru, sehingga ilmu baginya adalah hal yang mudah untuk diserap. Ilmu adalah hal yang menghiasi kehidupannya sehari-hari

Imam Syafi’i dalam Memuliakan Guru

Kita semua mengenal Imam Syafi’i. Dialah tokoh ulama yang memiliki ilmu pengetahuan luas dan rendah hati. Alkisah suatu hari, beliau mencium tangan seorang lelaki tua diiringi dengan pelukan hangat kepada lelaki tua tersebut. Kontan, hal ini membuat tanda tanya besar kepada para sahabat dan murid Imam Syafi’i.

Salah seorang sahabatpun bertanya, “Wahai Imam mengapa Engkau mencium tangan dan memeluk lelaki tua itu? Bukankah masih banyak ulama yang pantas diperlakukan seperti itu dari pada dia?”

“Ia adalah salah seorang guruku. Oleh sebab itu, aku memuliakannya. Pernah suatu hari aku bertanya padanya bagaimana mengetahui seekor anjing setelah dewasa? Dan Ia pun menjawab, untuk mengetahuinya cukup dengan melihat apakah anjing itu mengangkat kakinya sebelah ketika hendak kencing. Jika iya, maka anjing itu telah dewasa.”

Begitu luar biasanya Imam Syafi’I dalam memperlakukan gurunya. Meskipun ilmu yang didapat Beliau dari orangtua itu terkesan remeh, namun Imam Syafi’i tetap memperlakukannya dengan mulia, tidak ubahnya seperti gurunya yang lain.

Karena salah satu sikap Imam Syafi’I inilah maka Beliau sangat terkenal dengan kerendahan hati dan kemuliaan akhlaknya. Imam Syafi’I, ulama yang berpengetahuan luas dan disayangi oleh umat.

Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat nabi yang dijamin masuk surga. Ali adalah orang yang sederhana. Dunia di mata Ali adalah sebagai tempat persinggahan sementara, akhiratlah yang abadi. Istri Ali adalah Fatimah, putri Rasulullah SAW. Kehidupan rumah tangga mereka merupakan cermin kehidupan rumah tangga yang sederhana namun bahagia itu ada di dalamnya.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Saya adalah kota ilmu dan Ali sebagai pintunya.” Dari sabda Beliau dapat kita simpulkan bahwa Ali bin Abi Thalib memiliki ilmu yang sangat luas dan tinggi sehingga Beliau sendiri menjulukinya Babul Ilmi (pintu ilmu pengetahuan). Ali mendapatkan ilmu yang demikian tingginya, salah satu sebabnya adalah Ali memuliakan sang guru.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Aku adalah hamba dari siapapun yang mengajariku walaupun hanya satu huruf. Aku pasrah padanya. Entah aku mau dijual, dimerdekakan, atau tetap sebagai seorang hamba”

Demikianlah betapa Ali bin Abi Thalib begitu memuliakan gurunya. Sebab Beliau menyadari, tanpa seorang guru, Ia bukanlah siapa-siapa. Bahkan Ali mengibaratkan hubungan guru dengan murid adalah ibarat hamba sahaya dengan tuannya. Seorang hamba pada tuannya, hal ini berarti sang murid siap melakukan apa saja yang dititahkan oleh seorang guru.

Ali melakukan ini bukan tanpa alasan. Sebab Ali mengetahui melalui seorang gurulah  hidupnya bisa berubah. Tidak menjadi buta lagi akan ilmu, namun kehidupan dan pemikiran terbuka karena ilmu yang diajarkan sang guru.

Oleh karena itu, mari muliakan guru kita. Hormati guru-guru kita, meskipun Beliau mengajari kita hanya sementara. Jika kita dapat melakukan hal ini dengan tulus, rasakanlah ilmu yang diajarkan Beliau terhadap kita dengan mudahnya dapat kita serap. Tidak ada batas perantaranya lagi. Ibarat kain menyerap air dengan mudah.

