Tauhid Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid Mon, 20 Jun 2022 03:06:41 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png Tauhid Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid 32 32 Apakah Mempercayai Ramalan Cuaca Termasuk Syirik? https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/apakah-mempercayai-ramalan-cuaca-termasuk-syirik Mon, 20 Jun 2022 02:49:33 +0000 https://dalamislam.com/?p=11659 Islam telah mengharamkan ramalan atas nasib, masalah jodoh, rejeki, hoki dan juga ramalan bindang. Para penyihir telah menggunakan konstalasi bintang-bintang di langit sebagai dasar atas kebohongannya. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mempelajari ilmu dari bintang-bintang, berarti telah mempelajari salah satu cabang dari ilmu sihir. Semakin bertambah ilmunya, semakin dalam […]

The post Apakah Mempercayai Ramalan Cuaca Termasuk Syirik? appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Islam telah mengharamkan ramalan atas nasib, masalah jodoh, rejeki, hoki dan juga ramalan bindang. Para penyihir telah menggunakan konstalasi bintang-bintang di langit sebagai dasar atas kebohongannya.

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Siapa yang mempelajari ilmu dari bintang-bintang, berarti telah mempelajari salah satu cabang dari ilmu sihir. Semakin bertambah ilmunya, semakin dalam ia mempelajari sihir tersebut.” (QS. Abu Dawud).

Demikian juga riwayat Al-Bazzar dengan sanad yang bagus dari Imran bin Hushain, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

Bukan termasuk golongan kita orang yang meramal atau minta diramalkan, orang yang berdukun atau minta didukunkan, orang yang menggunakan sihir (santet) atau mengambil faidah dari ilmu santet.”

Maka siapa saja yang mengaku mengetahui perihal ghaib bisa termasuk tukang nujum, atau yang sejenis itu. Karena Allah telah merahasiakan ilmu ghaib. Sebagaimana firman Allah:

“Katakanlah, tidak ada yang mengetahui keghaiban di langit dan di bumi melainkan Allah..”

Prakiraan Cuaca Bukan Ramalan Cuaca

Istilah yang benar barangkali bukan ramalan cuaca, melainkan prakiraan cuaca. Istilah “ramalan cuaca” adalah nama program siaran TVRI zaman dahulu. Para ulama di Hijaz dalam banyak kesempatan secara tegas menyebutkan bahwa prakiraan cuaca bukanlah bagian dari ramalan penyihir yang haram.

Karena prakiraan ini adalah hasil pengamatan tanda-tanda di atmosfer terkait dengan tekanan, suhu, arah angin, kelembaban dan sebagainya. Semua merupakan sebuah ilmu yang tidak ada kaitannya dengan alam ghaib.

Dan prakiraan cuaca ini sangat diperlukan untuk penerbangan dan hal lainnya. Jadi bukan mengada-ada atau bersifat klenik. Prakiraan cuaca ini terkadang meleset juga, terutama untuk negeri kita.

Barangkali karena satelite pemantau cuaca yang kita miliki sangat terbatas. Berbeda dengan beberapa negeri maju yang memang telah memiliki satelit pemantau cuara yang sudah sangat baik, sehingga akurasinya sudah sedemikian detail.

Jumlahnya pun tidak sedikit. Prakiraan cuaca didasarkan atas hasil pengamatan satelit buatan ini. Satelit mengawasi cuaca dan iklim Bumi, dan dapat melihat lebih banyak awan dan sistem awan, termasuk juga cahaya perkotaan, kebakaran, polusi, cahaya aurora, badai pasir ataudebu, tumpukan salju, pemetaan es, gelombang samudra, pembuangan energi dan lainnya.

Yang menarik, dengan satelit cuaca ini, semua gambar yang dikirim akan terlhat real time, sehingga memang wajar kalau bisa diperkirakan akan terjadi hujan di mana dalam berapa lama dan seterusnya. Karena pergerakan awan memang bisa terlihat dengan jelas.

Namun secanggih apa pun sebuah satelit pengamat cuaca, harus diakui bahwa karakteristik lokal setempat mempunyai peranan sangat penting pada pola cuaca lokal.

Jadi belum tentu apa yang terlihat di layar satelit itu menjadi kenyataan di atas tanah. Salah satu diantara sebab kesalah-pahaman dalam membaca adalah kurang bisa memahami istilah.

Terlebih istilah yang ambigu. Sebagian orang memahami seuatu istilah tidak sebagaimana konteksnya. Salah satu contohnya adalah ramalan.

Bisa kita nyatakan, kata ini termasuk ambigu. Bisa digunakan dalam banyak kalimat dengan konteks yang berbeda.

Seperti ramalan cuaca dan ramalan paranormal, jelas konteksnya berbeda. Karena masing-masing disimpulkan dari cara yang berbeda.

Terkait hukum ramalan cuaca, Imam Ibnu Utaimin memberikan beberapa catatan yang perlu digaris bawahi, Pertama, Rincian keterangan tentang turunnya hujan termasuk ilmu ghaib (informasi yang hanya diketahui oleh Allah). Allah berfirman:

:إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ

Sesungguhnya Allah, hanya miliknya informasi kapan kiamat, dia yang menurunkan hujan, dan dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Tidaklah satupun jiwa mengetahui apa yang akan dia lakukan besok, dan tidak ada satupun jiwa dimana dia akan mati..” (QS. Luqman: 34)

Untuk itu, siapa yang mengklaim mengetahui hal yang ghaib, termasuk mengaku mengetahui kapan hujan turun, berapa jumlahnya, dst. maka dia telah melakukan perbuatan kekafiran, karena mendustakan firman Allah:

قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

Katakanlah, tidak ada satupun di langit dan di bumi yang mengetahui hal ghaib, kecuali Allah. (QS. An-Naml: 65).

Kedua, Menggunakan Indikator lahiriyah, bukan termasuk menebak ilmu ghaib Imam Ibnu Utsaimin mengatakan:

وأما من أخبر بنزول مطر أو توقع نزول مطر فيl المستقبل بناءً على ما تقتضيه الآلات الدقيقة التي تقاس بها أحوال الجو فيعلم الخبيرون بذلك أن الجو مهيأ لسقوط الأمطار فإن هذا ليس من علم الغيب بل هو مستند إلى أمر محسوس والشيء المستند إلى أمر محسوس لا يقال إنه من علم الغيب

“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridahiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan belakangnya” [al-Jin/: 26-27].

