Budaya mencontek masih sering kita temui saat ini, bukan hanya dikalangan pelajar namun juga dikalangan orang dewasa demi tujuan tertentu. Contohnya saja saat menjalani tes ujian PNS (Pegawai Negeri Sipil) atau tes-tes kedinasan lainnya.
Dan untuk adik-adik yang mau menjalankan tes perguruan tinggi. Bahkan saat ini banyak jasa yang menawarkan solusi untuk dapat lolos dalam ujian tersebut secara instan dengan menawarkan program yang malah menjerumuskan kita kedalam perbuatan yang curang.
Berikut adalah 5 Larangan Mencontek Dalam Islam.
- Mencontek Berarti Berbuat Curang
Ketika seseorang mencontek itu karena ia ingin membuat hasil ujiannya terlihat baik sehingga ia akan mudah mencapai tujuannya. Karena baginya yang dipentingkan adalah hasil, bukan proses yang ia lalui.
Padahal Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR. Muslim no. 101, dari Abu Hurairah).
Hadits di atas ada kisahnya ketika seorang pedagang mengelabui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak jujur dalam jual belinya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim no. 102)
Ini berarti setiap orang yang menipu, berbuat curang, dan mengelabui orang lain, seperti yang dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah termasuk golongan beliau. Artinya, diancam telah melakukan dosa besar. Dan mencontek adalah perbuatan yang curang dan termasuk dalam dosa tersebut.
2. Mencontek Berarti Tidak Jujur
Mencontek berarti tidak jujur. Ketidak jujuran dapat mengantarkan seseorang pada neraka.
Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
3. Mencontek Termasuk Sifat Orang Munafik
Mencontek sesungguhnya menunjukkan bahwa orang tersebut termasuk golongan yang negatif, hal ini sesuai hadits Bukhari dan Muslim.
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar” (HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini menerangkan tanda munafik, yang memiliki sifat tersebut berarti serupa dengan munafik atau berperangai seperti kelakuan munafik. Karena yang dimaksud munafik adalah yang ia tampakkan berbeda dengan yang disembunyikan. Pengertian munafik ini terdapat pada orang yang memiliki tanda-tanda tersebut” (Syarh Muslim, 2: 47).
4. Terhalang Rezekinya
Akibat menyontek itu sendiri yaitu jika pekerjaan diperoleh dari ijazah hasil menyontek, maka Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda.
إنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
“Seorang hamba boleh jadi terhalang rizki untuknya karena dosa yang ia perbuat.” (HR. Ahmad 5: 282, sanadnya dhoif sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
5. Tanamkan Prinsip Kejujuran
Lebih baik nilai pas-pasan daripada berbuat curang dan berbohong dengan menyontek. Prinsip inilah yang harus ditanamkan oleh orang tua pada anak-anaknya. Harusnya orang tua mengajarkan kepada anak-anak supaya jujur dan mencari ridho Allah.
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menuliskan surat kepada Mu’awiyah. Isinya sebagai berikut,
مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
“Barangsiapa mencari ridho Allah sedangkan manusia murka ketika itu, maka Allah akan bereskan urusannya dengan manusia yang murka tersebut. Akan tetapi barangsiapa mencari ridho manusia, namun membuat Allah murka, maka Dia akan serahkan orang tersebut kepada manusia.” (HR. Tirmidzi no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Jika pondasi rusak maka bangunannya tentu rusak. Semoga Allah mendatangkan kemudahan dan juga memberikan taufik kepada mereka untuk berlaku jujur dan menjauhi kecurangan. Aamiin.