The post Muliakanlah Gurumu, Maka Ilmu itu Ada Padamu appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Adab Menuntut Ilmu Terhadap Guru Dalam Islam https://dalamislam.com/akhlaq/adab-menuntut-ilmu-terhadap-guru Sat, 26 Oct 2019 03:59:20 +0000 https://dalamislam.com/?p=7969 Guru memiliki peran yang penting dalam kehidupan dunia ini. Seorang guru mengajarkan ilmu kepada muridnya dengan harapan bahwa ilmu tersebut akan tertanam dalam muridnya. Pekerjaan ini sungguh mulia, terlebih bila yang diajarkan ialah ilmu agama Islam. Dalam Islam, tidak hanya diajarkan tentang ilmu tauhid Islam, tetapi juga diajarkan tentang bagaimana kita bisa mengetahui yang hak […]

The post Adab Menuntut Ilmu Terhadap Guru Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Guru memiliki peran yang penting dalam kehidupan dunia ini. Seorang guru mengajarkan ilmu kepada muridnya dengan harapan bahwa ilmu tersebut akan tertanam dalam muridnya. Pekerjaan ini sungguh mulia, terlebih bila yang diajarkan ialah ilmu agama Islam.

Dalam Islam, tidak hanya diajarkan tentang ilmu tauhid Islam, tetapi juga diajarkan tentang bagaimana kita bisa mengetahui yang hak dan yang bathil, yang baik dan yang buruk. Oleh karena begitu pentingnya peran seorang guru, maka dalam Islam begitu dimuliakan.

Seorang murid harus bisa bersikap baik saat berhadapan dengan gurunya. Karena keridhaan guru pada muridnya mempengaruhi tingkat keberhasilan seorang murid dalam mempelajari ilmu yang diajarkan. Lalu bagaimanakah seharusnya adab menuntut ilmu terhadap guru?

Simak selengkapnya berikut ini!

Menghormati Guru

Guru bukan hanya seseorang yang mengajarkan kita ilmu, tetapi juga sebagai pengganti orang tua kita di tempat belajar. Maka, sudah sepantasnya kita menghormatinya sebagaimana kita menghormati orang yang lebih tua dari kita. Beberapa cara menghormati guru dalam Islam yakni dengan memperhatikan apa yang diucapkannya tanpa menyela atau memotong perkataannya, bersikap rendah diri dan tidak mengujinya dengan banyak pertanyaan yang tidak semestinya. Sebagaimana yang tertuang dalil di bawah ini.

Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu berkata,

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Salam berkata, “Aku tidak pernah sekalipun mengetuk pintu rumah seorang dari guruku, karena Allah berfirman,

وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Kalau sekiranya mereka sabar, sampai kamu keluar menemui mereka, itu lebih baik untuknya” (QS. Al Hujurat: 5).

Adab Duduk

Pada umumnya, seorang murid belajar dalam keadaan duduk. Dalam posisi duduk pun, ada adab yang perlu diperhatikan.

Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”

Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis.”

Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi gurunya”.

Dari dalil di atas, diketahui bahwa ada larangan duduk bersandar dalam Islam saat menuntut ilmu.

Adab Berbicara

Guru adalah orang yang telah mengajarkan kebaikan pada muridnya. Jadi, seorang murid harus bisa bersikap baik pula pada gurunya. Perhatikanlah etika berbicara dalam Islam pada orang tua, guru dan sesama.

Abi Said al Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan,

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

Itulah beberapa adab menuntut ilmu terhadap guru dalam sudut pandang Islam. Semoga para pembaca semua dapat mengamalkannya dan memperoleh hikmat darinya. Serta menjadi pribadi yang senantiasa istiqomah dalam Islam. Aamiin.

The post Adab Menuntut Ilmu Terhadap Guru Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Belajar Agama Tanpa Guru dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-belajar-agama-tanpa-guru Wed, 23 Jan 2019 11:05:22 +0000 https://dalamislam.com/?p=4944 Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Menjadi pribadi yang berilmu menjadikan diri kita memiliki derajat yang lebih tinggi. Kewajiban menuntut ilmu sendiri telah dianjurkan dalam banyak dalil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas […]

The post Hukum Belajar Agama Tanpa Guru dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Menjadi pribadi yang berilmu menjadikan diri kita memiliki derajat yang lebih tinggi. Kewajiban menuntut ilmu sendiri telah dianjurkan dalam banyak dalil.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913)

Allah Ta ‘ala berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” (QS. An-Nuur [24]: 51).