Menyampaikan informasi tentang turunnya hujan atau perkiraan turunnya hujan pada beberapa waktu berikutnya, berdasarkan hasil penelitian dengan alat canggih, untuk memprediksi kondisi cuaca, sehingga ahli meteorologi bisa menyimpulkan bahwa cuaca mengarah pada turunnya hujan. Informasi semacam ini, tidak termasuk ilmu ghaib.

Namun prakiraan cuaca mengacu pada indikator lahiriyah. Semua kesimpulan yang mengacu pada indikator lahiriyah, tidak bisa disebut bahwa itu ilmu ghaib.

The post Apakah Mempercayai Ramalan Cuaca Termasuk Syirik? appeared first on DalamIslam.com.

]]>
10 Hal-hal yang Membatalkan Syahadat https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/hal-yang-membatalkan-syahadat Sat, 18 Jun 2022 03:17:16 +0000 https://dalamislam.com/?p=11657 Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi. Arti secara harfiah syahadat adalah memberikan persaksian, memberikan ikrar setia dan memberikan pengakuan. Syahadat merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal manusia. Sempurna dan tidaknya amal seseorang tergantung apa tauhidnya. Orang yang beramal tetapi tauhidnya tidak sempurna, misalnya karena dicampuri Riya’, tidak ikhlas, […]

The post 10 Hal-hal yang Membatalkan Syahadat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi. Arti secara harfiah syahadat adalah memberikan persaksian, memberikan ikrar setia dan memberikan pengakuan.

Syahadat merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal manusia. Sempurna dan tidaknya amal seseorang tergantung apa tauhidnya.

Orang yang beramal tetapi tauhidnya tidak sempurna, misalnya karena dicampuri Riya’, tidak ikhlas, berbuat syirik, niscaya amalnya akan menjadi bumerang baginya, bukan mendapatkan kebahagiaan.

Seluruh amal harus dilakukan ikhlas karena allah, baik itu berupa sholat, zakat, sodaqoh, puasa, haji, dan lainnya.Terkadang kita sebagai orang islam tidak menyadari tingkah laku atau perbuatan yang dapat mengeluarkan kita dari agama islam atau dengan kata lain merusak syahadat yang telah diucapkan dengan lisan dan diyakini dalam hati.

Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat seseorang berarti telah mempersaksikan diri sebagai hamba Allah semata. Kalimat “Lailaaha illallahu dan Muhammadur rasulullah” selalu membekas dalam jiwanya dan menggerakkan anggota tubuhnya agar tidak menyembah selain Allah.

Baginya hanya Allah sebagai Tuhan yang harus ditaati, diikuti ajaranNya, dipatuhi perintahnya, dan dijauhi laranganNya. Caranya bagaimana, lihatlah pribadi Rasulullah saw. sebab dialah contoh hamba Allah sejati.

Adapun kedudukan syahadat dalam pandangan Islam sebagaimana dalam hadits yang riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

عَنْ عُبَادَة بن الصَامِت قَالَ قَلَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وأَنَّ عِيْسَى عبد الله ورسوله وكلمته القَاهَا إلى مريم والجَنَّةَ حَقٌّ أدْخَلَهُ الله الجنة على ما كان من الْعَمَلِ

Ubadah bin Shamit r.a. menuturkan, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya serta (bersyahadat pula bahwa) surga adalah berar adanya, maka Allah pasti memasukannya ke dalam surga betapapun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sa’id Hawwa dalam bukunya Al-Islam, banyak orang yang keliru mengira, bahwa kalau sudah mengucapkan dua kalimah syahadat atau sudah memiliki nama yang Islami, maka tidak ada satupun sikap atau perbuatan yang bisa membatalkan keislaman atau membatalkan dua kalimat syahadahnya.

Berikut ini Penyebab Batalnya Syahadat Seorang Muslim

1. Berbuat Syirik

Syirik merupakan salah satu dosa besar yang sangat dibenci Allah SWT. Sebagaimana firman Allah Ta’aala bahwa:

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukan Dia dengan sesuatu, dan mengampuni dosa-dosa lainnya bagi yang Dia kehendaki.” (An-Nisa’: 116).

Syirik terbagi atas dua macam, yaitu syirik besar dan kecil. Di mana syirik besar itu mengakui adanya Tuhan selain Allah SWT, sementara syirik kecil itu berupa mengakui adanya kekuatan selain Allah Ta’ala yaitu memiliki jimat-jimat, guna-guna dan sebagainya. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita menghindari syirik.

2. Murtad

Murtad dalam Islam berarti keluar dari agama Islam. Dengan demikian, hal ini otomatis syahadatnya juga batal dan semua amalan yang dilakukannya selama menjadi muslim akan sia-sia dan tidak terhitung.

3. Meyakini Hukum Thagut

Dalam sebuah riwayat disebutkan Umar bin Khattab mengatakan, thagut adalah syaitan. Sementara Jabir menjelaskan, thagut adalah tukang tenung yang turun padanya syaitan-syaitan.

Sementara hukum thagut adalah hukum yang dibuat manusia dimana hukum tersebut mengalahkan hukum Allah, dan saat ini banyak orang yang lebih menggunakan hukum ini dibandingkan hukum Islam.

Padahal jika dibandingkan tentunya hal ini sungguh tidak sebanding dengan hukum yang diciptakan oleh Allah. Ketahui juga hukum percaya dukun.

4. Membenci Sunnah Rasulullah

Perilaku ini tentunya menjadi salah satu perilaku yang membatalkan syahadat. Sebab, bagaimana mungkin seseorang mengaku Islam bila membenci sunnah rasul. Oleh sebab itulah Allah SWT pun menghapus pahala dari setiap amal kebaikan yang telah diperbuatnya. Ketahui juga macam-macam sunnah Rasulullah.

5. Mengejek atau Memperolok Agama Allah

Selain membenci sunnah rasul, tak jarang pula mereka memperolok-olok agamanya sendiri dengan alasan hanya bermain-main dan bersenda gurau. Dengan demikian, perilaku seperti ini sudah membatalkan keislaman mereka.

