puasa muharram Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/puasa-muharram Tue, 17 Sep 2019 08:48:17 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png puasa muharram Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/puasa-muharram 32 32 Manfaat Puasa Muharram yang Wajib Diketahui Setiap Umat Muslim https://dalamislam.com/info-islami/manfaat-puasa-muharram Tue, 17 Sep 2019 08:48:13 +0000 https://dalamislam.com/?p=7913 Satu dari sekian banyak bulan dalam tahun hijriah yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala ialah bulan Muharram. Pada bulan ini, selain dianjurkan untuk meraih pahala orang yang menyantuni anak yatim, umat Islam juga dianjurkan untuk berpuasa sunnah. Ada beberapa puasa sunnah yang dapat dijalankan yaitu Puasa Senin Kamis, Puasa Tasu’a dan Puasa ‘Asyura. Setiap […]

The post Manfaat Puasa Muharram yang Wajib Diketahui Setiap Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Satu dari sekian banyak bulan dalam tahun hijriah yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala ialah bulan Muharram. Pada bulan ini, selain dianjurkan untuk meraih pahala orang yang menyantuni anak yatim, umat Islam juga dianjurkan untuk berpuasa sunnah.

Ada beberapa puasa sunnah yang dapat dijalankan yaitu Puasa Senin Kamis, Puasa Tasu’a dan Puasa ‘Asyura. Setiap jenis puasa sunnah tersebut memiliki manfaat yang luar biasa.

Apa sajakah manfaat puasa sunnah di bulan Muharram?

Simak selengkapnya berikut ini!

Puasa Senin Kamis

Sebenarnya Puasa Senin Kamis ini bisa dilakukan kapan saja selagi dalam waktu diperbolehkannya berpuasa. Namun, tak ada salahnya bila kita ulas dalam amalan sunnah di bulan Muharram.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi (shahih dilihat dari jalur lainnya)Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1041)

Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 4897)

Salah satu manfaat dari keutamaan Puasa Senin Kamis yaitu mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Puasa Tasu’a dan ‘Asyura

Keistimewaan bulan Muharram ini karena adanya anjuran Puasa Tasu’a dan Puasa ‘Asyura yang jatuh pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Pada tahun 2019 ini, puasa sunnah ini dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 September 2019.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «مَا هَذَا؟»، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى الله بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam tiba di Madinah, maka beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa hari ‘Asyura. Beliau bertanya kepada mereka: “Ada apa ini?”

Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini.”

Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saya lebih layak dengan nabi Musa dibandingkan kalian.” Maka beliau berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa ‘Asyura.”(HR. Bukhari no. 2204 dan Muslim no. 1130)

Seperti yang tertuang dalam dalil di atas, keutamaan Puasa Tasua adalah untuk menyelisihi orang Yahudi. Sebab pada zaman kenabian, orang Yahudi memiliki kebiasaan berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja.

Setelah menjalankan Puasa Tasua, dianjurkan pula untuk melanjutkan amalan sunnah Puasa ‘Asyura. Ada kemuliaan tersendiri bagi yang menjalankannya yakni pahalanya mampu menghapuskan dosa setahun yang lalu, sebagaimana yang tertuang dalam dalil berikut ini.

Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura, dan beliau menjawab, Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).

Itulah ulasan mengenai manfaat puasa sunnah di bulan Muharram yang dapat Anda ketahui. Semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk bisa mengamalkannya. Aamiin.

The post Manfaat Puasa Muharram yang Wajib Diketahui Setiap Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Puasa Sunnah di Bulan Muharram yang Bisa Kamu Amalkan https://dalamislam.com/info-islami/puasa-sunnah-di-bulan-muharram Sat, 14 Sep 2019 03:06:27 +0000 https://dalamislam.com/?p=7903 Puasa sunnah merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan. Menurut pengertiannya, puasa ialah menahan diri dari lapar dan haus, serta dari segala hal yang mampu membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Manfaat dari puasa ini lebih dari sekadar mengistirahatkan perut. Tetapi lebih dari itu, puasa dapat menjadi saran untuk melatih diri agar lebih sabar […]

The post Puasa Sunnah di Bulan Muharram yang Bisa Kamu Amalkan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Puasa sunnah merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan. Menurut pengertiannya, puasa ialah menahan diri dari lapar dan haus, serta dari segala hal yang mampu membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Manfaat dari puasa ini lebih dari sekadar mengistirahatkan perut. Tetapi lebih dari itu, puasa dapat menjadi saran untuk melatih diri agar lebih sabar dan sederhana.