Baca juga;

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,

( وَقَوْله عَزَّ وَجَلَّ : رَبّ زِدْنِي عِلْمًا ) وَاضِح الدَّلَالَة فِي فَضْل الْعِلْم ؛ لِأَنَّ اللَّه تَعَالَى لَمْ يَأْمُر نَبِيّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَلَبِ الِازْدِيَاد مِنْ شَيْء إِلَّا مِنْ الْعِلْم ، وَالْمُرَاد بِالْعِلْمِ الْعِلْم الشَّرْعِيّ الَّذِي يُفِيد مَعْرِفَة مَا يَجِب عَلَى الْمُكَلَّف مِنْ أَمْر عِبَادَاته وَمُعَامَلَاته ، وَالْعِلْم بِاَللَّهِ وَصِفَاته ، وَمَا يَجِب لَهُ مِنْ الْقِيَام بِأَمْرِهِ ، وَتَنْزِيهه عَنْ النَّقَائِض

“Firman Allah Ta’ala (yang artinya),’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan”. (Fathul Baari, 1/92)

Belajar tanpa guru bisa menyebabkan kesesatan

Mempelajari suatu agama, terutama agama Islam hendaknya dilakukan melalui guru. Meskipun saat ini banyak sekali teknologi yang semakin memudahkan seseorang untuk belajar agama, tapi hendaknya tetap memiliki guru untuk mendapatkan pengajaran agama yang tepat.

Belajar tanpa guru dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam ajaran yang salah. Mempelajari agama Islam tanpa guru menyebabkan kebingungan bagi diri sendiri karena tidak adanya keteguhan dalam belajar. Maka dari itu hukum belajar agama tanpa guru tidak dianjurkan.

Syaikh Abu Yazid al Bustamiy (wafat 261 H, seorang sufi[1] bermadzhab Hanafi) mengatakan:

من لم يكن له شيخ فشيخه الشيطان
“Barangsiapa tidak memiliki guru maka gurunya adalah syaithan.” (Tafsir Rûhul Bayân, 5/264).

Baca juga:

Allah berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya.” (QS. Al-Israa’:36)

Bahaya belajar tanpa guru

Bahaya dari belajar tanpa guru juga terdapat dalam sebuah cerita. Tuma al-Hakim adalah seorang tabib (dokter) yang menjadi simbol kebodohan pada masa itu. Ayahnya adalah seorang dokter. Setelah orang tuanya meninggal dunia, ia mewarisi banyak buku kedokteran milik orang tuanya tersebut. Ia pun sibuk menelaah buku-buku tersebut, dan dia membaca dibuku tersebut:

الحَبَّةُ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ
habbatusauda (jintan hitam) adalah obat untuk segala penyakit (HR. al Bukhary)

Namun ternyata kitab yang ia baca sudah usang atau mengalami kesalahan saat ditulis, sehingga satu titik huruf ba menjadi dua titik, jadilah dia baca:

الحَيَّةُ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ
yang artinya adalah ular hitam adalah obat untuk segala penyakit.

Baca juga:

Dalam satu riwayat lain, akhirnya ia meninggal dunia karena digigit ular hitam saat pergi mencarinya untuk obat, sedangkan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa ia menyebabkan kematian banyak orang karena memberi mereka obat yang terbuat dari olahan ular hitam.

Contoh kisah di atas menunjukkan bahwa betapa bahayanya jika seseorang menelaah suatu ilmu tanpa seorang guru yang berpengalaman. Bukan hanya kesesatan bagi diri sendiri, tapi juga menyebabkan kesesatan bagi orang lain.

Sungguh seseorang yang telah tersesat dalam mempelajari ilmu agama, maka tidak akan mendapatkan manfaat apapun.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)

Dalam riwayat An Nasa’i,

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)

Baca juga:

Dalam riwayat lain dikatakan,

إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى

(Wahai Rabb), sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”(HR. Bukhari no. 7050).