6. Mempelajari dan Mengamalkan Ilmu Sihir

Selain berbuat syirik, perilaku seperti ini juga merupakan salah satu perilaku yang dibenci Allah SWT. Sehingga meskipun dengan alasan apa pun, jika seorang muslim melakukannya maka perbuatannya ini telah membatalkan keislamannya. Seorang muslim penting mengetahui doa tolak sihir yang bisa menjauhkan diri dari ilmu hitam.

7. Membantu Orang Kafir Memerangi Kaum Muslim

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah SAW bersikap keras terhadap kaum kafir dan lembut terhadap muslimin. Namun, sayangnya sebagian kaum muslimin ada yang menjadi duri dalam daging. Di mana mereka hidup dan mengaku sebagai seorang muslim namun amalannya digunakan untuk memusuhi saudara-saudara seiman.

8. Meyakini Bahwa Diperbolehkan Keluar dari Syariat Allah

Perilaku ini juga salah satu penyebab batalnya syahadat seorang muslim. Bahkan saat ini kelompok yang seperti ini semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Di mana mereka adalah orang-orang yang hobi mengutak-atik agama Allah menurut selera akal mereka.

9. Tidak Mau Mempelajari dan Mengamalkan Agama

Sebagaimana kita ketahui syarat seorang muslim sejati adalah melaksanakan ajaran Allah sesuai Alquran dan sunnahnya. Namun dikarenakan kesombongannya, mereka melakukan rekayasa akal dengan cara menyelewengkan pesan Allah dalam Alquran dan sunnahnya. Sehingga perilaku seperti inilah yang dapat menyebabkan batalnya syahadat seorang muslim.

10. Mencintai Kehidupan Dunia Melebihi Akhirat

“Yang demikian itu disebabkan karena mereka lebih mencintai kehidupan di dunia daripada di akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir’ An-nahl(16):107.

The post 10 Hal-hal yang Membatalkan Syahadat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Percaya Primbon yang Harus Anda Tau! https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/hukum-percaya-primbon Fri, 13 May 2022 02:41:06 +0000 https://dalamislam.com/?p=10252 Primbon sebagai budaya khususnya masyarakat Jawa adalah hal gaib mengenai kepercayaan apa yang akan terjadi di masa depan. Dengan kata lain adalah bahwa primbon adalah ramalan. Masih ada beberapa kelompok yang mengaku bisa membaca masa depan seseorang dengan ramalan primbon. Primbon yang biasa disebut dengan ‘ilmu slamet’ banyak mengadopsi nilai-nilai Islam dengan unsur Hindu dan […]

The post Hukum Percaya Primbon yang Harus Anda Tau! appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Primbon sebagai budaya khususnya masyarakat Jawa adalah hal gaib mengenai kepercayaan apa yang akan terjadi di masa depan. Dengan kata lain adalah bahwa primbon adalah ramalan. Masih ada beberapa kelompok yang mengaku bisa membaca masa depan seseorang dengan ramalan primbon.

Primbon yang biasa disebut dengan ‘ilmu slamet’ banyak mengadopsi nilai-nilai Islam dengan unsur Hindu dan Budha yang masih melekat.

Awal mulanya primbon merupakan sebuah catatan-catatan pribadi yang hanya diturunkan dan diwariskan di lingkungan keluarga keraton dan abdi dalem. Primbon sebagai buku yang tersusun secara sistematis baru diterbitkan pada tahun 1930-an dan sejak saat itu primbon sudah bukan lagi sekadar buku turun temurun keluarga, tetapi sudah dijual bebas.

Sejak abad ke-20 primbon mulai dicetak dan disebar luaskan secara bebas. Primbon cetakan tertua berangka tahun 1906 Masehi, diterbaitkan oleh De Bliksem.

Primbon sangat diyakini oleh masyarakat khususnya Jawa karena didasarkan dari kelahiran setiap manusia. Masyarakat Jawa percaya bahwa kelahiran bayi akan sangat dipengaruhi oleh kekuatan alam, bahwa setiap bayi yang lahir ke bumi mengembang watak daari unsur planet-planet dan lingkungan bumi.

Maka dicetuslah hari baik dalam kamus Jawa bagi setiap individu manusia. Dan ada pula hari tidak baik. Hari-hari ini tentunya berbeda satu orang dengan orang lainnya. Dalam primbon Jawa, hari ini ada rumusnya, bukan semata-mata asal-asalan.

Dalam primbon setiap hari dan pasaran memiliki angka (neptu) masing. Hari Minggu memiliki angka 5, hari Senin 4. hari Selasa 3, hari Rabu 7, hari Kamis 8, hari Jumat 6, hari Sabtu 9. Sedangkan untuk pasaran, kliwon memiliki neptu 8, Legi 5, Pahing 9, Pon 7 dan Wage 4.

Gabungan dari hari dan pasaran inni yang kemudian digunakan untuk menghitung dalam mencari hari baik. Biasanya ramalan tersebut berupa pencarian jodoh, tanggal pernikahan, bahkan sampai pada ramalan berumah tangga dan hari kelahiran.

Bagaimana Islam memandang mengenai ramalan primbon ini? Dalam Islam tidak ada istilah mengenai hari buruk dan hari baik. Semua hari adalah sama.

Ketika ada masyarakat yang masih menggunakan primbon sebagai rujukan mencari hari baik maka sah-sah saja selama tidak musyrik dan menyakini dengan berlebihan. Primbon adalah budaya dengan pertimbangan logika dan hal tersebut dianggap tidak masalah.

Selama tidak bertentangan dengan akidah Islam, sebuah budaya tidak harus ditinggalkan. Yang salah adalah ketika menyakini sebuah budaya menjadi keyakinan yang mutlak. Misalnya, ketika mencari hari baik untuk tanggal pernikahan, pemilihan hari adalah sebuah kebebasan bagi etiap individu manusia.

Islam hanya mengajarkan bahwa semua hari baik dan kembali lagi kepada manusianya, apakah akan memandangg hikah dalam sebuah hari itu.

Islam menghargai sebuah budaya selama tidak keluar dari ajaran yang Islam ajarkan. Islam hanya tidak pernah mengajarkan mangenai perpegangan pada waktu tertentu. Islam mengajarkan supaya hari bisa menjadi baik maka ucapkanlah bismillah setiap hari.

Hal ini selaras dengan hadits dari Ibnu Hibban, ” Setiap perbuatan baik yang tidak diawali dengan bismillah adalah terputus.” (HR. Ibn Hibban).

