Islam adalah sebuah agama keselamatan yang memberi banyak ladang pahala pada setiap hal-hal yang kita lakukan sehari-hari. Mulai dari ibadah wajib hingga ibadah sunah yang memiliki keutamaan dan nilai pahala serta manfat-manfaat yang bisa kita rasakan dengan melaksanakan ibadah-ibadah tersebut. Seperti sholat lima waktu yang hukumnya adalah wajib, puasa ramadhan yang hukumnya juga wajib, hingga sholat-sholat lain yang hukumnya sunah namun memiliki keutamaan dan manfaat yang juga sangat besar untuk kita lakukan, seperti sholat sunah rawatib, sholat sunah tahajud, sholat sunah dhuha dan sholat-sholat sunah lainnya.
Baca juga:
Ketika sholat yang kita lakukan adalah hukumnya sunah, maka kita tidak diwajibkan melakukan sholat tersebut namun ketika kita melaksanakannya dengan hanya diniatkan kepada Allah maka kita akan mendapat pahala yang amat besar, dinaikkan derajatnya di mata Allah bahkan mendapatkan manfaat duniawi dalam kehidupan kita.
(Baca juga: Keutamaan Shalat Istikharah ; Pahala Wanita Shalat di Rumah)
Ada banyak sholat sunah yang bisa kita lakukan di masing-masing waktunya, seperti sholat tahajud yang dilakukan pada waktu sepertiga malam hingga sholat dhuha yang dilakukan pada waktu dhuha, yakni pada saat sekitar jam tujuh hingga jam sembilan pagi. Namun sholat sunah yang paling utama untuk dilakukan adalah sholat sunah rawatib, yakni sholat sunah yang mengiringi setiap lima waktu sholat wajib kita, dari mulai isya’ hingga ke isya’ lagi. Karena sesungguhnya di antara hikmah dan rahmat Allah atas hambanya adalah disyariatkannya Attathowwu‟ (ibadah tambahan), dan dijadikan pada ibadah wajib diiringi dengan adanya attathowwu‟ dari jenis ibadah yang serupa. Hal itu dikarenakan untuk lebih menyempurnakan dan melengkapi kekurangan yang terdapat pada ibadah wajib yang kita lakukan. (Baca juga: Shalat dalam Kendaraan; Keutamaan Shalat Idul Fitri)
Dalam sebuah hadis telah dijelaskan tentang perkara dari sholat sunah rawatib ini bahwa:
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam bersabda : “Pertama kali amal (perbuatan) yang dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat (nanti) adalah ibadah shalatnya, maka jika (ternyata) ibadah shalatnya itu baik, maka baiklah seluruh amalnya, dan jika (ternyata) ibadah shalatnya rusak (jelek), maka rusaklah (jeleklah) seluruh amalnya”.
(Baca juga : Keutamaan Shalat Fajar; Larangan Tidur Setelah Shalat Shubuh)
Kemudian rasul shalallahu alaihi wa sallam bersabda lagi dalam hadis lainnya bahwa:
“Pada tiap antara dua adzan (adzan dan iqamat) ada shalat (sunnah), pada tiap adzan dan iqamat ada shalat (sunnah), pada tiap adzan dan iqamat ada shalat (sunnah) setelah mengatakan tiga kali, bagi siapa yang mau mengerjakannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
(Baca juga: Hukum Meninggalkan Shalat Jumat ; Hukum Sholat Jumat Bagi Wanita)
Dari dua seruan hadist tersebut memberikan pengertian kepada kita mengenai perkara perbuatan dan amalan-amalan yang kite lakukan selama di dunia, bahwa kita tidak hanya dituntut untuk melakukan sholat fardu tapi juga menyempurnakan dan memperbaiki shalat fardhu yang kita lakukan, karena amalan dan perbuatan kita selama di dunia senantiasa oleh malaikat kemudian nantinya akan ada penghitungan dari amalan-amalan yang tercatat tersebut, mulai dari amalan baik hingga amalan buruk kita selama di dunia. Di antara semua amalan dan perbuatan yang kita lakukan di dunia, shalat adalah ibadah pokok yang dijadikan sebagai tolak ukur terpenting atas baik dan buruknya amal seseorang di dunia, maka apabila shalatnya baik, maka akan baiklah seluruh amal lainnya.