Jika puasa wajib dijalankan pada bulan Ramadhan, puasa sunnah ini dapat dijalankan pada hari-hari biasa yang tidak ada larangan untuk berpuasa. Salah satunya ialah bulan Muharram. Puasa sunnah merupakan amalan di bulan Muharram yang istimewa.

Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda:

‏أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (syahrullah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan shalat yang paling utama sesudah shalat fardhu” (HR. Muslim, no. 1982).

Lantas, apa sajakah macam-macam puasa sunnah di Bulan Muharram?

Simak selengkapnya berikut ini!

Puasa Sunnah Senin Kamis

Puasa sunnah Senin Kamis ialah puasa yang dilakukan pada Hari Senin dan Kamis dalam setiap pekan. Kecuali bila hari tersebut bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha dan Hari Tasyrik yang diharamkan untuk berpuasa.

Keutamaan Puasa Senin Kamis terdapat dalam dalil berikut ini.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739. All Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Puasa Tasu’a dan Puasa ‘Asyura

Puasa Tasu’a jatuh pada tanggal 9 Muharram dan Puasa ‘Asyura jatuh pada tanggal 10 Muharram. Keduanya merupakan puasa sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. Puasa Tasu’a untuk menyelisihi puasa ahli kitab. Sedangkan Puasa ‘Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu. Sebagaimana yang tertuang dalam hadits berikut ini.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata, “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada hari itu, mereka berkomentar, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah SAW pun menjawab, ‘Kalau begitu, pada tahun depan insya Allah kita berpuasa pada hari kesembilan’. Dan belum tiba tahun yang akan datang, namun Nabi SAW sudah wafat” (HR. Muslim no. 1916).

Adapun dalil tentang keutamaan Puasa ‘Asyura ialah sebagai berikut.

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa hari ‘Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu” (HR. Muslim no. 1975).

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ؟ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Dari Abu Qatadah Al-Anshari RA, Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari ‘Asyura, maka beliau bersabda: “Puasa ‘Asyura dapat menghapuskan dosa-dosa kecil setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162).

Itulah beberapa puasa sunnah yang dianjurkan pada bulan Muharram. Semoga kita semua dapat mengamalkannya dengan baik. Sebaiknya pelajarilah syarat dan ketentuan sebelum menjalani puasa sunnah tersebut agar tidak menjadi jenis amal yang sia-sia dalam Islam.

Akan lebih baik lagi jika Anda mengawali bulan Muharram ini dengan membaca doa awal Muharram dan memperbanyak amal-amal baik.

The post Puasa Sunnah di Bulan Muharram yang Bisa Kamu Amalkan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Puasa Muharram dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-puasa-muharram Mon, 11 Sep 2017 02:10:56 +0000 http://dalamislam.com/?p=2048 Bulan Muharram merupakan bulan pertama yang ada di dalam kalender Hijriyah yang disebut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Syahrullah atau Bulan Allah yang memiliki keutamaan sangat besar. Sebelum hadirnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bulan ini tidak dinamakan dengan bulan Al-Muharram melainkan bulan Shafar Al-Awwal, sementara untuk bulan Shafar disebut dengan Shafar […]

The post Hukum Puasa Muharram dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bulan Muharram merupakan bulan pertama yang ada di dalam kalender Hijriyah yang disebut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Syahrullah atau Bulan Allah yang memiliki keutamaan sangat besar. Sebelum hadirnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bulan ini tidak dinamakan dengan bulan Al-Muharram melainkan bulan Shafar Al-Awwal, sementara untuk bulan Shafar disebut dengan Shafar Ats-Tsani yang kemudian diganti dengan bulan Al-Muharram sesudah datangnya Islam.