Itulah hukum belajar agama tanpa guru dalam Islam. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

The post Hukum Belajar Agama Tanpa Guru dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
12 Cara Menghormati Guru Dalam Islam Paling Dianjurkan https://dalamislam.com/akhlaq/cara-menghormati-guru-dalam-islam Tue, 09 Oct 2018 04:57:04 +0000 https://dalamislam.com/?p=4475 Kita harus berbuat baik atau berbakti tidak hanya kepada kedua orang tua. Kita juga diperintahkan untuk berbuat baik atau berbakti kepada guru. Guru-guru kita lah yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kita. Sebagai pendidik, guru membentuk kita menjadi manusia yang beriman, mengerti tentang hal yang baik dan buruk, berbudi pekerti luhur, dan menjadi orang […]

The post 12 Cara Menghormati Guru Dalam Islam Paling Dianjurkan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kita harus berbuat baik atau berbakti tidak hanya kepada kedua orang tua. Kita juga diperintahkan untuk berbuat baik atau berbakti kepada guru. Guru-guru kita lah yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kita. Sebagai pendidik, guru membentuk kita menjadi manusia yang beriman, mengerti tentang hal yang baik dan buruk, berbudi pekerti luhur, dan menjadi orang yang bertanggung jawab, baik kepada diri sendiri, masyarakat di sekitar kita, bangsa, maupun negara. Mari menghormati guru yang telah banyak berjasa kepada kita.

Bagimanakah cara menghormati guru dalam ajaran islam sebgaimana pentingnya kedudukan guru dalam islam . Simak 13 Cara Menghormati Guru Dalam Islam paling dianjurkan berikut ini.

  1. Tidak Lupa Selalu Mnegucapkan Salam

Banyak sekali anak didik zaman sekarang yang sulit mengucap salam saat berjumpa dengan gurunya. Entah malas atau malu sehingga yang ia lakukan hanyalah tersenyum atau bahkan kabur enggan dilihat gurunya di jalan. Ketahuilah sikap yang seperti itu sungguh tidak sopan dan tidak menghormati guru. Maka hendaklah menghormatinya dengan mengucapkan salam ketika berjumpa dengannya di mana dan bagaimana pun keadaannya.

2“Sami’na Wa Atha’na”

Mentaati guru adalah sebuah keharusan jika ingin mendapatkan keberkahan ilmu. Sebagai anak didik yang sholih dan baik maka jalanilah apa yang guru perintahkan selama tidak dalam kemaksiatan. Terkadang seorang murid merasa bahwa guru bukanlah orang tua kandung jadi masa bodo mau taat atau tidak. Nah, sikap yang seperti itulah sangat salah besar sebgaimana hukum menuntut ilmu .

3. Bersikap Antusias Saat Guru Sedang Mnegajar

Selanjutnya yaitu antusias atau menyimak dengan baik materi yang diajarkan oleh guru. Apabila saat belajar, anda malah tidur atau mengobrol maka hal itu akan menyakiti hati guru yang sedang menyampaikan pelajaran. Mengapa? karena sikap tersebut sama halnya dengan meremehkan dan tidak menghormati gurunya ebgaimana juga dalam fungsi iman kepada Allah.

4. Bersikap Lemah Lembut

Guru bukanlah orang tua kandung kita, namun mereka juga orang tua kita di sekolah. Mereka yang mendidik kita dengan penuh keikhlasan. Maka tidak sepantasnya apabila seorang murid berkata keras di hadapan mereka. Sebagai bentuk rasa hormat terhadap guru maka perlakukanlah mereka dengan baik dan mulia. Berbicara dengan lembut dan sopan. Tidak berteriak dan membentaknya.

Allah berfirman,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

5. Tidak Memotong Pembicaraan Guru

Saat guru sedang mengajar dan menjelaskan materi di kelas maka jangan sampai kita menyela pembicaraannya. Jika ingin bertanya atau mengatakan sesuatu misal ingin izin, sebaiknya tunggulah sebentar sampai guru selesai menjelaskan materi tersebut. Tidak baik bila kita memotong di tengah tengah penjelasan guru.

6. Selalu Mengerjakan Tugas dengan Tepat Waktu

Bentuk rasa hormat kita terhadap guru yang lain ialah selalu mengerjakan amanah atau tugas yang diberikan oleh guru kita. Meskipun guru tidak marah jika anda tidak mengerjakannya namun hal itu sangatlah tidak sopan dan sama halnya dengan meremehkan guru.

