Setiap manusia secara fitrah pasti memiliki rasa cinta. Cinta adalah hal yang lumrah dan pasti akan tumbuh dalam kehidupan manunsia. Orang yang dalam hidupnya tidak dilalui rasa cinta, pasti akan merasa kekeringan atau hidup tanpa makna, baik cinta tehadap Allah ataupun sesama manusia.
Akan tetapi, cinta sendiri tetap harus didudukkan secara proporsional agar bisa mendukung pelaksanaan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam. Cinta terhadap manusia tentu bukanlah cinta yang lama dan hanya akan di dunia kecuali bagi orang-orang yang shaleh akan terus dibawa hingga ke akhirat. Sedangkan bagi umat islam, cinta harus dirangkai dalam kerangka cinta kepada Allah.
Lantas bagaima jika muncul rasa cinta berlebihan pada seseorang dan bagiamana cara menghilangkannya.
Kedudukan Cinta Menurut Islam
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS: Ar Rum : 21)
Di dalam ayat diatas, dijelaskan bahwa cinta terhadap lawan jenis dalam islam adalah hal yang fitrawi. Untuk itu, Allah memberikan perintah untuk menikah jika muncul perasaan cinta lawan jenis dalam bingkai keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Selain untuk menghindari perzinahan, cinta dalam islam juga bermaksud untuk memacu manusia lebih semangat untuk beribadah dan menjalankan kehidupannya sesuai perintah Allah SWT.
Cinta sendiri tentunya bukan satu-satunya tujuan hal utama dalam manusia. Walaupun apa yang kita cintai tidak bisa dimiliki atau didapatkan belum tentu hal tersebut membuat kita harus berputus asa dan marah akan kondisi yang ada. Untuk itu, cinta yang baik dan halal adalah cinta yang berorientasi pada pembangunan Keluarga Dalam Islam, Keluarga Sakinah Dalam Islam, Keluarga Harmonis Menurut Islam, Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah
Untuk itu, Allah menempatkan cinta-Nya sebagai yang tertinggi, bukan pada manusia atau hal lain yang ada di dunia. Hal ini disampaikan Allah, “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran : 31)
Perasaan cinta tidak bisa untuk dihilangkan begitu saja. Manusia membutuhkan proses dan tahapan untuk bisa menghilangkannya, tidak bisa langsung atau sekejap saja. Untuk itu, dalam masalah cinta manusia harus mampu menempatkannya secara benar, memulai dari membangun paradigma cinta yang benar sesuai islam dan juga sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
Agar bisa menempatkan cinta secara benar maka kita harus menempatkan Allah terlebih dahulu sebagai cinta yang tertinggi. Cinta Allah jika ditempatkan paling atas dan di atas segala-galanya akan memudahkan kita menyadari bahwa cinta manusia tidak akan ada apa-apanya. Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman adalah pondasi dasar agar cinta terhadap manusia tidak berlebihan.
Secara umum, hidup kita menginginkan cinta yang berefek pada ketentraman dan kesejahteraan hidup manusia. Bisa kita bayangkan jika cinta Allah dicabut dan tidak lagi diberikan, maka Manusia akan sengsara dan kesulitan hidup di dunia.
Nikmat usia, nikmat air, waktu, udara dan lain sebagainya adalah bentuk kecintaan Allah pada manusia. Andai kan Allah tidak mencintai makhluknya dan hambanya, tentu kenikmatan tersebut akan dicabut oleh Allah dan manusia tidak akan pernah tahu kemana harus mencari kembali nikmat-nikmat tersebut selain dari Allah SWT.
Untuk bisa menempatkan cinta lagi secara benar, tentu kita harus menyadari bahwa manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Manusia bisa salah dan keliru serta bisa menyimpang. Untuk itu, kecintaan terhadap manusia tidak bisa dijadikan patokan apalagi sebagai standart yang ditempatkan paling tinggi.
Manusia dan sesama manusia memiliki kelemahan. Jika cinta berlebihan terhadap manusia tentunya kita akan kecewa karena manusia akan selalu memiliki kekurangan yang bisa jadi tidak memuaskan hidup kita. Untuk itu banyak sekali orang-orang yang putus asa, bunuh diri, bahkan melanggar perintah Allah hanya gara-gara persoalan cinta terhadap manusia yang berlebihan.
Hal ini juga disampaikan Allah,
“Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS Ar-Rum : 54)
“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. “ (QS Al Jatsiyah : 24)
Dalam ayat di atas ditunjukkan bahwa suatu saat dunia akan selesai dan manusia kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan dan mendapatkan balasan di akhirat. Untuk itu, cinta kepada manusia juga tidak akan lama. Ia akan sebatas dari kebahagiaan dunia saja.
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.“ (QS Hud : 11)
Untuk itu, cinta kepada manusia juga sebatas perhiasan dunia yang sementara. Selagi perhiasan tersebut ada, maka manusia bisa merasakannya. Akan tetapi, hakikat manusia memiliki rasa bosan dan netral jika berlebihan suatu saat pun bisa berbalik. Untuk itu, hendaklah mencintai dan menempatkan manusia pada cinta dan kebahagiaan yang biasa saja.
Untuk bisa proporsional dan tidak terus-terus mengingat cinta manusia yang tidak seharusnya, maka hendaklah kita melakukan aktifitas produktif yang bisa membuat kita lebih fokus pada kegiatan tersebut ketimbang harus selalu mengingat, apalagi cinta yang dilarang atau tidak halal bukan karena ikatan pernikahan.
Batasi komunikasi, perbanyak aktifitas produktif adalah hal yang bisa mengalihkan kita agar tak selalu mengingat dan memikirkan cinta tersebut. Bagi yang ingin menikah dan juga sedang membina keluarga aktifitas produktif bisa juga dengan terus belajar mengenai Kewajiban Suami terhadap Istri dalam Islam, Kewajiban Istri Terhadap Suami dalam Islam, Kewajiban Wanita dalam Islam. Tentu cinta yang halal dan sesuai syariat lebih membahagiakan dan abadi hingga ke surga-Nya.
Artikel Terkait
Artikel Lainnya
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…