Al-Muharram sendiri memiliki arti waktu yang diharamkan dalam arti dilarang untuk menzalimi diri sendiri dan juga berbuat dosa. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di keempat bulan itu” (QS At-Taubah: 36). Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai hukum puasa Muharram, silahkan simak ulasan berikut ini.

Artikel terkait:

Dalil Mengenai Disyari’atkannya Berpuasa

Berikut ini beberapa dalil berupa hadits mulai dari yang Sahih dan juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang melalui para sahabat-sahabatnya, antara lain:

  • Hadits Aisyah Radhiallahu ‘anha

Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata, “Dulu pada hari Asyuro, orang-orang Quraisy berpuasa padanya di masa jahiliyah dan adalah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam dulu juga berpuasa padanya. Tatkala beliau berhijrah ke Madinah, beliau berpuasa padanya dan memerintahkan (manusia) untuk berpuasa padanya. Dan tatkala (puasa) ramadhan diwajibkan beliaupun meninggalkan (puasa) hari Asyuro. Maka (semenjak itu) siapa saja yang ingin (berpuasa padanya) maka dia berpuasa dan siapa saja yang ingin (untuk tidak berpuasa) maka dia meninggalkannya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

  • Hadits Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma

Beliau berkata, “Nabi datang (hijrah) ke Madinah dan beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyuro`, maka beliau bertanya: “Apa ini?”, mereka (orang-orang Yahudi) menjawab: “Ini adalah hari baik, ini adalah hari Allah menyelamatkan Bani Isra`il dari musuh mereka maka Musa berpuasa padanya”, beliau bersabda : “Kalau begitu saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian” maka beliaupun berpuasa dan memerintahkan (manusia) untuk berpuasa”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

  • Jabir bin Samurah Radhiallahu ‘Anhuma

Beliau berkata, “Adalah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk berpuasa pada hari ‘Asyuro`, memotivasi dan mengambil perjanjian dari kami di sisi beliau, tatkala telah diwajibkan (puasa) Ramadhan, beliau tidak memerintahkan kami, tidak pula melarang kami dan tidak mengambil perjanjian dari kami di sisi beliau”. (HR. Muslim)

Beberapa dalil diatas memperlihatkan jika puasa ayura pada awalnya disyariatkan saat beliau sampai pertama kali di Kota Madinah. Penyebab asal syariat tersebut adalah karena pada hari tersebut, Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam dari para musuh seperti yang tertulis dalam hadits Abdullah bin ‘Abbas, sehingga bukan terjadi karena mengikuti ajaran agama orang Yahudi.

Artikel terkait:

Hukum Puasa di Bulan Muharram

Dari beberapa hadits diatas dan beberapa hadits lainnya sudah menjelaskan jika dulu hukum puasa hari Asyuro adalah wajib, hal ini disebabkan karena Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam memberi perintah dalam hadits Ibnu ‘Abbas. Namun, sesudah turun kewajiban untuk berpuasa di bulan Ramadhan, maka hukum wajib tersebut dimansukh atau dihapuskan dan diganti menjadi sunnah seperti yang ada dalam hadits Aisyah radhiallahu ‘anha.

Imam An-Nawawi rahimahullah bersabda dalam Syarh Muslim [8/6], “Para ulama telah bersepakat bahwa puasa pada hari ‘Asyuro` hukumnya sekarang (yaitu ketika telah diwajibkannya puasa Ramadhan) adalah sunnah dan bukan wajib”. Dan ijma’ akan hal ini juga telah dinukil oleh Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah sebagaimana dalam Fathul Bary (2/246)

Keutamaan Puasa Muharram

Ada sejumlah hadits yang menunjukkan mengenai keutamaan dari menjalankan puasa Asyuro, diantaranya adalah:

  • Hadits Abu Qotadah Al-Harits bin Rib’iy radhiallahu ‘anhu

Beliau bersabda, “Sesungguhnya Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa hari ‘Arafah, maka beliau menjawab : “Menghapuskan (dosa-dosa) setahun yang lalu dan (setahun) yang akan datang”, dan beliau ditanya tentang puasa hari ‘Asyuro` maka beliau menjawab : “Menghapuskan (dosa-dosa) setahun yang lalu”. (HR. Muslim)

  • Hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma

Beliau bersabda, “Saya tidak pernah melihat Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam sangat bersungguh-sungguh berpuasa pada suatu hari yang dia lebih utamakan daripada selainnya kecuali pada hari ini hari ‘Asyuro` dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan“. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

  • Hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu

Acara marfu’, Puasa yang paling afdhol setelah Ramadhan adalah (puasa) pada bulan Allah Muharram dan sholat yang paling afdhol setelah sholat wajib adalah sholat lail”. (HR. Muslim)

Artikel terkait:

Hukum saat Lupa Puasa Muharram

Seseorang yang sudah terlanjur makan dan lupa atau tidak mengetahui jika hari tersebut adalah hari asyuro, maka hukumnya adalah seperti yang sudah dikatakan Imam An-Nawawi di dalam Syarh Muslim [8/19], “Barangsiapa yang sudah makan pada hari ‘Asyuro` maka hendaknya dia menahan (berpuasa) pada sisa harinya”. Sementara itu, ada dua buah dalil yang memperlihatkan hal tersebut, yakni:

  • Hadits Salamah Ibnul Akwa’ radhiallahu ‘anhu

Beliau bersabda, “Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan seorang lelaki dari Bani Aslam agar mengumumkan kepada manusia bahwa barangsiapa yang yang sudah makan maka hendaknya dia berpuasa pada sisa harinya dan barangsiapa yang belum makan maka hendaknya dia berpuasa, karena hari ini adalah hari ‘Asyuro`”. (HR.Al- Bukhari dan Muslim)

  • Hadits Ar-Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz radhiallahu ‘anha

Beliau bersabda, “Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam mengutus (utusan) kepada desa-desa Anshor pada subuh hari ‘Asyuro` (untuk menyerukan) : “Barangsiapa yang masuk di waktu subuh dalam keadaan berbuka (telah makan) maka hendaknya dia sempurnakan sisa harinya (dengan berpuasa) dan barangsiapa yang masuk di waktu subuh dalam keadaan berpuasa maka hendaknya dia berpuasa”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Puasa di Bulan Muharram

Saat memasuki bulan Muharram, maka dihalalkan untuk melaksanakan puasa dan bahkan disunnahkan untuk lebih memperbanyak ibadah puasa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah, Al-Muharram. Dan sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan An-Nasai, dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Selain itu, ditekankan juga untuk berpuasa sunnah pada hari Asyura yakni hari kesepuluh pada bulan Al-Muharram. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ini adalah hari ‘Asyura (hari ke-10 pada Al-Muharram), dan Allah tidak mewajibkan puasa atas kalian (di hari ini), adapun saya berpuasa. Barangsiapa yang ingin berpuasa, maka berpuasalah. Dan barangsiapa yang ingin berbuka, maka berbukalah.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Malik, dan Ahmad, dari hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma)

Puasa asyura ini bisa menghapuskan dosa yang sudah dilakukan tahun lalu menurut  sabda Nabi Shallallahu [alaihi wa sallam, “Puasa di hari Asyura, saya memohon kepada Allah agar menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari hadits Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu)

Selain itu, disunnahkan juga untuk lebih mengutamakan puasa sehari sebelumnya yakni di hari kesembilan bulan Al-Muharram. Dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau bersabda, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di hari ‘Asyura dan beliau memerintahkan (para sahabat) untuk berpuasa, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya (hari ‘Asyura) itu merupakan hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau begitu tahun depan insya Allah kita akan berpuasa di hari yang ke-9, (ke-10), dan ke-11.”” (HR Muslim, dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)

Sahabat Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tahun depannya tidak berpuasa karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggal dunia.” Dan diriwayat yang lain disebutkan, “Jika sekiranya aku masih hidup sampai tahun depan, maka sungguh aku akan berpuasa di hari yang kesembilan.” (HR Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)

Oleh sebab itu, sebagian ulama seperti Ibnu Qayyim dan beberapa ulam lain mengatakan jika puasa Asyura dibagi menjadi tiga situasi yang berbeda yakni:

  • Puasa pada hari asyura dan tasu’ah [9 Muharram] merupakan hal yang paling afdhal.
  • Puasa pada hari asyura dan tanggal 11 Muharram memiliki pahala yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang pertama.
  • Puasa pada hari asyura saja menurut sebagian ulama memakruhkan sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi perintah untuk meyelisihi Yahudi, akan tetapi untuk sebagian ulama memberikan keringanan dan tidak menganggapnya makruh.

