Dalil dan Hadits Tentang Bahaya Nafsu Syahwat

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Hawa nafsu dan syahwat adalah penyakit yang amat berbahaya yang menghinggapi hati seorang muslim. Di dalam Alqur’an Allah Ta’ala telah mencela hawa nafsu dan pelakunya serta bahaya nafsu dalam islam.

Seperti hadits dibawah ini yang menjelaskan:

إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَفُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْهَوَى

“Sesungguhnya diantara yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah syahwat yang menyesatkan pada perut dan kemaluan serta hawa nafsu yang menyimpangkan dari jalan yang lurus.“

Allah pun menyebutkan bahaya-bahaya yang ditimbulkan olehnya, yaitu:

1. Pengikut Hawa Nafsu Diserupakan Dengan Salah Satu Sifat Anjing

Allah Ta’ala menyebutkan bahwa orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya bagaikan anjing yang menjulurkan lidahnya, Allah Ta’ala berfirman:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِيْ ءَاتَيْنَاهُ ءَايَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِيْنَ {175} وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى اْلأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلُ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ … {176}

“Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang yang sesat.” (QS. Al-A’raf: 175).

“Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (QS. Al-A’raf: 176).

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata:

“Allah Subhanahu wa Ta’ala menyerupakan orang yang diajarkan ilmu dan Al-qur’an namun ia tidak mau mengamalkannya dan mengikuti hawa nafsunya seperti anjing yang termasuk hewan yang paling dungu dan sangat rakus.”

Semangatnya hanya berkutat pada perut (dan kemaluannya), diantara bukti kerakusannya adalah ia senantiasa berjalan dengan moncong hidungnya ke tanah. Ia selalu mencium duburnya tanpa bagian tubuhnya yang lain.

Bangkai lebih ia sukai dari daging yang segar, tinja lebih ia gemari dari makanan yang enak. Jika ia menemukan bangkai yang mencukupi seratus anjing ia tidak akan memberikan peluang anjing lain untuk makan bersamanya saking rakus dan bakhilnya.

Penyerupaan orang yang lebih mengutamakan kehidupan dunia dari kehidupan akhirat. Padahal ia mempunyai ilmu yang banyak dan inilah pentingnya iman dalam islam itu sendiri.

Seperti anjing yang menjulurkan lidahnya mempunyai rahasia yang indah yaitu bahwa orang yang lepas dari ayat-ayat Allah ini dan lebih mengikuti hawa nafsunya. Semua itu disebabkan keserakahannya terhadap dunia dan hatinya pun terputus dari Allah dan kampung akhirat karena keserakahannya itu.

Disesatkan diatas ilmu:

أَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jasiyah : 23).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

“Artinya ia hanya mau melakukan perintah hawa nafsunya saja, apa yang ia pandang baik dilakukannya dan apa yang menurutnya buruk ditinggalkannya dan ayat ini dapat dijadikan dalil yang membantah pendapat Mu’tazilah yang berpendapat bahwa akal berdiri sendiri dalam menilai baik dan buruk.. (dan Allah pun menyesatkannya di atas ilmu) ada dua makna: pertama, bahwa Allah menyesatkannya karena Allah mengetahui bahwa ia berhak mendapatkannya. Kedua, Allah menyesatkannya setelah tegak hujjah kepadanya.”

2. Yang Paling Sesat Di Dunia

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ  

 “Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti keinginan mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.“ (QS. Al Qasas : 50).

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata:

“Ini adalah manusia yang paling sesat. Ia ditawarkan hidayah dan jalan yang lurus yang akan menyampaikannya kepada Allah dan negeri kemuliaan, namun ia tidak mau menerima dan tidak pula menengoknya. Sementara hawa nafsunya menyerunya kepada jalan yang akan menyampaikannya kepada kebinasaan dan kesengsaraan ternyata ia mengikutinya dan meninggalkan hidayah.

Adakah orang yang lebih sesat dari orang yang seperti ini sifatnya?! Akan tetapi permusuhan dan kebenciannya kepada kebenaran yang menjadikan ia terus menerus di atas kesesatan sehingga Allah tidak memberi hidayah kepadanya”.

3. Tidak Berhak Menjadi Panutan.

وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.“. (QS. Al-Kahf : 28).

Dalam ayat ini Allah melarang Rasul-Nya untuk mentaati orang yang mempunyai salah satu dari tiga sifat:

Pertama, orang yang lalai dari mengingat Allah sehingga ia pun Allah buat lalai dari mengingat-Nya sebagai balasan dari perbuatannya.

Kedua, orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan mengikuti semua titah syahwatnya bahkan berusaha untuk meraihnya walaupun padanya terdapat kebinasaan dan kerugian.

Dan yang ketiga adalah yang urusannya sia-sia dan meremehkan batasan-batasan Allah dan syariat-Nya, maka orang yang seperti ini tidak berhak menjadi panutan dalam kehidupan manusia. Ketahui pula cara mengatasi nafsu syahwat yang besar menurut islam.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang berhak ditaati dan menjadi imam untuk manusia adalah orang yang hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah dan lisannya senantiasa basah dengan dzikir kepada-Nya. Ia senantiasa mengikuti keridhaan Rabb-nya dan lebih mengutamakan-Nya dari hawa nafsunya. Ia juga selalu menjaga waktunya dan istiqamah dalam perbuatannya, serta mengajak manusia kepada (hidayah) yang Allah berikan kepadanya.”

4. Sifat Orang yang Zalim

بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَآءَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَن يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللهُ وَمَاَلُهم مِّن نَّاصِرِينَ

“Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti keinginannya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang dapat memberi petunjuk kepada orang yang telah disesatkan Allah. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi mereka.” (Ar Rum : 29).

5. Menyesatkan Pelakunya dari Jalan Allah

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ ࣖ

“(Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.nlah engkau mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkanmu dari jalan Allah..” (QS. Shaad: 26).

Sadari pula jenis nafsu dalam islam yang sering terabaikan oleh kita. Amat berat kerusakan yang ditimbulkan oleh hawa nafsu dan syahwat. Keduanya merusak dunia dan agama bahkan merusak tatanan kehidupan manusia akibat hatinya yang telah hitam kelam, tidak lagi dapat mengenal yang ma’ruf tidak pula mengingkari yang mungkar.

yang mungkar sebagaimana disebutkan dalam hadits:

وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ

“..dan hati yang hitam seperti cangkir yang terbalik; tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang mungkar kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya.” (HR Muslim).

fbWhatsappTwitterLinkedIn