Yang terpenting adalah mengenai sikap yang diambil ketika hendak melakukan ramalan-ramalan bahwa semua dan sesuatu yang terjadi datangnya hanya dari Allah SWT bukan dari pengetahuan yang berada pada ramalan. Yang terpenting adalah mengenai keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, karena Allah yang mempengaruhi segalanya.

Jika kita menyikapi dengan demikian, maka diperboleh saja melakukan ramalan primbon Jawa.

Semua waktu itu baik asalkan digunakan untuk melakukan kebaikan dan digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi asalnya dari ramalan yang telah digariskan kepada kita adalah kemusyrikan dalam Islam. Berprasangka bahwa semuanya terjadi berkat primbon Jawa, mulai dari perhitungan hingga menyembah primbon dari pada Allah SWT.

Tidak boleh berterimakasih kepada primbon karena ramalan primbon memang benar adanya mengenai hari baik, hal tersebut bisa termasuk ke dalam kemusyrikan dan Islam melarang untuk bersyukur selain kepada Allah SWT.

Dikatakan musyrik jika mengajak orang lain menyembah primbon karena ramalannya dinyatakan benar, padahal kebenaran datangnya hanya dari Allah SWT. Dalam firman Allah yang berbunyi, (QS. Al-Kahf ayat 29)

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ

Artinya : “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Rabbmu.”

Dalam surah Al-Baqarah ayat 147 berbunyi,

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Artinya : “Kebenaran itu adalah Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kau termasuk orang-orang yang ragu.”

Abu Hurairah mengutip perkataan dari Rasulullah SAW bersabda,

“Aku (Allah) menurut prasangka hamba kepadaku, bila ia berprasangka baik kepada-Ku maka baginya kebaikan, maka jangan berprasangka kepada Allah kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari).

Maka berprasangka baiklah kepada Allah SWT bukan kepada primbon. Dan bijaklah dalam menyikapi mana keyakinan dan hanya sebatas kebudayaan. Melakukan boleh-boleh saja dan sah, jika tidak sampai pada keyakinan dalam spiritual.

Dalam Islam dikatakan sekali lagi bahwa tidak ada hari sial, semua hari adalah baik. Dikatakan sial bagi seorang muslim adalah bila kebaikan yang dilakukan di hari itu tidak bertambah sedikit pun.

The post Hukum Percaya Primbon yang Harus Anda Tau! appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Perbedaan Nabi dan Rasul yang Perlu diketahui https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/perbedaan-nabi-dan-rasul Sat, 14 Mar 2020 23:59:01 +0000 https://dalamislam.com/?p=8329 Tak jarang, kita memaknai nabi dan rasul sebagai hal yang sama. Namun sebenarnya keduanya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Perbedaan antara keduanya dapat diketahui dari berbagai macam aspek, di antaranya adalah sebagai berikut.    1. Berdasarkan Pengertian Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba’ yang berarti berita. Dengan demikian, nabi adalah seseorang yang menerima […]

The post 5 Perbedaan Nabi dan Rasul yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Tak jarang, kita memaknai nabi dan rasul sebagai hal yang sama. Namun sebenarnya keduanya memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

Perbedaan antara keduanya dapat diketahui dari berbagai macam aspek, di antaranya adalah sebagai berikut.   

1. Berdasarkan Pengertian

Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba’ yang berarti berita.

Dengan demikian, nabi adalah seseorang yang menerima dan memberi kabar atau berita. Nabi diberi kabar atau wahyu dari Allah subhana hu wa ta’ala.

Allah berfirman dalam surat Al-An’aam ayat 3 sebagai berikut.

“Ia bertanya, “Siapakah yang memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab, “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”  

QS. Al-An-aam : 3

Nabi juga memberi kabar dari Allah subhana hu wa ta’ala, perintah-Nya, dan wahyu-Nya kepada kaum tertentu atau seluruh umat manusia.

Allah berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 49 sebagai berikut.

“Kabarkanlah kepada hamba-hambaku, bahwa sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

QS. Al-Hijr : 49

Adapun Rasul berasal dari kata irsal yang berarti mengarahkan. Maksudnya. Para rasul diarahkan oleh Allah subhana hu wa ta’ala untuk melakukan tugas tertentu.

Allah berfirman dalam surat Al-Mu’minun ayat 44 sebagai berikut.

“Kemudian, Kami utus rasul-rasul Kami berturut-turut. Setiap kali seorang rasul datang kepada suatu umat, mereka mendustakannya, maka Kami silihgantikan sebagian mereka dengan sebagian yang lain (dalam kebinasaan). Dan Kami jadikan mereka bahan cerita (bagi manusia). Maka kebinasaanlah bagi kaum yang tidak beriman.”

QS. Al-Mu’minun : 44

2. Berdasarkan Jumlah

Dari beberapa hadits disebutkan bahwa jumlah nabi jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah rasul. Jumlah nabi adalah sebanyak 124.000 orang sedangkan jumlah rasul sebanyak 315 orang.

Dari Abi Zar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang jumlah para nabi, beliau menjawab, “Jumlah para nabi itu adalah 124.000 nabi sedangkan jumlah rasul 315.”

HR. Ahmad

3. Berdasarkan Tujuan

Nabi adalah seseorang yang diutus Allah subhana hu wa ta’ala untuk mengokohkan syari’at yang telah ada sebelumnya kepada kaum tertentu.

Rasul adalah seseorang yang diutus Allah subhana hu wa ta’ala untuk mengajarkan syariat baru.

4. Berdasarkan Kitab

Terkait dengan tujuan diutusnya masing-masing nabi dan rasul adalah adanya kitab yang berisi ajaran pokok yang harus disampaikan kepada umat tertentu atau seluruh umat manusia.  

Mengacu pada tujuan diutusnya seorang nabi yang hanya mengokohkan syari’at yang dibawa oleh pendahulunya, maka seorang nabi tidak memiliki kitab tertentu. 

Adapun rasul, karena Allah mengutusnya untuk mengajarkan syariat baru kepada suatu kaum atau seluruh umat manusia maka seorang rasul dibekali dengan sebuah kitab.

Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 44 sebagai berikut.

“Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.”

QS. Al-Maidah : 44

5. Berdasarkan Status

Di antara para nabi ada yang berstatus sebagai rasul. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap rasul adalah nabi namun tidak semua nabi adalah rasul.