Artikel terkait:

Demikian ulasan yang bisa kami berikan mengenai hukum puasa Muharram. Semoga Allah selalu memberikan kita sebagai hamba-Nya taufik supaya bisa tetap teguh di jalan kebenaran yang diberikan Allah SWT dan bersegera untuk melakukan sebelum datangnya hari dihisabnya semua amalan dan menjauhkan.

The post Hukum Puasa Muharram dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Puasa 1 Muharram dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-puasa-1-muharram Mon, 11 Sep 2017 01:50:27 +0000 http://dalamislam.com/?p=2045 Muharram merupakan tahun baru Islam yakni bulan pertama di dalam kalender Islam. Kata Muharram sendiri memiliki arti terlarang yang berasal dari kata haram yang berarti dosa dan menjadi bulan paling suci urutan kedua sesudah Ramadhan dan menjadi bulan yang dimuliakan diantara 4 bulan Islam. “Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” […]

The post Hukum Puasa 1 Muharram dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Muharram merupakan tahun baru Islam yakni bulan pertama di dalam kalender Islam. Kata Muharram sendiri memiliki arti terlarang yang berasal dari kata haram yang berarti dosa dan menjadi bulan paling suci urutan kedua sesudah Ramadhan dan menjadi bulan yang dimuliakan diantara 4 bulan Islam.

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim 1163).

Dari hadits diatas menjadi dalil jika Muharram sangat dianjurkan untuk memperbanyak puasa selama Muharram tersebut. Lalu, apa saja hukum puasa 1 Muharram di dalam Islam?, berikut ulasan selengkapnya.

Artikel terkait:

Hukum Berpuasa pada 1 Muharram

Prinsip mendasar yang harus digarisbawahi adalah amal yang didapat pada Muharram adalah sama namun hukumnya bisa berbeda bergantung dari niat pelaku puasa Muharram tersebut.

”Sah dan tidaknya amal, bergantung pada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari 1 dan Muslim 1907)

Perumpamaan Hukum Akad

Sebagai perumpamaan, apabila ada seseorang yang memberikan uang untuk orang lain, maka ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi.

  • Kemungkinan pertama: Apabila niat untuk disumbangkan, maka akadnya merupakan hibah.
  • Kemungkinan kedua: Apabila tidak diniatkan untuk disumbang, maka akadnya adalah qardh atau hutang yang wajib untuk dikembalikan orang yang menerima uang tersebut.
  • Kemungkinan ketiga: Uang yang diberikan tersebut akadnya adalah wadi’ah atau titipan yang wajib dijaga dengan baik oleh penerima uang tersebut.

Jika disimpulkan, bentuk penyerahan uang ini memiliki hukum yang berbeda berdasarkan dengan perbedaan niat yang dilakukan pemberi uang tersebut.

Perumpamaan Hukum Puasa

Perumpaan lainnya adalah apabila seseorang melakukan puasa pada hari Senin yakni tanggal 9 Dzulhijah, maka ada tiga kemungkinan mengenai hukum puasa tersebut.

  • Kemungkinan pertama: Apabila orang tersebut meniatkan puasa yang dijalankan untuk qadha Ramadhan yang sudah menjadi tanggungan, maka statusnya menjadi wajib.
  • Kemungkinan kedua: Apabila seseorang menjalankan puasa tersebut dengan niat puasa hari Senin.
  • Kemungkinan ketiga: Apabila seseorang menjalankan puasa tersebut dengan niat puasa Arafah.

Dalam hal ini, puasa yang dijalankan adalah sama, akan tetapi untuk status dan juga nilai puasa yang akan didapat berbeda-beda bergantung dari niat pelaksana puasa tersebut.