Begitupun juga jika yang terjadi adalah sebaliknya, apabila shalatnya rusak (jelek), maka rusaklah seluruh amalnya. Oleh karena itu kita disyariatkan (diperintahkan) mengerjakan, shalat sunnah setelah disyariatkan shalat fardhu yang berjumlah lima waktu dalam satu hari, shalat sunah rawatib dimaksudkan untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan dari shalat fardhu yang kita kerjakan hingga jadi sempurna seperti yang kita harapkan.
(Baca juga: Shalat Malam Sebelum Tidur Menurut Islam; Shalat Taubat)
Bahkan dalam sebuah kisah dikatakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa mengerjakan sholat sunah rawatib dan tidak pernah sekalipun meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak bepergian jauh).
(baca juga: Shalat Lailatul Qadar; Pahala Shalat Tarawih Malam Pertama )
Mengingat pentingnya ibadah sholat sunah rawatib ini serta cara pengerjaannya yang dilakukan secara berulang-ulang mengiringi setiap sholat fardhu. Oleh karena itu, artikel kali ini akan membahas tentang bagaimana tata cara melaksanakan sholat sunnah rawatib supaya kita semua bisa melaksanakan dan mendapatkan pahala serta kenaikan derajat di mata Allah subhana hua ta’ala.
Maksud dari kata mengiringi adalah dengan melakukan sholat sunah rawatib saat sebelum maupun sesudah sholat wajib yang kita lakukan.
Jika sholat sunah yang dilakukan sebelum sholat wajib maka disebut dengan sholat sunah “Qabliyah”, sedangkan jika sholat sunah yang dilakukan sesudah sholat wajib maka disebut dengan sholat sunah “ba’diyah”.
Kemudian, ada dua jenis sholat rawatib yang bisa kita laksanakan sehari-hari untuk mengiringi sholat fardhu kita, yakni sholat “sunnah muakkad” dan sholat “sunnah ghairu muakkad”.
(Baca juga: Shalat Tarawih bagi Wanita; Keutamaan Shalat Witir)
Sholat sunnah rawatib “muakkad” adalah ibadah tambahan dengan kemuliaannya yang sangat besar di mata Allah Subhana Hua Ta’ala dan akan mendatangkan ganjaran/ pahala yang besar dari Allah Subhana Hua Ta’ala apabila kita menunaikannya. Adapun pelaksanaan dari Sholat sunah muakkad ini adalah saat Qabliyah Dzuhur sebanyak dua rakaat, ba’diyah zuhur sebanyak dua rakaat, Ba’diyah Magrib sebanyak dua rakaat, Ba’diyah Isya’ sebanyak dua rakaat, dan Qabliyah subuh sebanyak dua rakaat.
(Baca juga: Manfaat Shalat Tarawih; Keutamaan Shalat Tarawih Berjamaah)
Sedangkan Sholat sunnah rawatib “ghairu muakkad” adalah ibadah tambahan yang juga memiliki kemuliaan tersendiri namun tidak lebih besar dari sholat sunnah muakkad. Adapun pelaksanaan dari sholat sunah ghairu muakkad ini dikerjakan pada saat Qabliyah dzuhur sebanyak dua rakaat, ba’diyah Dzuhur sebanyak dua rakaat, qabliyah ashar sebanyak dua atau empat rakaat, qabliyah mabrib sebanyk dua rakaat, dan qabliyah isya sebanyak dua rakaat.