Hal ini ditegaskan Syaikh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah yang mengatakan,

“Semua rasul adalah nabi, namun tidak semua nabi adalah rasul.”

Majmu’ Fatwa 10/209

Di antara para rasul ini ada yang bergelar Ulul ‘Azmi yakni gelar bagi para rasul yang memiliki ketabahan yang luar biasa.

Nama-nama Nabi dan Rasul tersebut adalah Nabi Nuh a.s, Nabi Ibrahim a.s, Nabi Musa a.s, Nabi Isa a.s, dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. 

The post 5 Perbedaan Nabi dan Rasul yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
8 Cara Beriman Kepada Rasul dan Dalilnya https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/cara-beriman-kepada-rasul Wed, 14 Aug 2019 07:42:02 +0000 https://dalamislam.com/?p=7545 Beriman kepaa rasul adalah rukun iman yang keempat dalam Islam. Sebagai muslim yang taat, kita wajib melakukan berbagai perbuatan yang menunjukkan keimanan kita kepada rasul. Untuk lebih mudah memahaminya, berikut ini adalah beberapa cara beriman kepada rasul yang perlu diketahui: 1. Percaya bahwa rasul adalah utusan Allah Hal pertama yang harus kita lakukan adalah percaya […]

The post 8 Cara Beriman Kepada Rasul dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Beriman kepaa rasul adalah rukun iman yang keempat dalam Islam. Sebagai muslim yang taat, kita wajib melakukan berbagai perbuatan yang menunjukkan keimanan kita kepada rasul. Untuk lebih mudah memahaminya, berikut ini adalah beberapa cara beriman kepada rasul yang perlu diketahui:

1. Percaya bahwa rasul adalah utusan Allah

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah percaya bahwa rasul adalah manusia pilihan Allah yang diutus untuk keselamatan manusia. Allah berfirman,

كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا

Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya (mereka mengatakan):’ Kita tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang  lain) dan rasul-rasul-Nya’, dan mereka mengatakan “Kami dengar dan kami taat…” (QS. Al Baqarah: 285)

2. Percaya pada ajaran yang dibawa

Keimanan kepada rasul juga dapat ditunjukkan dengan percaya bahwa ajaran yang dibawa adalah agama Allah. Maka dari itu, kita wajib menerima segala ajaran rasul tanpa memilah-milahnya lagi.

Allah Ta’ala berfirman,

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَاوَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَاوَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَتَتَفَرَّقُوا فِيهِ

Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…. ”(QS. Asy Syuuraa:13)

Baca juga:

يَآأَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَاتَعْمَلُونَ عَلِيمٌ {51} وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونَ {52}

Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku” (QS. Al Mu’minun:51-52)

3. Percaya pada semua rasul

Kita diwajibkan percaya pada rasul yang telah diketahui namanya maupun yang tidak kita ketahui namanya karena memang jumlah nabi dan rasul hanya Allah yang mengetahui pastinya. Allah berfirman,

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُم مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ

Dan sesungguhnya telah Kami utus bebrapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu” (QS. Al Mukmin:78)

4. Berdoa seperti doa para nabi

Dalam Al Quran, telah banyak diketahui beberapa doa para nabi dalam menghadapi setiap kesulitan. Maka dari itu, kita juga sebaiknya berdoa pada Allah dengan menggunakan doa layaknya doa para nabi.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا وَأُرِيْدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِيْ شَفَاعَةً ِلأُمَّتِيْ فِي اْلآخِرَةِ (رواه البخاري و مسلم)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu (dia berkata), “Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Setiap Nabi memiliki do’a yang mustajab yang dia berdo’a dengan do’a yang mustajab itu, maka aku ingin menyimpan do’aku sebagai syafa’at untuk umatku di akherat.” [HSR. Bukhari (6304 –dan ini lafazhnya- dan 7474) dan Muslim (198 & 199)].

Baca juga:

5. Selalu bershalawat

Orang yang beriman pada rasul akan menunjukkan kecintaannya pada rasul dengan selalu bershalawat. Hal ini juga disebutkan Allah dalam firmanNya,

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Al-Ahzaab: 56]

6. Meneladani akhlak para rasul

Tanda keimanan seseorang pada rasul juga meneladani akhlak para rasul. Rasul bersabda,

نما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).

7. Memperbanyak amalan

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ ؛ وَكَانَ يَقُولُ: خُذُوا مِنَ العَمَلِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا ؛ وَأَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ، وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلاَةً دَاوَمَ عَلَيْهَا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melaksanakan puasa yang lebih banyak dalam sebulan melebihi puasa beliau di bulan Sya’ban. Beliau melaksanakan puasa bulan Sya’ban seluruhnya. Beliau bersabda, “Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan bosan (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu bosan (dari mengerjakan amal).” Dan salat yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam cintai adalah salat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan bila beliau sudah terbiasa melaksanakan salat (sunah), Beliau menjaga kesinambungannya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 741)

Baca juga:

8. Rajin membaca Al Quran

Rasul juga sangat menyukai orang yang rajin membaca Al Quran. Selain sebagai bentuk keimanan kepada rasul juga menjadi pahala.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رضى الله عنه قَالَ : تَعَلَّمُوا هَذَا الْقُرْآنَ ، فَإِنَّكُمْ تُؤْجَرُونَ بِتِلاَوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ ، أَمَا إِنِّى لاَ أَقُولُ بِ الم وَلَكِنْ بِأَلِفٍ وَلاَمٍ وَمِيمٍ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ.

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pelajarilah Al Quran ini, karena sesungguhnya kalian diganjar dengan membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak mengatakan itu untuk الم , akan tetapi untuk untuk Alif, Laam, Miim, setiap hurufnya sepuluh kebaikan.” (Atsar riwayat Ad Darimy dan disebutkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 660).

Itulah cara beriman kepada rasul yang bisa kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita mampu menjadi pribadi yang lebih beriman kepada Allah dan para rasul. Aamiin

The post 8 Cara Beriman Kepada Rasul dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Tujuan Beriman Kepada Allah bagi Umat Muslim https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/tujuan-beriman-kepada-allah Sat, 10 Aug 2019 03:47:05 +0000 https://dalamislam.com/?p=7637 Iman kepada Allah adalah bagian dari rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap umat Islam di dunia ini. Iman kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunya Illah yang wajib disembuh. Tidak ada sekutu apapun bagi-Nya. Allah Ta’ala berfirman, ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ […]

The post Tujuan Beriman Kepada Allah bagi Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Iman kepada Allah adalah bagian dari rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap umat Islam di dunia ini. Iman kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunya Illah yang wajib disembuh. Tidak ada sekutu apapun bagi-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Hajj : 62)

Namun, sebenarnya apakah tujuan beriman kepada Allah?