Kemungkinan Niat Puasa 1 Muharram

Seseorang yang menjalankan puasa pada tanggal 1 Muharram, kemungkinan mempunyai dua niatan yang berbeda, yakni:

  • Motivasi: Seseorang yang menjalankan puasa tanggal 1 Muharram dilakukan karena motivasi dari hadits anjuran untuk memperbanyak puasa di bulan Muharram dan ini masuk ke dalam jenis puasa yang baik sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Tahun baru: Seseorang menjalankan puasa pada tanggal 1 Muharram karena tahun baru atau mengawali tahun baru dengan melaksanakan puasa atau karena keyakinan fadhilah khusus untuk awal tahun dan sebagainya.

Artikel terkait:

Penjelasan Dr. Muhammad Ali Farkus – Ulama Aljazair

”Perlu diperhatikan bahwa selama bulan Muharam, dianjurkan memperbanyak puasa. Tidak boleh mengkhususkan hari tertentu dengan puasa pada hari terakhir tutup tahun dalam rangka perpisahan dengan tahun hijriyah sebelumnya atau puasa di hari pertama Muharram dalam rangka membuka tahun baru dengan puasa.”

Dr. Muhammad Ali Farkus juga memberi penjelasan mengenai hadits yang menyarankan puasa tutup tahun dan juga pembukaan tahun baru. Orang yang mengkhususkan puasa pada hari terakhir tutup tahun, atau hari pertama tahun baru, mereka dengan hadis palsu, “Barangsiapa yang puasa pada hari terakhir Dzulhijah dan hari pertama Muharam, berarti dia menutup tahun sebelumnya dan membuka tahun baru dengan puasa. Allah jadikan puasa ini sebagai kaffarah dosanya selama 50 tahun.” Hadits ini adalah dusta dan kebohongan atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam hadits diatas ada perawi bernama Ahmad bin Abdillah al-Harawi dan juga Wahb bin Wahb. As-Suyuthi memberikan penilaian jika keduanya merupakan perawi pendusta. [al-Lali’ al-Mashnu’ah, 2/92]. Penilaian serupa juga dikemukakan as-Syaukani di dalam al-Fawaid al-Majmu’ah [Hlm. 96]

Peringatan al-Hafidz Abu Syamah

Banyak sekali amalan yang beredar di masyarakat mengenai tahun baru Hijriyah yang membuat para ulama hadits memberi peringatan pada masyarakat muslim untuk selalu menghindar dari amalan yang semacam itu seperti diantaranya adalah al-Hafidz Abu Syamah [w. 665 H] yang merupakan ahli sejarah dan juga ahli hadits yang berkata jika keutamaan amalan pada akhir tahun atau awal tahun, semuanya merupakan hadits yang sama sekali tidak ada di dalam kitab hadits [la ashla lahu] dan derajatnya lebih berat jika dibandingkan dengan hadits palsu.

Beliau berkata, “Tidak ada riwayat apapun yang menyebutkan keutamaan malam pertama Muharram. Saya telah meneliti berbagai riwayat dalam kitab kumpulan hadits yang shahih maupun yang dhaif atau dalam kumpulan hadis-hadis palsu, namun aku tidak menjumpai seorangpun yang menyebutkan hadis itu. Saya khawatir – wal iyadzu billah – hadis ini berasal dari pemalsu, yang membuat hadis palsu terkait tahun baru.”(al-Bahis ’ala Inkar al-Bida’ wa al-Hawadits, hlm. 77)

Mengenai syar’i atau tidaknya jika umat Islam menetapkan jika 1 Muharram harus diresmikan sebagai hari besar  dan juga harus menjadi tanggal merah di kalender sekaligus diadakan ritual khusus untuk syiar Islam, maka jawabannya adalah tidak syar’i. Imam Syafi’I dalam kitabnya Ar-Risalah memberi peringatan tegas lewat kata kata yang diucapkan, “Siapa ber-istihsan (menganggap baik suatu amal yang direkayasa), berarti ia telah membuat (dan siapa membuat syariat), maka dia sudah kafir.”

Artikel terkait:

Mengenai boleh atau tidaknya melaksanakan puasa di tanggal 1 Muharram, para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak pernah melaksanakannya kecuali jika tanggal 1 Muharram jatuh pada hari Senin dan Kamis. Mereka bias amelakukan puasa sunnah Senin dan Kamis serta puasa tanggal 1 Muharram yang tidak ada tuntunannyad dari Nabi SAW.