Dan janganlah menunda nunda, saat guru memerintahkan kapan waktu dikumpulkannya tugas maka saat itulah anda harus mengumpulkannya. Jika tidak, berarti kalian tidak menghormatinya sebagai seorang guru dan cenderung meremehkan sebagimana cara berdakwah yang baik menurut islam .

7. Selalu Meminta Izin Saat Ada Keperluan Mendesak

Ketika proses KBM di kelas sedang berlangsung semua murid hendaknya fokus dan siap menerima semua materi yang disampaikan. Apabila di tengah ada hajat yang harus dilakukan misalnya ingin buang air maka jangan langsung lari keluar kelas. Karena hal itu sangat tidak sopan dan tidak menghormati keberadaan gurunya di kelas. Jadi, alangkah baiknya jika meminta izin terlebih dahulu sebelum ke kamar mandi.

8. Selalu Berterima Kasih

Meskipun guru tidak memberikan apapun yang bersifat material maka tetaplah berterimakasih padanya karena telah memberi ilmu yang sangat bermanfaat dan mampu mengubah akhlak dan pola hidup anda. Serta membawa kesuksesan dalam mengarungi kehidupan sebgaimana cara bersedekah di bulan ramadhan .

Apalagi anda diberi sesuatu oleh guru. sebaiknya langsung berterimakasih dan jangan malu, sungkan atau gengsi untuk mengucapkannya. Karena sikap tersebut sangat mulia dan sebagai bentuk rasa hormat kita terhadap guru.

9. Mendengarkan Nasihat Guru

Pada hakikatnya guru adalah orang tua kita saat berada dilingkungan sekolah. Maka sudah selayaknya dan sangat wajar jika mereka selalu memberi arahan dan nasehat terhadap anak didiknya, supaya menjadi manusia yang berguna dan sholih. Sebab itulah dengarkan nasehat mereka, selama tidak melanggar perintah Allah maka taatilah dan hormati nasehat mereka. Hendaknya sebagai seorang anak tidak membantah nasehat seorang guru.

10. Meminta Doa Saran dan Petunjuk

Sebagai bentuk penghormatan kita terhadap guru ialah melibatkan mereka di saat mendapat kesusahan dalam menentukan sebuah urusan. Seperti ketika hendak bekerja di luar negeri maka sebaiknya anda meminta saran dan petunjuk guru terkait keinginan anda tersebut.

Dengan seperti itu maka guru akan merasa dianggap dan dihormati oleh anak didiknya. Jangan lupa seyogyanya selalu minta doa dari guru pada setiap urusan yang akan kita jalankan. Pada setiap kesusahan yang kita alami. Karena doa guru bagaikan doa orang tua yang insyaallah mustajab.

11. Selalu Mencium Tangan Guru

Meskipun sangat sepele namun inilah salah satu bentuk penghormatan kita terhadap guru. Ketika berjumpa dengan keduanya maka segeralah berjabat tangan disertai mencium punggung telapak tangan mereka. Dengan begitu guru akan senang dan bahagia dengan sikap anak anak didknya. Ridha Allah adalah Ridha guru selaku orang tua sebgaimana juga cara berfikir positif dalam islam .

12. Selalu Berkabar dan Tak Sungkan Mneyapa di Jalan

Poin yang terakhir ditujukan bagi anak didik yang telah lulus dan tidak lagi berada dalam masa pembelajaran. Di saat seperti itulah, guru akan selalu berharap bahwa anak didiknya sukses  . Jadi hendaknya kalian selalu memberikan kabar baik kepada mereka dan tak sungkan menyapa saat bertemu di jalan Selain itu tanyakan juga bagaimana kabar guru anda tersebut, hal tersebut sudah sangat menyenangkan buat mereka.

13. Menyanyangi Guru Seperti Kedua Orang Tua

Berikut kisah Imam Syafi’i Hormat kepada Gurunya Dikisahkan,

Imam Syafi’i yang sedang mengajar para santrinya di kelas, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang berpakaian lusuh, kumal dan kotor. Akan tetapi Imam Syafi’i langsung mendekati dan memeluknya. Para santri kaget dan heran melihat perilaku gurunya itu. Mereka bertanya: “Siapa dia wahai Guru, sampai engkau memeluknya erat-erat. Padahal ia seorang kumuh, kotor, dan menjijikkan?”

Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya, meskipun dari masyarakat biasa.

The post 12 Cara Menghormati Guru Dalam Islam Paling Dianjurkan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kedudukan Guru di Dalam Islam https://dalamislam.com/info-islami/kedudukan-guru-di-dalam-islam Tue, 26 Jun 2018 04:44:36 +0000 https://dalamislam.com/?p=3602 Guru atau dalah bahasa arab dikenal dengan sebutan ustad bagi guru laki-laki dan Ustadzah bagi guru wanita. Islam sendiri memberikan tempat dan derajat yang tinggi bagi para guru sebagaimana hukum menuntut ilmu . Sebab mereka termasuk kedalam golongan orang-orang berilmu yang selalu mengamalkan ilmunya sebagai fungsi iman kepada allah swt .  Sebagaimana Firman Allah Swt: […]

The post Kedudukan Guru di Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Guru atau dalah bahasa arab dikenal dengan sebutan ustad bagi guru laki-laki dan Ustadzah bagi guru wanita. Islam sendiri memberikan tempat dan derajat yang tinggi bagi para guru sebagaimana hukum menuntut ilmu . Sebab mereka termasuk kedalam golongan orang-orang berilmu yang selalu mengamalkan ilmunya sebagai fungsi iman kepada allah swt .  Sebagaimana Firman Allah Swt:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah 11).

Guru atau pengajar bukan hanya sekedar sebuah profesi. Nilai esensi yanh terkandung didalamnya adalah bahwa seorang guru memiliki tugas dalam menyebarluaskan ilmu yang bermanfaat sebagaimana hukum menerima hadiah dalam islam . Tentunya hal ini dapat menjadi ladang pahala yang akan selalu mengalir meskipun sang guru nantinya sudah berpulang ke pabgkuan Allah SWT. Sebagaimana dalam hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ : إِذَا مَاتَ اَلْإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالَحٍ يَدْعُو لَهُ – رَوَاهُ مُسْل

Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Apabila seorang manusia telah  meninggal maka terputuslah amalannya kecuali 3 hal yaitu: Shodaqah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau  anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya”.

Guru juga memiliki peran dalam menyebarluaskan ajaran agama islam seperti dalam hukum mendengar kajian online , sehingga menjadi penerang dan jalan bagi umat untuk mendapatkan kebenaran.  Tentunya hal ini menunjukkan betapa besar dan mulianya Kedudukan Guru di Dalam Islam sebagaimana terangkum dalam 5 poin berikut ini.

1. Mendapat Derajat yang Tinggi

Sebagaimana menuntut ilmu, seorang guru atau pengajar juga akan dinaikkan derajatnya. Sebab seorang guru yang baik dan berlandaskan pada nilai pengajaran islam akan selalu mengajarkan ilmu yang bernilai kebaikan dan bermanfaat sebagaimana cara berdakwah yang baik menurut islam  . Sehingga kemudian hasilnya tidak hanya bernilai kebaikan bagi yang menerima tapi juga berbuah kebaikan bagi yang mengajarkan. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT QS Al-Mujadilah ayat 11 berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوايَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ.

Artinya : Wahai Orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian “ Luaskanlah tempat duduk “ di dalam Majlis-majlis maka luaskanlah(untuk orang lain), Maka Allah SWT akan meluaskan Untuk kalian, dan apabila dikatakan “berdirilah kalian” maka berdirilah, Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat, Allah maha mengetahui atas apa-apa yang kalian kerjakan.”

Maka tentunya hal ini jangan sampai menimbulkan keirian di hati yang lain, sebab Allah SWT menegaskan sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud:

تحاسد إلا في اثنتين رجل آتاه الله حكمة فهو يقضي بها ويعلمها ورجل آتاه الله مالا فسلطه على هلكته في الحق

Janganlah kau dengki kecuali pada 2 orang (yaitu) seorang yang telah Allah SWT datangkan padanya sebuah hikmah lalu ia mengerjakannya dan mengajarkannya serta seorang yang telah Allah SWT datangkan padanya sebuah harta lalu ia menguasakannya atas kebinasaan dalam kebenaran”.