Mungkin hal itu pernah tebersit di dalam benak Anda. Jangan ragu! Karena Allah tidak mungkin menurunkan suatu perintah tanpa tujuan yang jelas dan logis. Perintah tersebut tentu mendatangkan banyak kebaikan.

Inilah beberapa tujuan beriman kepada Allah.

Bergantung Penuh Hanya Kepada Allah

Beriman kepada Allah sangat erat kaitannya dengan ilmu tauhid Islam. Dimana keimanan tersebut harus diwujudkan dalam rubuiyah, uluhiyah dan asma’ wa sifat-Nya. Memahami ilmu tauhid tidaklah sulit, sebab kita dapat mempelajarinya melalui Al Qur’an. Di dalamnya memuat banyak hal mengenai sejarah ilmu tauhid dan kisah-kisah terdahulu yang bertujuan untuk menguatkan keyakinan kita bahwa hanya Allah yang wajib disembah.

Keimanan kepada Allah yang telah tertanam dengan benar dalam diri seseorang akan menjadikannya bergantung sepenuhnya pada Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga dalam setiap urusannya selalu melibatkan Allah.

Menyempurnakan Perwujudan Cinta Kepada Allah

Cinta merupakan energi yang besar dan menimbulkan pengaruh yang besar pula pada orang yang merasakannya. Namun, tanpa arahan yang benar cinta bisa saja menimbulkan dampak negatif pada pelakunya. Jadi, hati-hatilah saat jatuh cinta!

Cinta yang akan dibahas di sini ialah cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Beriman kepada Allah berarti mencintai Allah dengan sepenuh hati dan jiwa. Saat cinta kepada Allah telah mencapai kesempurnaan, maka seorang hamba akan selalu berusaha istiqomah dalam Islam sebagai wujud rasa cintanya kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran [3] : 26)

Ketika kita berusaha penuh untuk mencintai Allah, maka Allah juga akan mencinta kita, memberikan berbagai kenikmatan dan menunjukkan kuasa-Nya pada kita. Subhanallah!

Jadi, marilah kita amalkan berbagai cara mencintai Allah lebih dari apapun dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya!

Itulah beberapa tujuan beriman kepada Allah yang mesti Anda pahami. Begitu pentingya beriman kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin insya Allah.

The post Tujuan Beriman Kepada Allah bagi Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Cara Belajar Tauhid yang Baik dan Benar Menurut Islam https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/cara-belajar-tauhid Sat, 10 Aug 2019 03:23:15 +0000 https://dalamislam.com/?p=7633 Orang yang beriman kepada Allah tentu akan terus belajar ilmu agama Islam agar keimanannya kian bertambah. Ilmu tentang Islam memang luas, meski demikian setidaknya kita memahami dasarnya yakni ilmu tauhid Islam. Ilmu tauhid berkenaan dengan keesaan Allah sebagai satu-satunya yang wajib disembah. Allah Ta’ala berfirman, وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Aku tidaklah menciptakan jin dan […]

The post Cara Belajar Tauhid yang Baik dan Benar Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Orang yang beriman kepada Allah tentu akan terus belajar ilmu agama Islam agar keimanannya kian bertambah. Ilmu tentang Islam memang luas, meski demikian setidaknya kita memahami dasarnya yakni ilmu tauhid Islam. Ilmu tauhid berkenaan dengan keesaan Allah sebagai satu-satunya yang wajib disembah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51] : 56)

Menuntut ilmu agama Islam memberikan manfaat yang luar biasa untuk kehidupan dunia dan akhirat. Diantaranya, seseorang yang senantiasa belajar agama Islam akan bertambah wawasan dan keimanannya, serta Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)

Bagi Anda yang merasa kesulitan untuk mempelajari ilmu tauhid, tidak perlu khawatir! Karena di sini Anda akan menemukan cara yang mudah untuk belajar tauhid. Simak selengkapnya berikut ini.

Belajar Ilmu Tauhid dari Orang Tua

Orang tua merupakan keluarga pertama yang dimiliki oleh seorang anak sejak lahir. Dari kedua orang tuanyalah, seorang anak dapat tumbuh kembang dan memahami satu per satu hal yang ada di dalam kehidupan ini. Dan dari orang tuanya pula, seorang anak memiliki keyakinan penuh akan suatu agama.

Oleh sebab itu, bersyukurlah untuk Anda yang menganut agama Islam sejak lahir. Sebab Islam adalah agama yang mulia.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ali ‘Imran : 19)

Salah satu keutamaan orang tua dalam Islam muncul ketika mereka mengajarkan ilmu tauhid kepada anaknya. Sebab orang tualah yang paling memahami keadaan anaknya dan bagaimana untuk mengajarkannya dari cara yang paling sederhana. Sehingga ia memiliki bekal keyakinan sebelum memasuki dunia pendidikan formal di luar lingkungannya.

Mempelajari Ilmu Tauhid Melalui Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan agama Islam telah menjamur di tanah air. Lembaga pendidikan berbasis Islam sudah ada sejak Kelompok Bermain (KB) atau PAUD, TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Kita tentu dapat mengetahui mana yang benar-benar berkualitas dan tidak jika dilihat dari akreditasi, kompetensi, prestasi dan tampilannya.

Tujuan pendidikan Islam tidak lain ialah untuk menanamkan nilai-nilai keIslaman sejak dini agar menjadi kebiasaan dan karakter dalam diri seorang anak. Termasuk di dalamnya ada ilmu tauhid sebagai pondasi Islam yang kokoh.

Para tenaga pendidik tentu mengetahui benar bagaimana cara mengajarkan macam-macam ilmu tauhid kepada muridnya dengan metode yang menyenangkan dan mudah dipahami.

Selain lembaga pendidikan formal, belajar ilmu tauhid dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan non formal. Seperti pesantren, madrasah, TPQ atau sebagainya. Kelebihan pesantren sebagai sebuah pendidikan terletak pada durasi dan intensifitas pengajarannya.

