Apapun ilmu yang kita miliki, wajib beramal karena adaalasan umat muslim harus mengamalkan ilmunyauntuk didakwahkan atau diamalkan, bukan karena kita merasa sok pintar atau merasa lebih tahu, namun itu memang sebuah anjuran, yakni seperti hadist Rasulullah, “Sampaikanlah walau satu ayat!”. Nah, inilah alasan kenapa umat islam wajib berdakwah..
[1] Dakwah merupakanjalan hidup Rasul dan pengikutnya
Allah ta’ala berfirman tentangalasan mengapa muslim harus menuntut ilmu (yang artinya), “Katakanlah, Inilah jalanku; aku menyeru kepada Allah di atas landasan ilmu yang nyata, inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku…” (Qs. Yusuf: 108)
Berdasarkan ayat yang mulia ini Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengambil sebuah pelajaran yang amat berharga,
yaitu: Dakwah ila Allah (mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah) keutamaan dakwah dalam islam merupakan jalan orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang beliau tuliskan di dalam Kitab Tauhid bab Ad-Du’a ila syahadati an la ilaha illallah (Ibthal At-Tandid, hal. 44).
[2] Dakwah merupakankarakter orang-orang yang muflih (beruntung)
Allah ta’ala berfirman ciri ciri dakwah yang baik (yang artinya), “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar. Mereka itulah sebenarnya orang-orang yang beruntung.” (Qs. Ali-‘Imran: 104)
Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan riwayat dari Abu Ja’far Al-Baqir tentangadab menyampaikan nasehat dalam islam setelah membaca ayat “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang dimaksud kebaikan itu adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah-ku.” (HR. Ibnu Mardawaih) (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 66)
Dari Hudzaifah binAl-Yaman radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Benar-benar kalianharus memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, atau Allah akanmengirimkan untuk kalian hukuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoakepada-Nya namun permohonan kalian tak lagi dikabulkan.” (HR. Ahmad,dinilai hasan Al-Albani dalam Sahih Al-Jami’ hadits no. 7070. Lihat TafsirAl-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 66)
[3] Dakwah merupakanciri umat yang terbaik
Allah ta’ala berfirman(yang artinya), “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan bagi umatmanusia, kalian perintahkan yang ma’ruf dan kalian larang yang mungkar, dankalian pun beriman kepada Allah…” (Qs. Ali-‘Imran: 110)
Ibnu Katsir mengatakan,“Pendapat yang benar, ayat ini umum mencakup segenap umat (Islam) di setiapjaman sesuai dengan kedudukan dan kondisi mereka masing-masing. Sedangkan kurunterbaik di antara mereka semua adalah masa diutusnya Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam kemudian generasi sesudahnya, lantas generasi yangberikutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 68)
[4] Dakwah merupakansikap hidup orang yang beriman
Allah ta’ala berfirman(yang artinya), “Orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, sebahagianmereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan yangma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,…” (Qs. At-Taubah: 71)
Inilah sikap hidup orangyang beriman, berseberangan dengan sikap hidup orang-orang munafiq yang justrumemerintahkan yang mungkar dan melarang dari yang ma’ruf. Allah ta’alamenceritakan hal ini dalam firman-Nya (yang artinya), “Orang-orang munafiqlelaki dan perempuan, sebahagian mereka merupakan penolong bagi sebahagian yanglain. Mereka memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma’ruf…” (Qs.At-Taubah: 67)
[5] Meninggalkan dakwahakan membawa petaka
Allah ta’ala berfirmantentang kedurhakaan orang-orang kafir Bani Isra’il (yang artinya), “Telahdilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani Isra’il melalui lisan Dawud danIsa putra Maryam. Hal itu dikarenakan kemaksiatan mereka dan perbuatan merekayang selalu melampaui batas. Mereka tidak melarang kemungkaran yang dilakukanoleh sebagian di antara mereka, amat buruk perbuatan yang mereka lakukan itu.”(Qs. Al-Ma’idah: 78-79)
Syaikh As-Sa’di rahimahullahmenjelaskan, “Tindakan mereka itu (mendiamkan kemungkaran) menunjukkan bahwamereka meremehkan perintah Allah, dan kemaksiatan mereka anggap sebagai perkarayang sepele. Seandainya di dalam diri mereka terdapat pengagungan terhadap Rabbmereka niscaya mereka akan merasa cemburu karena larangan-larangan Allahdilanggar dan mereka pasti akan marah karena mengikuti kemurkaan-Nya…” (TaisirAl-Karim Ar-Rahman, hal. 241)
Di antara dampakmendiamkan kemungkaran adalah kemungkaran tersebut semakin menjadi-jadi danbertambah merajalela. Syaikh As-Sa’di telah memaparkan akibat buruk ini,“Sesungguhnya hal itu (mendiamkan kemungkaran) menyebabkan para pelakukemaksiatan dan kefasikan menjadi semakin lancang dalam memperbanyak perbuatankemaksiatan tatkala perbuatan mereka tidak dicegah oleh orang lain, sehinggakeburukannya semakin menjadi-jadi.
