Mendatangi dukun sudah bukan perkara asing di Indonesia, khususnya di daerah terpencil yang masih kental dengan kepercayaan mistik. Salah satunya adalh dukun yang konon katanya bisa meramal dan memperkirakan masa depan kita. Bagaimana Islam memandang perkara ini? Simak penjelasannya di bawah ini.
Dukun atau kaahin menurut bahasa adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-guna). Sedangkan menurut istilah, dukun adalah orang yang menyampaikan berita tentang hal-hal yang terjadi pada masa yang akan datang dan mengaku mengetahui rahasia-rahasia dan sesuatu yang gaib.
Dukun adalah sekelompok orang yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit melalui jampe-jampe dan mantranya. Namun, belakangan ini orang-orang mendatangi dukun untuk membantu menyelesaikan masalah, seperti penyakit, gangguan sihir, kehilangan barang, kesiaalan dan masih banyak lagi.
Dukun mendapat bantuan jampe-jampe tersebut biasanya dari jin untuk membantu orang-orang yang mendatanginya. Praktik dukun dilandasi oleh banyak faktor di antaranya adalah keinginan yang berupa nafsu akan dunia.
Dukun sendiri termasuk thaghut, atau bisa disebut bahwa dukun adalah penolong jin. Allah SWT berfirman dala surat Al-An’am ayat 121.
وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰ أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ
Artinya : “Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu.” (QS. Al-An’an : 121).
Banyak dari kalangan masyarakat meminta dukun agar cepat menjadi kaya dan biasa orang-orang yang pergi ke dukun hanya mengincar kesenangan dunia belaka.
Selain itu, faktor lain adalah dari budaya Indonesia sendiri yang masih mempercayai dengan adanya animisme dan dinamisme sehingga mudah sekali terkena pengaruh hal-hal mistik dan klenik.
Islam memandang praktik dukun sebagai perbuatan yang haram dimana hal tersebut melanggar kepercayaan. Islam hanya diperbolehkan untuk menyembah satu Tuhan yaitu Allah SWT. Dukun pun menyekukan jin dan mendustai Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah termasuk golongan dari kami orang yang mencari perdukunan atau melakukan perdukunan.”
Dari sabda di atas sudah jelas bahwa Rasul melarang umatnya untuk melakukan perdukunan atau yang memberikan bantuan perdukunan. Segala yang menyangkut mengenai perdukunan jelas hukumnya haram karena telah diketahui bahwa dukun bekerja sama dengan jin.
Dalam kerja sama tersebut, dukun dan jin saling bersyarat untuk bisa menjalankan perannya masing-masing. Syarat yang diminta jin tidaklah sukar, biasanya diminta untuk menjadi orang yang kufur dan sesat dari agamanya. Walau pun si dukun melakukan ibadah biasanya seperti shalat, puasa dan sebagainya. Dukun tidak ada itikad baik dalam menjalankan ibadahnya, maka terjadilah kekufuran.
Imam Ibnu Ishak bertutur : “Setiap yang disembah selain Allah Azza wa Jalla adalah Thaghur.” Kata thaghur dari kutipan tersebut dimaksudkan adalah setan.
Sesungguhnya tidak ada yang bisa menciptakan lalat sekali pun, kecuali Allah SWT. Karena Allah adalah pencipta bumi dan mahluk yang tinggal di bumi. Tidaklah pantas menyekutukan Allah SWT. Haram hukumnya jika ada orang yang mempercayai dukun.
Dukun adalah dajal pendusta. Haram pula hukumnya bagi dukun yang mengambil dan merampas harta manusia melalui hasil tipuan dan dustaannya. Dalam pandangan Islam dukun jelas sangat buruk.
Dukun yang dikenal pada jaman modern ini disebut dengan paranormal dan banyak memberi harapan, keselamatan dan kebahagiaan hidup seseorang selain kepada Allah SWT.
Dalam Al-Quran surat Asy-Syu’ara ayat 222, dukun itu disebut sebagai affaakin atsiim yaitu manusia pendusta, karea mereka selalu menerima bisikan setan yang menyuruhnya berbuat bohong.
تَنَزَّلُ عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ
Artinya : “Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yanag banyak dosa.”
Orang bodoh (awam) umumnya beranggapan bahwa berita tersebut merupakan sesuatu yang luar biasa, sedangkan dukun yang membawa kabar dianggap mereka sebagai orang suci.
Bahkan, ada yang beranggapan bahwa dukun adalah wakil Allah. Padahal, sebenarnya mereka itu tertipu, sebab dukun digambarkan dalam Al-Qur’an tidak lebih sebagai teman setan yang akan menyesatkan manusia. Allah SWT berfirman,
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الْإِنْسِ
Artinya : “Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman), ‘Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.” (Al-An’am : 128).
Allah juga menjelaskan dalam firmannya bahwa hanya Allah lah yang mengetahui masalah gaib kecuali para Rasul yang telah diberitahu tentangg hal itu dengan jalan wahyu.
Allah SWT berfirman dalamsurah al-Jinn ayat 26 dan 27
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًاإِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ
Artinya : “Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya.” (QS. Al-Jinn : 26-27).
Dari ayat di atas bisa disimpulkan perkara hal gaib hanya Allah SWT saja yang mengetahui. Dukun hanyalah orang sesat yang mengaku tahu akan segalanya padahal hanya kebohongan semata.
Allah SWT berfirman,
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ
Artinya : “Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah SWT. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Arad : 188).
Dari ayat ini, kita memahami bahwa Rasulullah SAW tidak mengetahui gaib. Sedangkan, para dukun dengan sombongnya mengetahui perkara gaib, jelas hal tersebut adalah kesesatan.
Semoga kita semua dijauhkan dari kesesatan.