Puasa yang disyariatkan pada bulan Muharram adalah tanggal 9 dan 1o Muharram. Nashnya bisa ditemukan pada Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim jika sahabat Abdullah Ibnu Abbas RA berkata, “Bahwasanya ketika memasuki kota Madinah, Rasulullah SAW mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura. Maka Rasulullah SAW berkata kepada mereka, ‘Ada apa dengan hari ini sehingga kalian berpuasa padanya?’ mereka mengatakan, ‘ Ini adalah hari yang agung, dimana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari itu serta Allah tenggelamkan Fir’aun dan pasukannya. Maka Musa berpuasa sebagai bentuk rasa syukur dan kami pun ikut berpuasa pada hari tersebut.’ Maka Rasulullah SAW berkata, ‘Kalau demikian kami lebih pantas terhadap Musa daripada kalian.’ Maka Rasulullah SAW pun berpuasa pada hari tersebut serta memerintahkan para sahabatnya untuk melakukan pula puasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Al-imam Muslim pada sahihnya meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas RA jika ia berkata, “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabatnya berpuasa pada hari tersebut, mereka (para sahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah! hari ini (‘Asyura) adalah hari yang diangungkan orang-orang Yahudi dan Nashara.’ Maka Nabi SAW berkata, ‘Jika aku menjumpai tahun yang akan datang, insya Allah aku akan berpuasa pula pada hari yang kesembilannya.’ Abdullah Ibnu Abbas RA berkata, ‘Namun, sebelum datang tahun berikutnya, Rasulullah wafat.’” (HR. Muslim). Puasa di hari kesembilan tersebut disebuat juga dengan Puasa Tasu’a, sementara untuk puasa di hari kesepuluh disebut juga dengan Puasa ‘Asyura.

Lalu, mengenai yang dupuasakan Rasulullah SAW pada 10 Muharram [‘Asyura] dan menyuruh sahabat ikut berpuasa terjadi pada awal masa hijriah di Madinah dan hubungan dengan Yahudi adalah baik. Sedangkan keinginan Nabi SAW dalam menambahkan Puasa Tasu’a [8 Muharram] disebabkan karena Yahudi sudah bermusuhan dengan kaum muslimin dan juga kaun Yahudi yang akhirnya diusir dari Madinah.

Dalam Al Quran, Allah SWT memberikan perintah pada kita sebagai kaum beriman untuk melaksanakan tafaqquh fiddin [mengkaji Islam] yang didasari Kitabullah dan juga Sunnah Rasul-Nya. Dengan ini, maka kita sebagai umat muslim bisa membedakan ibadah yang didasari dengan sunnah[syariat] dan mana yang bukan. Melakukan qiyamul lail di setiap malam tanggal 1 Muharram bukanlah ibadah yang disyariatkan, akan tetapi secara umum menunaikan qiyamul lail  di setiap malam sangat disarankan dan memiliki kandungan manfaat yang sangat besar.

Artikel terkait:

Doa 1 Muharram

Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam. Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwalu, wa ‘alaa fadhlikal-‘azhimi wujuudikal-mu’awwali, wa haadza ‘aamun jadidun qad aqbala ilaina nas’alukal ‘ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa’ihi wa junuudihi wal’auna ‘alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu’i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, wa sallallaahu ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam.

Arti: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Ya Allah Engkaulah Yang Abadi, Dahulu, lagi Awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu tempat bergantung. Dan ini tahun baru benar-benar telah datang. Kami memohon kepada-Mu perlindungan dalam tahun ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan,agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan.

Apabila ingin berpuasa pada tanggal 1 Muharram, maka bisa diamalkan dengan sunnah dan bisa mendapatkan keutamaan puasa bulan Muharram. Namun, hal yang perlu diingat adalah apabila tanggal satu dikhususkan memiliki keistimewaan lebih dibandingkan dengan hari hari sesudahnya, maka tidak terdapat dall yang shahih yang menganjurkan niat tersebut. Hal yang disunnahkan adalah memperbanyak puasa pada bulan Muharram.