Jadi, itulah beberapa cara belajar tauhid yang direkomendasikan untuk Anda. Semoga mampu memperkuat niat Anda untuk lebih dekat pada Islam dengan mempelajari ilmu tauhid.

The post Cara Belajar Tauhid yang Baik dan Benar Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ciri Ciri Beriman Kepada Allah dengan Sungguh-sungguh https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/ciri-ciri-beriman-kepada-allah Sat, 10 Aug 2019 03:04:45 +0000 https://dalamislam.com/?p=7632 Allah merupakan Sang Pencipta alam semesta yang wajib kita sembah. Hanya Allah yang harus diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya. Beriman kepada Allah adalah rukun iman yang pertama dan wajib hukumnya untuk kita laksanakan. Sikap dan perilaku orang beriman tentu berbeda dengan sikap dan perilaku orang yang tidak beriman. Iman kepada Allah tidak hanya dibuktikan secara […]

The post Ciri Ciri Beriman Kepada Allah dengan Sungguh-sungguh appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Allah merupakan Sang Pencipta alam semesta yang wajib kita sembah. Hanya Allah yang harus diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya. Beriman kepada Allah adalah rukun iman yang pertama dan wajib hukumnya untuk kita laksanakan.

Sikap dan perilaku orang beriman tentu berbeda dengan sikap dan perilaku orang yang tidak beriman. Iman kepada Allah tidak hanya dibuktikan secara lisan dan hati saja, tetapi juga harus dicerminkan melalui perbuatan di kehidupan sehari-hari.

Berikut ini ciri ciri orang beriman kepada Allah yang wajib kita aplikasikan dalam kehidupan.

Adanya Rasa Takut Kepada Allah

Orang yang beriman pasti memiliki rasa takut di dalam hatinya ketika mendengar nama Allah. Rasa takut terhadap Allah tersebut muncul sebagai bentuk rasa cinta dan pengagungan terhadap-Nya.

Allah Ta’ala berfirman

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka” (QS. Al-Anfal : 2)

Manfaat beriman kepada Allah swt dari timbulnya rasa takut tersebut ialah terhindar dari perbuatan maksiat yang menyebabkan dosa. Sebagai contoh, seseorang yang hendak melakukan kemaksiatan, kemudian mendengar nama Allah disebutkan oleh seseorang dengan berkata, “ingatlah Allah bahwa yang akan engkau lakukan ini merupakan hal yang dilarang-Nya.”. Kemudian timbul rasa takut dan dia pun mengurungkan niat buruknya untuk bermaksiat.

Terenyuh Saat Mendengar Bacaan Al Qur’an

Al Qur’an adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala yang diturunkan melalui Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Kalimat-kalimat yang dirangkai dalam Al Qur’an merupakan kalimat indah yang tidak ada duanya di dunia ini. Kisah terdahulu dan pesan dari Allah di dalamnya adalah petunjuk terbaik yang Allah turunkan untuk umat-Nya.

Ciri orang yang beriman kepada Allah ialah ia akan merasa terenyuh saat mendengar bacaan Al Qur’an di dekatnya. Terenyuh di sini ialah tersentuh, timbul kesadaran dan bertambahlah keimanannya terhadap Allah. Sebagaimana firman Allah di bawah ini.

وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا

dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS. Al-Anfal : 2)

Oleh sebab itu, mereka yang senantiasa menjaga hubungannya dengan Al Qur’an dan mengetahui cara menjaga hafalan Al Quran, insya Allah dijauhkan dari niat bermaksiat maupun para pelaku maksiat.

Bertakwa Hanya Kepada Allah

Takwa adalah kepercayaan penuh kepada Allah, membenarkan-Nya dan takut hanya kepada-Nya. Hukum bertakwa kepada Allah swt ialah wajib. Orang yang beriman tentu bertakwa hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal : 2)

Senantiasa Menjaga Shalat

Shalat merupakan ibadah istimewa yang diwajibkan kepada setiap umat muslim di seluruh penjuru dunia. Orang yang beriman kepada Allah pasti akan senantiasa menjaga shalat dan tidak meninggalkannya meski bagaimanapun keadaannya.

Allah Ta’ala berfirman,

اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا

Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa : 103)

Lebih baik lagi jika setelah sholat mengamalkan bacaan doa dan dzikir setelah sholat sebagai bentuk rasa syukur dan keimanan kepada Allah.

Itulah beberapa ciri ciri orang yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga mampu memberikan manfaat yang baik kepada para pembaca sekalian. Aamiin.

The post Ciri Ciri Beriman Kepada Allah dengan Sungguh-sungguh appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ciri ciri Orang Beriman Kepada Hari Akhir Dalam Islam https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/ciri-ciri-orang-beriman-kepada-hari-akhir Sat, 10 Aug 2019 02:00:14 +0000 https://dalamislam.com/?p=7603 Setiap muslim diwajibkan untuk mengetahui dan mengamalkan rukun iman. Salah satu rukun iman ialah beriman kepada hari akhir. Apakah hari akhir itu? Hari akhir atau kiamat menurut Islam merupakan hari dimana seluruh alam semesta ini beserta segala isinya hancur secara bersamaan. Sebagaimana yang tertuang dalam dalil di bawah ini. يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ […]

The post Ciri ciri Orang Beriman Kepada Hari Akhir Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Setiap muslim diwajibkan untuk mengetahui dan mengamalkan rukun iman. Salah satu rukun iman ialah beriman kepada hari akhir. Apakah hari akhir itu?

Hari akhir atau kiamat menurut Islam merupakan hari dimana seluruh alam semesta ini beserta segala isinya hancur secara bersamaan. Sebagaimana yang tertuang dalam dalil di bawah ini.

يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَٰئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ

Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ali ‘Imran [3] : 114)

Orang yang beriman kepada hari akhir tentu memiliki sikap dan perilaku yang berbeda dari orang yang tidak beriman kepada hari akhir. Sebagai umat yang bertakwa, haruslah kita mengetahui ciri-ciri orang beriman kepada hari akhir. Seperti yang terangkum dalam uraian berikut ini.

Selalu Berhati-hati dalam Bersikap

Tiap-tiap amal perbuatan yang dikerjakan oleh manusia selalu dicatat oleh malaikat-malaikat Allah. Tidak ada satu pun yang terlewatkan. Amal perbuatan inilah yang akan menjadi penentu nasib manusia setelah kematiannya hingga tiba hari akhir nanti.