Musibah diniyah danduniawiyah yang timbul pun semakin besar karenanya. Hal itu membuat mereka(pelaku maksiat) memiliki kekuatan dan ketenaran. Kemudian yang terjadi setelahitu adalah semakin lemahnya daya yang dimiliki oleh ahlul khair (orangbaik-baik) dalam melawan ahlusy syarr (orang-orang jelek), sampai-sampai suatukeadaan di mana mereka tidak sanggup lagi mengingkari apa yang dahulu pernahmereka ingkari.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)
[6] Orang yangberdakwah adalah yang akan mendapatkan pertolongan Allah
Allah berfirman (yangartinya), “Dan sungguh Allah benar-benar akan menolong orang yang membela(agama)-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Mereka itu adalahorang-orang yang apabila kami berikan keteguhan di atas muka bumi ini, merekamendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan melarangdari yang mungkar. Dan milik Allah lah akhir dari segala urusan.” (Qs.Al-Hajj: 40-41)
Ayat yang mulia ini jugamenunjukkan bahwa barangsiapa yang mengaku membela agama Allah namun tidakmemiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan (mendirikan shalat, menunaikanzakat, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar) maka dia adalahpendusta (lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 540).
[7] Dakwah, bakti anakkepada sang bapak
Allah ta’ala mengisahkannasihat indah dari seorang bapak teladan yaitu Luqman kepada anaknya. Luqmanmengatakan (yang artinya), “Hai anakku, dirikanlah shalat, perintahkanlahyang ma’ruf dan cegahlah dari yang mungkar, dan bersabarlah atas musibah yangmenimpamu. Sesungguhnya hal itu termasuk perkara yang diwajibkan (oleh Allah).”(Qs. Luqman: 17)
Allah juga menceritakandakwah Nabi Ibrahim kepada bapaknya. Allah berfirman (yang artinya), “Ceritakanlah(hai Muhammad) kisah Ibrahim yang terdapat di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnyadia adalah seorang yang jujur lagi seorang nabi. Ingatlah ketika dia berkatakepada bapaknya; Wahai ayahku.
Mengapa engkaumenyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak bisa mencukupidirimu sama sekali? Wahai ayahku. Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagianilmu yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya akan kutunjukkankepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku. Janganlah menyembah syaitan,sesungguhnya syaitan itu selalu durhaka kepada Dzat Yang Maha Penyayang.”(Qs. Maryam: 41-44)
[8] Dakwah, alasan bagihamba di hadapan Rabbnya
Allah berfirman (yangartinya), “Dan ingatlah ketika suatu kaum di antara mereka berkata, ‘Mengapakalian tetap menasihati suatu kaum yang akan Allah binasakan atau Allah akanmengazab mereka dengan siksaan yang amat keras?’ Maka mereka menjawab, ‘Agarini menjadi alasan bagi kami di hadapan Rabb kalian dan semoga saja mereka maukembali bertakwa’.” (Qs. Al-A’raaf: 164)
[9] Menjadi penyelamatsaat hari kiamat
Syaikh As-Sa’di rahimahullahmengatakan, “Inilah maksud paling utama dari pengingkaran terhadap kemungkaran;yaitu agar menjadi alasan untuk menyelamatkan diri (di hadapan Allah), sertademi menegakkan hujjah kepada orang yang diperintah dan dilarang dengan harapansemoga Allah berkenan memberikan petunjuk kepadanya sehingga dengan begitu diaakan mau melaksanakan tuntutan perintah atau larangan itu.” (Taisir Al-KarimAr-Rahman, hal. 307)
Allah berfirman (yangartinya), “Para rasul yang kami utus sebagai pembawa berita gembira dan pemberiperingatan itu, agar tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk mengelak setelahdiutusnya para rasul. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs.An-Nisaa’: 165).
[10] MencontohRasulullah
Dari Ibnu Abbasradhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dihadapan para sahabat pada hari raya kurban. Beliau berkata, “Wahai umatmanusia, hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Hari yang disucikan.” Lalu beliaubertanya, “Negeri apakah ini?” Mereka menjawab, “Negeri yang disucikan.” Lalubeliau bertanya, “Bulan apakah ini?”
Mereka menjawab, “Bulanyang disucikan.” Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya darah, harta, dankehormatan kalian adalah disucikan tak boleh dirampas dari kalian, sebagaimanasucinya hari ini, di negeri (yang suci) ini, di bulan (yang suci) ini.” Beliaumengucapkannya berulang-ulang kemudian mengangkat kepalanya seraya mengucapkan,“Ya Allah, bukankah aku sudah menyampaikannya? Ya Allah, bukankah aku telahmenyampaikannya?”… (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Hajj, bab Al-Khutbahayyama Mina. Hadits no. 1739)
[11] Menjadi penyampaikebaikan
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahmenerangkan, “Sesungguhnya beliau mengucapkan perkataan semacam itu (Ya Allahbukankah aku sudah menyampaikannya) disebabkan kewajiban yang dibebankan kepadabeliau adalah sekedar menyampaikan. Maka beliau pun mempersaksikan kepada Allahbahwa dirinya telah menunaikan kewajiban yang Allah bebankan untuk beliaukerjakan.” (Fath Al-Bari, jilid 3 hal. 652).
[12] Dakwah talipemersatu umat
Setelah menyebutkan kewajibanuntuk berdakwah atas umat ini, Allah melarang mereka dari perpecahan, “Danjanganlah kalian seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih setelahketerangan-keterangan datang kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yangberhak menerima siksaan yang sangat besar.” (Qs. Ali-‘Imran: 105)
[13] Mencegahperpecahan
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahmengatakan, “Kalaulah bukan karena amar ma’ruf dan nahi mungkar niscaya umatmanusia (kaum muslimin) akan berpecah belah menjadi bergolong-golongan,tercerai-berai tak karuan dan setiap golongan merasa bangga dengan apa yangmereka miliki…” (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 102)
Nah sobat, yuk kita salingmenyebar kebaikan pada sesama, sampai jumpa di artikel berikutnya, terimakasih.