Sejarah Turunnya Kitab Taurat yang Harus diketahui

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dalam bahasa Ibrani, Taurat disebut dengan Thora. Taurat adalah kitab yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Musa ‘alaihis salam untuk dijadikan petunjuk dan bimbingan baginya dan bagi kaum Bani Israil.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al-Israa’ ayat 2 yang artinya,

“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu sebagai petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman) : “Janganlah kalian mengambil penolong selain Aku.”

QS. Al Israa’ : 2

Lalu, bagaimanakah sejarah Kitab Taurat?

Sejarah turunnya Kitab Taurat bermula dari peristiwa pemukulan yang dilakukan Nabi Musa ‘alaihis salam terhadap seorang pemuda suku Qibthi. Pemukulan ini berdampak pada kematian.

Karena itu, Raja Fir’aun berupaya menangkap dan membunuh Nabi Musa ‘alaihis salam yang melarikan diri ke negeri Madyan.

Di negeri ini, Nabi Musa ‘alaihis salam bertemu dengan Nabi Syu’aib ‘alaihis salam dan dijodohkan dengan salah satu anak perempuannya.

Setelah tinggal di Madyan cukup lama, Nabi Musa ‘alaihis salam meminta izin kepada Nabi Syu’aib untuk kembali ke Mesir guna mengunjungi orang tuanya.

Di tengah perjalanan, tepatnya di atas bukit yang bernama bukit Thuwa (bukit Thursina), Nabi Musa ‘alaihis salam melihat api. Beliaupun meminta izin kepada anak istrinya untuk mendatangi api tersebut.

Sesampainya di sana, beliau melihat sebuah sinar yang sangat terang. Itulah pertanda dari Allah subhanahu wa ta’ala bahwa Nabi Musa ‘alaihis salam menerima wahyu pertama dan diangkat menjadi rasul.

Dalam surat Thaahaa ayat 10-16 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Ketika dia (Musa) melihat api, lalu dia berkata kepada keluarganya, “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu) dia dipanggil, “Wahai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku. Sungguh, hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas dengan apa yang dia usahakan. Maka janganlah engkau dipalingkan dari (kiamat itu) oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan mengikuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa.”

QS. Thaahaa: 10-16


Di saat itu pula, Nabi Musa ‘alaihis salam diberikan beberapa mukjizat yaitu tongkat menjadi ular dan tangan yang mengeluarkan cahaya putih cemerlang tanpa cacat.

Kedua mukjizat tersebut diberikan kepada Nabi Musa ‘alahis salam untuk menghadapi Fir’aun yang telah melampaui batas.

Karena kesombongannya, Fir’aun tetap tidak mau beriman setelah diberikan nasehat dan diturunkannya berbagai macam azab oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Fir’aun beserta bala tentaranya akhirnya ditenggelamkan di laut ketika mengejar Nabi Musa ‘alaihis salam beserta kaum Bani Israil yang tengah berupaya meninggalkan Mesir.

Nikmat yang begitu besar yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada kaum Bani Israil tersebut ternyata tidak serta merta membuat mereka beriman.

Hal ini tampak ketika mereka sampai di negeri yang menyembah berhala, mereka meminta kepada Nabi Nusa ‘alaihis salam untuk membuat sebuah tuhan berhala. Mereka juga enggan berperang bersama Nabi Musa ‘alaihis salam.

Sontak hal ini membuat Nabi Musa ‘alaihis salam marah dan memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk memisahkan orang-orang beriman dari orang-orang fasik.

Nabi Musa ‘alaihis salam kemudian meninggalkan kaumnya dan pergi ke tempat beliau pertama kali bertemu dengan kalimat-kalimat Allah subhanahu wa ta’ala.

Beliau mendaki bukit Thursina untuk berdialog dengan Tuhan dan menerima Kitab Taurat.

Dalam surat Al A’raaf ayat 142 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) setelah berlalu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya (yaitu) Harun, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah (dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.”

QS. al-A’raaf: 142

Kitab Taurat diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Musa ‘alaihis salam untuk bangsa Bani Israil atau umat Yahudi pada malam keenam di bulan Ramadhan.

Abu Zur’ah ad Dimisyqiy berkata, “Abdullah bin Shalih telah menceritakan kepada kami, Mu’awiyah bin Shalih telah menceritakan kepadaku, dari seseorang yang telah menceritakan kepadanya, ia berkata, “Taurat diturunkan kepada Musa pada malam keenam di bulan Ramadhan. Zabur diturunkan kepada Daud pada malam kedua belas di bulan Ramadhan. Hal itu terjadi 482 tahun setelah turunnya Taurat. Injil diturunkan kepada Isa putera Maryam pada malam kedelapan belas di bulan Ramadhan, yaitu 1050 tahun setelah turunnya Zabur. Sedangkan Al Qur’an diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam kedua puluh empat di bulan Ramadhan.”

al Hafizh Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul
fbWhatsappTwitterLinkedIn