Allah Ta’ala berfirman,

وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ ۖ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.” (QS. Al Isra’ [17] : 13)

Orang yang beriman terhadap hari akhir pasti akan selalu berhati-hati dalam bersikap, karena ia menyadari bahwa kesalahan sedikit saja yang diperbuatnya akan mengurangi kesempatannya untuk menuju surga-Nya Allah subhanahu wa ta’ala.

Bersemangat untuk Mengerjakan Kebaikan

Semakin banyak amal baik yang dikerjakan maka semakin besar peluang agar terhindar dari macam-macam siksa neraka. Serta semakin mudah ketika melewati fase fase hari kiamat kelak. Sebaliknya, mereka yang selalu berbuat keburukan dan kemaksiatan akan mendapati kesulitan demi kesulitan saat menghadapi hari kiamat.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِهِ ۖ وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا ۖ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا

“Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” (QS. Al Isra’ [17] : 97)

وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ

“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?” (QS. Az Zumar [39] : 60)

Ada macam-macam amal shaleh yang mudah untuk dikerjakan, antara lain shalat fardhu 5 waktu, membaca Al Qur’an, berbakti kepada orang tua, mengerjakan amalan sunah dan lain sebagainya. Tentunya setiap ibadah yang dikerjakan harus sesuai dengan ketentuan dalam Islam dan niat karena mencari ridha Allah subhanahu wa ta’ala.

Ikhlas Menjalani Hidup Tanpa Pantang Menyerah

Setiap orang memiliki permasalahannya masing-masing. Namun, yang menjadi pembeda ialah bagaimana cara seseorang dalam menghadapi masalahnya. Orang yang beriman pada hari akhir akan menghadapi setiap permasalahan hidup dengan ikhlas dan sabar serta pantang menyerah dalam mencari solusi. Karena ia yakin bahwa seseorang yang tetap istiqomah dalam Islam pasti akan menemukan jalan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fussilat [41] : 30)

Sedangkan mereka yang tidak beriman pada hari akhir, akan senantiasa berkeluh kesah dan fokus pada hambatan yang dihadapi. Bahkan mereka akan membiarkan masalah tersebut membelenggu diri mereka.

Itulah beberapa ciri ciri orang yang beriman pada hari akhir. Semoga mampu menambah wawasan keislaman dan keimanan kita terhadap Allah subahanahu wa ta’ala. Aamiin.

Temukan berbagai artikel Islami menarik lainnya di situs ini!

The post Ciri ciri Orang Beriman Kepada Hari Akhir Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Fungsi Kitab Allah Dalam Kehidupan Sehari-hari Umat Muslim https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/fungsi-kitab-allah-dalam-kehidupan-sehari-hari Fri, 09 Aug 2019 10:22:38 +0000 https://dalamislam.com/?p=7638 Islam merupakan agama yang mulia. Dalam penyebarannya, Islam disebarkan oleh utusan Allah subhanahu wa ta’ala yakni Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga dipercaya untuk menyampaikan risalah Allah yaitu Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman, إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali […]

The post Fungsi Kitab Allah Dalam Kehidupan Sehari-hari Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Islam merupakan agama yang mulia. Dalam penyebarannya, Islam disebarkan oleh utusan Allah subhanahu wa ta’ala yakni Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga dipercaya untuk menyampaikan risalah Allah yaitu Al Qur’an.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ

“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran : 19)

Al Qur’an berisi dasar hukum Islam yang wajib diketahui oleh seluruh umat Islam, seperti pengertian aqidah dan tauhid, akhlak, tarikh, fiqih dan sebagainya. Isi di dalam Al Qur’an ialah mutlak tidak dapat berubah, namun isinya bisa mengubah kehidupan Anda. Karena itulah Al Qur’an diturunkan, tidak lain untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia.

Al Qur’an memiliki fungsi tersendiri yang cakupannya sangat luas. Apa sajakah itu? Inilah beberapa fungsi kitab Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Petunjuk Hidup Manusia

Al Qur’an diturunkan ke dunia ini sebagai petunjuk hidup bagi orang-orang bertakwa yang membaca dan mengamalkannya. Meskipun diturunkan dalam Bahasa Arab, Al Qur’an diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa sesuai dengan kebutuhan. Seperti di Indonesia, Al Qur’an diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia agar masyarakat mampu memahami isinya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur`ân) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. al-A’râf [7] : 52).

Berbagai ilmu terkait Islam yang terdapat di dalam Al Qur’an mengajarkan kita tentang menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur`ân) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri”. (QS. an-Nahl [16] : 89)

Hikmah dan Pelajaran dari Kisah Terdahulu

Kitab Al Qur’an menceritakan kisah-kisah terdahulu yang terjadi pada zaman kenabian. Contohnya, kisah tentang kaum kafir Fir’aun yang telah berbuat keji dan Allah memberikan balasan kepada mereka. Al Qur’an menjelaskan bagaimana sejarah kebinasaan Firaun di Hari Asyura. Melalui kisah tersebut kita belajar bahwa perbuatan buruk hanya akan membawa keburukan, untuk diri sendiri maupun orang lain.

Kisah lain ialah tentang kesabaran Nabi Nuh as. dalam menghadapi kaumnya hingga Allah menyelamatkannya dan kaumnya yang beriman terhadap-Nya saat bencana banjir melanda wilayah mereka. Dari kisah-kisah tersebut kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Allah Ta’ala berfirman,

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al Baqarah [2] : 269)

قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ

“Alif laam raa. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmah” (QS Yunus [10] : 101)

Ilmu Pengetahuan

Al Qur’an mengandung ilmu pengetahuan tentang alam semesta. Seperti sejarah penciptaan bumi dalam Al Quran, proses penciptaan manusia, alasan adanya siang dan malam, dan lain sebagainya. Semua ilmu pengetahuan itu menjadi bekal untuk manusia menggali ilmu pengetahuan yang lebih mendalam untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Itulah beberapa fungsi kitab Allah dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dapat memberikan manfaat kebaikan untuk pembaca semua. Sekaligus meningkatkan keimanan kita agar lebih istiqomah dalam Islam. Aamiin insya Allah.

The post Fungsi Kitab Allah Dalam Kehidupan Sehari-hari Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>