(Baca juga: Keutamaan Shalat Hajat; Keutamaan Shalat Dhuha)
Dalam sebuah hadis Ummu Habibah dijelaskan bahwa jumlah sholat rawatib adalah 12 rakaat yang kemudian penjelasan lebih rincinya diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa‟i,
Dari Aisyah radiyallahu anha, ia berkata:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah „isya, dan dua rakaat sebelum subuh“. (HR. At-Tarmidzi dan An-Nasa’i).
(Baca juga: Keutamaan Shalat Ashar Berjamaah; Manfaat Shalat Tahajjud)
Sholat sunah rawatib bisa dilakukan d mana saja selama tempatnya bersih dan memungkinkan untuk sholat, namun ada anjuran khusus mengeni tempat sholat rawatib ini yang didasarkan pada hadis-hadis.
Baca juga:
Seperti dalam hadis dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhuma yang berkata bahwa:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Lakukanlah di rumah-rumah kalian dari sholat-sholat dan jangan jadikan rumah kalian bagai kuburan“. (HR. Bukhori no. 1187, Muslim no. 777)
(baca juga: Macam – Macam Shalat Sunnah; Shalat Jenazah)
Kemudian dalam pembahasan lain juga dijelaskan bahwa As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata:
“Sudah seyogyanya bagi seseorang untuk mengerjakan sholat rawatib di rumahnya meskipun di Mekkah dan Madinah sekalipun maka lebih utama dikerjakan dirumah dari pada di masjid Al-Haram maupun masjid An-Nabawi; karena saat Nabi shallallahu a‟alihi wasallam bersabda sementara beliau berada di Madinah.” (Syarh Riyadhus Sholihin)
(Baca juga: Ciri-ciri Orang Munafik Dalam Islam; Keutamaan Menjaga Lisan dalam Islam)
Pelaksanaan sholat sunah rawatib tidak jauh berbeda dengan sholat-sholat fardu, yakni dengan niat, bacaan ayat suc al-Qur’an dan doa-doa tertentu. Hanya saja bacan niatnya yan berbeda. (Baca juga: Doa Ketika Rindu Seseorang ; Cara Cepat Kaya Menurut Islam)
Berikut adalah Tata Cara Sholat Sunnah Rawatib:
1. Niat
Hal pertama adalah niat. Sama seperti pada sholat-sholat lainnya niat sholat rawatib juga dilakukan dalam posisi berdiri. Niat boleh dilafalkan lafadz arabnya dengan pembacaan yang jelas dan tegas dengan mulut namun yang terpenting adalah niat yang diartikan dan digaungkan di dalam hati, harus dengan tegas, jelas, yakin dan pasti. Jika niat yang diartikan dan digaungkan di dalam hati ini masih terasa belum jelas dan yakin sebaiknya diulangi. (Baca juga: Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh; Keistimewaan Wanita Berjilbab)
Sesuai penejelasan di awal bahwa sholat rawatib adalah sholat sunah yang dilakukan untuk mengiringi sholat-sholat wajib kita, maka sholat rawatib ini dilakukan pada banyak waktu sholat wajib maka niatnyapun berbeda-beda, yakni:
Niat Sholat Sunnah Qabliyah (Sebelum) Sholat Dzuhur :
Usholli.. Sunnatad -dzhuhri rak’ataini “qabliyyatan” lillaahi-ta’aala..
Artinya :
{” saya niat sholat sunnah sebelum dzuhur dua raka’at, karena allah ta’ala.. “}
Baca juga:
Niat sholat sunnah ba’diyah (sesudah) sholat dzuhur :
Usholli.. Sunnatad -zhuhri rak’ataini “ba’diyyatan” lillaahi-ta’aala..
Artinya :
{” saya niat sholat sunnah sesudah dzuhur dua raka’at, karena allah ta’ala.. “}
(Baca juga: Cara Mensyukuri Nikmat Allah; Cara Menghindari Riya)
Niat sholat sunnah qabliyah (sebelum) sholat ashar :
Usholli.. Sunnatal ashri rak’ataini “qabliyyatan” lillaahi-ta’aala..