2. Memiliki Ilmu yang Bermanfaat

Seorang guru dalam islam tentunya memiliki kedudukan dimana ia mengerti dan memahami secara detail mengenai bidang pengajaran yang ia ajarkan. Oleh sebab itu, maka seorang guru akan senantiasa memiliki ilmu yang bermanfaat yang akan disebarluaskan kepada para umat. Sehingga bukan gelar ahli yang mereka utamakan namun, lebih kepada dampak sosial bagaimana ilmuyang diajarkan akan dapat merubah pola dan perilaku umat menuju jalan kebaikan.

3. Menjaga Diri

Ilmu yang dimiliki oleh seorang guru merupakan benteng dalam menjaga diri. Dengan memiliki ilmu tentunya seorang guru akan mampu membedakan antara hal yang baik dan buruk. Sehingga hal ini dapat menjaga diri dan pribadi seseorang untuk berbuat kejahatan atau kemaksiatan. Islam memandang bahwa seorang guru memiliki nilai yang penting bahkan ketika dibandingkan dengan mereka yang harus pergi berjihad kemedan perang. Sebagaimana dalam hadist riwayat berikut :

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”

4. Memperoleh Kebaikan yang Berlimpah

Hadits dari Sahl bin Sa’id ra yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

Demi Allah, jika Allah SWT memberi petunjuk kepada satu orang melalui perantaramu maka hal itu jauh lebih baik dari pada kekayaan yang sangat berharga.”

Dalam Hadist tersebut dijelaskan bahwa seorang guru derajatnyanleni baik dari pada harta kekayaan yang malimpah. Tentunya hal ini semakin menegaskan bahwa kedudukan seorang guru memiliki posisi yang amat penting. Bukan hanya perkara mengenai ilmu yang diberikan. Namun, seorang guru juga memberinpesan pengajaran yang nilainya bahkan lebih baik dari harta kekayaan yang berlimpah. Sebab ilmu yang diberikan tersebut merupakan sebuah petunjuk yang akan digunakan sebagai pedoman dalam meraih dan menempuh kebaikan selama hidup di dunia.

5. Sama Dengan Pahala Amalan Sedekah

Memlihara ilmu yang nilainya lebih mulia dan lebih baik dari harta kekayaan tentunya juga memberikan nilai pahala yang berlimpah. Bahkan ilmu yang terpelihara amalan atau nilainya sama dengan pahala atau amalan dari sedekah. Ketika tidak memilili harta untuk disedekahkan, maka menyedekahkan ilmu akan sama nilainya dan pahalanya dengan bersedekah harta. Hal tersebut tertuang dalam  hadits berikut :

عن أَبي موسى الأشعري – رضي الله عنه – ، عن النَّبيّ – صلى الله عليه وسلم – ، أنَّه قَالَ : (( الخَازِنُ المُسْلِمُ الأمِينُ الَّذِي يُنفِذُ مَا أُمِرَ بِهِ فيُعْطيهِ كَامِلاً مُوَفَّراً طَيِّبَةً بِهِ نَفْسُهُ فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِي أُمِرَ لَهُ بِهِ ، أحَدُ المُتَصَدِّقين )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ

Dari Abi Musa Al-Asy’ari ra, dari Nabi SAW bahwa beliau telah berabda: “Seorang muslim yang amanah yang dititipi harta oleh orang lain lalu dipelihara betul apa yang ditugaskan kepadanya lalu mengambalikan kepada yang berhak dengan tanpa menguranginya sedikit pun maka ia telah dicatat sebagai orang yang bersedekah”.

Itulah tadi bagaimana Kedudukan Guru di Dalam Islam. Tentunya hal ini akan semakin memberikan pengetahuan dan rasa hormat yang lebih dalam lagi terhadap sosok guru yang telah memberi pengajaran ilmu yang bermanfaat serta bagian dari pahala bersedekah di bulan ramadhan  . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

The post Kedudukan Guru di Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>