Masjid Agung Semarang merupakan mesjid tertua di Semarang. Masjid ini menyimpan banyak sejarah karena dibangun sejak abad ke-16 dan di pugar pada tahun 1749 pada masa penjajahan Belanda. Masjid ini memiliki kekhasannya sendiri.
Masjid Agung Semarang memiliki sejarah yang panjang dan berhubungan erat kaitannya dengan berdirinya kota Semarang. Bagaimana sejarah mencatat keberadaan Masjid Agung Semarang? Simak penjelasan di bawah ini.
Muasal Berdirinya Masjid Agung Semarang
Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, terjadi pemberontakan kaum Tionghoa akibat permasalahan dagang dengan VOC. Hal ini, menyebabkan bercana kebakaran besar yang memusnahkan Masjid Agung Semarang di lokasi semulanya.
Masjid Agung Semarang dibangun kembali pada tahun 1759-1760. Pada tahun 1867 dilaksanakan perbaikan bangunan masjid untuk masalah politik dan pendanaan.
Pada tahun 1885 masjid kembali terbakar akibat sambaran petir dan pembangunan kembali dilaksanakan pada tahun 1889. Pembangunan masjid dibantu oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. G. A Gambier dan selesai dibangun pada tahun 1890 atas upaya dari asisten residen Semarang G. J. Blumme dan Tumenggung Raden Tjondrosipeoero sebagai Bupati Semarang.
Pada abad ke-20 Majid agung Semarang mendapat bantuan dana dari pemerintah untuk perbaikan dan menambah fasilitanya di antaranya adalah menara masjid. Masjid ini dibangun di atas salah satu petak tanah Majid Agung Semarang yang telah kembali.
Masjid ini bangun untuk meningkatkan nilai moral dan sebagai pusat ibadah umat muslim di wilayah Jawa Tengah khususnya Makasar. Sebelumnya, Masjid Agung Semarang lahir dari tanah wakaf milik Ki Ageng Pandanaran ll, Bupati Semarang pertama.
Arsitektur Masjid Agung Semarang
Hal arsitektural yang paling terlihat dari Masjid Agung Semarang adalah bentuk atapnya dan terinspirasi dari masjid-masjid bentuk sebelumnya. Atapnya berbentuk limasan bertingkat tiga. Bentuk ini pula yang berpengaruh dari rumah tradisional di pulau Jawa.
Bentuk atap yang mengadaptasi bentuk rumah tradisional Jawa ini dikarenakan Islam tidak membawa bentuk arsitektur khusus ketika masuk ke Indonesia.
Selain dari pengaruh unsur tradisional dan Belanda, Masjid Agung Semarang pun dipengaruhi oleh bangsa Arab yang merupakan asal mula datangnya Islam. Pengaruh Eropa menyebabkan bentuk atap mihrab yang berbentuk segitiga seperti beberapa bangunan Belanda yang dibangun di Indonesia.
Contohnya pada bentuk mihrab Masjid Agung Semarang yang dipengaruhi oleh dua kebudayaan berbeda yaitu Eropa dan Arab. Atap dari mihrab berbentuk kubah, yang banyak ditemui pada masjid-masjid di negara Arab dan Asia Selatan.
Terdapat pula payung di luaran masjid yang berfungsi sebagai hiasan juga bisa terbuka dalam kondisi tertentu, gaya payung tersebut diambil dari gaya arsitektur masjid Nabawi di Arab.
Masjid Agung Semarang memiliki menara asmaul husna yang dibangun setinggi 99 meter mengikuti jumlah asma Allah SWT. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Selain terdapat menara Almaul Husna, di dalamnya terdapat koleksi Al-Quran raksasa yang berukuran 145 x 95 cm. Al-Quran tersebut ditulis tangan oleh Drs. Khyatudin dari pondok pesantren Al-Asyariyyah. Kalibeber, Mojotengah, dan Wonosobo.
Masjid Agung Semarang Masa Kini
Masjid Agung Semarang merupakan salah satu masjid termegah di Indonesia. Pada tahun 2001, Masjid Agung Semarang dibangun dan selesai pada tahun 2006. Pada tahun 2006, masjid ini diresmikan oleh President dan dikelola oleh pemerintah menjadi masjid provinsi.
Pada tahun 2001 pun Masjid Agung Semarang mengalami perombakan gaya arsitektur oleh Ir. H. Ahmad Fanani. Terlihat gaya romawi dari 25 pilar dipelataran masjid. Gaya koloseum Athena Romawi dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi yang sangat indah fan menyimbolkan 25 Nabi dan Rasul.
Di gerbang masjid terdapat tulisan dua kalimat syahadat dan pada bidang data tertulis huruf Arab Melayu “Sucining Guni Gapiraning Gustu.” yang artinya kemauan dan upaya yang tulus embawa ke arah ridha Allah.
Terdapat ruang studio radio dakwah Islam dan pemancar TKU, sedangkan di lantai 2 dan 3 digunakan sebagai museum kebudayaan Islam. Ada pula kafe muslim yang tepatnya berada di lantai 18 dan disusul dengan lima teropong pandang sebagai pusat wisata religi yang bisa digunakan pengunjung di lantai 19.
Pada tahun 1427 H tepatnya pada awal Ramadhan, teropong tersebut digunakan untuk melihat Rukyatul Hilal oleh tim Rukya jawa Tengah yaitu mulainya hari berpuasa dan teropong tersebut adalah teropong canggih yang berasal dari Boscha.
Letak Masjid Agung Semarang
Letak Masjid Agung Semarang berada di jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.
Jalan Gajah Raya merupakan salah satunya akses untuk menuju ke Masjid Agung Semarang dan merupakan jalur penghubung antara jalan jolotundo raya dan jalan tambak boyo barat raya, yang kerap menibulkan macet.
Masjid Agung Semarang berada dipusat kota semarang berdekatan dengan gedung-gedung pemerintahan dan juga berjarak jauh dari pusat perdagangan.
Masjid Agung Semarang selain menjadi tempat beribadah juga menjadi wisata religius. Kini, Masjid Agung Semarang telah memiliki fasilitas lengkap dengan adanya wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamar berbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas tersebut.