Artinya :
{” saya niat sholat sunnah sebelum ashar dua raka’at , karena allah ta’ala.. “}
(Baca juga: Aqiqah Menurut Islam; Amalan Ibu Hamil Menurut Islam)
Niat sholat sunnah qabliyah (sebelum) sholat maghrib :
Usholli.. Sunnatal maghribi rak’ataini “qabliyyatan” lillaahi-ta’aala..
Artinya :
{” saya niat sholat sunnah sebelum maghrib dua raka’at, karena allah ta’ala.. “}
(Baca juga: Hikmah Puasa Daud Bagi Wanita ; Keutamaan Ibadah Haji)
Niat sholat sunnah ba‟diyah (sesudah) sholat maghrib :
Usholli.. Sunnatal maghribi rak’ataini “ba’diyyatan” lillaahi-ta’aala..
Artinya :
{” saya niat sho lat sunnah sesudah maghrib dua raka’at, karena allah ta’ala.. “}
(Baca juga: Cara Menghindari Syirik; Cara Mengatasi Galau dalam Islam)
Niat sholat sunnah qabliyyah (sebelum) sholat isya’ :
Usholli.. Sunnatal isyaa’i rak’ataini “qabliyyatan” lillaahi-ta’aala..
Artinya :
{” saya niat sholat sunnah sebelum isya’ dua raka’at, karena allah ta’ala.. “}
(Baca juga: Sifat Orang yang Bertakwa ; Hukum Berjabat Tangan )
Niat sholat sunnah ba‟diyah (sesudah) sholat isya’ :
Usholli.. Sunnatal isyaa’i rak’ataini “ba’diyyatan” lillaahi-ta’aala..
Artinya :
{” saya niat sholat sunnah sesudah isya’ dua raka’at, karena allah ta’ala.. “}
(Baca juga: Hari yang Dilarang Puasa dalam Islam; Pamer dalam Islam)
Niat sholat sunnah qobliyah sebelum sholat subuh :
Usholli.. Sunnatas – shubhi rak’ataini “qabliyyatan” lillaahi-ta’aala..
Artinya :
{” saya niat sholat sunnah sebelum subuh dua raka’at, karena allah ta’ala.. “}
(Baca juga: Cara Menjauhi Zina dalam Islam; Keutamaan Menjenguk Orang Sakit)
2. Mengumandangkan Takbir
Takbir adalah langkah awal pembuka dari ibadah sholat yang kita lakukan, dengan mengucapkan kata “Allaahu Akbar” yang di kata terakhir takbir pada saat mulut kita mengucapkan “Akbar” diharuskansambil menggaungkan artian niat sholat di dalam hati kita. (Baca juga: Hukum Mendengarkan Musik Dalam Islam; Wanita yang Dirindukan Surga)
3. Membaca doa iftitah
Setelah menegakkan niat dan takbir, maka selanjutnya adalah membaca doa iftitah yang berbunyi:
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. إِنِّىْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Allaahu Akbaru kabira wal hamdu lillahi kathira, wa subhanallahi bukratan wa asila. Innii wajjahtu wajhiya lillazi fatharas samaawaati wal ardha haniifa muslimaw wa maa anaa minal mushrikeen. Inna salaati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi Rabbil ‘aalameen. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.
artinya:
“Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji yang sebanyak-banyaknya bagi Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan petang hari. Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu bagi-Nya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim).”
4. Membaca surat al-Faatihah
Langkah selanjutnya adalah dengan membaca surat al-faatihah yang berbunyi:
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣ مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧
5. Ruku’, Tuma’ninah dan sujud
Jika sudah menegakkan niat, takbir dan membaca doa iftitah serta surat al-faatihah, maka langkah selanjutnya adalah sama seperti sholat-sholat lainnya seperti dengan pembacaan Surat al-Qur’an, ruku’, tuma’ninah hingga sujud yang terakhir dengan bacaan yang juga sama, kemudian dilakukan sebanyak dua atau empat rakaat tergantung sholat rawatib apa yang kita lakukan.
Namun ada beberapa bacaan surat al-Qur’an yang sangat dianjurkan untuk di baca pada saat shalat rawatib di antaranya adalah:
Anjuran surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Qobliyah Subuh
Pada saat mengerjakan Sholat Rawatib Qobliyah Subuh sangat dianjurkan untuk membaca surat-surat tertentu dalamal-Qur’an dengan berdasarkan pada sumber rujukannya masing-masing dalam sebuah hadis.
(Baca juga: Cara Mengatasi Depresi Menurut Islam ; Doa Agar Dipermudah Segala Urusan)
Hadis pertama adalah menganjurkan pembacan surat al-kaafirun untuk raka’at pertama yang berbunyi:
قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ ١ لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ ٢ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٣ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ ٤ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٥ لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ ٦
Artinya:
(Baca juga:Cara Menghilangkan Kesedihan Menurut Islam; Keutamaan Doa Seorang Ibu )
Kemudian untuk ayat ke duanya adalah dengan mambaca surat al-ikhlas yang berbunyi:
قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢ لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣ وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤
Artinya:
(Baca juga: Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam; Cara Menjadi Muslimah Yang Baik )
Mengenai anjuran bacaan surat al-Kafiruun pada rakaat pertama dan al-Ikhlas pada rakaat kedua ini di jelaskan dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu yang menyatakan,
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh membaca surat Al Kaafirun dan surat Al Ikhlas.” (HR. Muslim)
Kemudian dalam hadis dari Sa’id bin Yasar juga menjelaskan tentang anjuran membaca surat al-Baqarah ayat 136 pada raka’at pertama, yang berbunyi:
قُولُوٓاْ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡنَا وَمَآ أُنزِلَ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَمَآ أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَآ أُوتِيَ ٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمۡ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّنۡهُمۡ وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ١٣٦
artinya:
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma´il, Ishaq, Ya´qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” (Q.S. al-Bawarah : 136)
Sedangkan pada rakaat ke duanya dianjurkan untuk membaca surat Ali Imron ayat 52, yang berbunyi:
۞فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنۡهُمُ ٱلۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ أَنصَارِيٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ ٥٢
artinya:
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (Q.S. Ali Imron : 52)
Hal ini dijelaskan dalam hadis tersebut bahwasannya Ibnu Abbas pernah mengabarkan mengabarkan kepadanya:
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada sholat sunnah sebelum subuh dirakaat pertamanya membaca QS. Al-Baqarah ayat 136 dan dirakaat ke duanya membacaQS. Ali Imron ayat 52. (HR. Muslim)
Surat yang Dibaca pada Sholat Rawatib Ba’diyah Maghrib
Dalam melaksanakan Sholat Rawatib Ba’diyah Maghrib dianjurkan untuk membaca surat al-Kafirun dan surat al-Ikhlas. Hal ini didasarkan pada sebuah hadis yang meriwayatkan tentang kebiasaan Nabi Muhammad shallalllahu ‘alaihi wa sallam dalam melaksanakan sholat sunah rawatib Ba’diyyah Magrib.
Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anha, dia berkata:
“Saya sering mendengar Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau membaca surat pada sholat sunnah sesudah maghrib:”surat Al Kafirun dan surat Al Ikhlas”. (HR. At-Tarmidzi no. 431, berkata Al-Albani: derajat hadits ini hasan shohih).
Baca juga:
Tak kalah penting untuk dilakukan dalam shalat rawatib adalah memperbanyak Dzikir dan Doa kepada Allah Subhanahua ta’ala yang dibacakan pada saat setelah selesai sholat sunah rawatib.
Demikianlah pembahasan mengenai tata cara sholat sunah rawatib ini. Semoga dengan membaca artikel ini dapat menambah khazanah keilmuan dan meningkatkan kualitas keimanan kita terhadap Allah Subhana hua ta’ala. Amin.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…