The post Hukum Puasa 1 Muharram dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Puasa 1 Muharram : Pengertian, Hukum, Keistimewaan dan Penetapannya https://dalamislam.com/puasa/puasa-1-muharram Thu, 08 Sep 2016 09:52:21 +0000 http://dalamislam.com/?p=861 Umat islam tentunya mengenal dengan baik bahwa selain ibadah puasa Ramadhan, ada ibadah puasa lain yang dapat dilakukan selain di bulan ramadhan. Kita sebagai umat islam tentunya mengenal tentang puasa 1di bulan Muharram atau yang dikenal dengan puasa Asy syura. Meskipun banyak perbedaan pendapat tentang tanggal terbaik mengenai puasa di bulan Muharram khususnya pada tanggal […]

The post Puasa 1 Muharram : Pengertian, Hukum, Keistimewaan dan Penetapannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Umat islam tentunya mengenal dengan baik bahwa selain ibadah puasa Ramadhan, ada ibadah puasa lain yang dapat dilakukan selain di bulan ramadhan. Kita sebagai umat islam tentunya mengenal tentang puasa 1di bulan Muharram atau yang dikenal dengan puasa Asy syura. Meskipun banyak perbedaan pendapat tentang tanggal terbaik mengenai puasa di bulan Muharram khususnya pada tanggal 1 Muharram. (baca persiapan puasa ramadhan dan puasa mutih sebelum menikah dalam islam)

Asal-usul Bulan Muharram

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam tahun Hijriyah atau tahun islam dan merupakan salah satu dari empat bulan haram atau bulan yang dimuliakan. Diantara ke empat bulan tersebut adalah, bulan Muharram, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab (baca keutamaan bulan muharramdan keutamaan bulan dzulhijjah). Hal ini disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS. At Taubah:36)

 Bulan Muharram tidak hanya dimuliakan oleh umat islam tetapi Juga dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini masyarakat saat itu dilarang untuk melakukan hal-hal yang sifatnya tidak baik dan yang menyakiti orang lain seperti peperangan dan bentuk perkelahian lainnya lainnya.

Kemudian Islam datang dan semua tradisi umat jahiliyah dihapuskan termasuk kesepakatan untuk tidak melakukan peperangan pada bulan tersebut. Meskipun bulan Muharram adalah bulan pertama Hijriyah namun anggapan bahwa Rasul melakukan hijrah pada bulan ini adalah salah karena pada saat rasul berhijrah ke Madinah saat itu adalah bulan Syafar dan Rasul tiba di Madinah pada bulan Rabiul Awal. (baca sejarah islam di Arab saudi dan sejarah agama islam)

Keistimewaan Bulan Muharram

Banyak keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Muharram diantaranya adalah disebutkan berikut ini

  • Pada bulan ini khususnya pada tanggal 10 Muharram Allah telah menyelamatkan nabi Musa As dan kaumnya yakni bani israil dari kejaran tentara Fir’aun dan menenggelamkan mereka dalam laut Merah. (baca nama nama nabi dan rasul)
  • Rasul menetapkan tanggal 10 Muharram untuk berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah dan untuk menghapuskan tradisi masyarakat jahiliyah. Tadinya puasa sunnah 10 Muharram wajib hukumnya namun akhirnya diubah menjadi puasa sunnah sebagaimana puasa lainnya yang dilakukan di luar bulan ramadhan.

Rasul bersabda

“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, diantaranya termasuk empat bulan yang dihormati: Tiga bulan berturut-turut;Dzul Qoidah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab Mudhar yang terdapat antara bulan Jumadal Tsaniah dan Sya’ban. (HR Imam Muslim)

Hukum Puasa 1 Muharram

Dalam bulan Muharram  berdasarkan ajaran dan  syariat Islam,umat islam dianjurkan untuk berpuasa khususnya pada sepuluh hari pertama bulan ini. Namun tidak ada dalil dan dasar hukum yang pasti mengenai keutamaan puasa pada tanggal 1 Muharram. Meskipun demikian umat islam mengenal puasa pada tanggal 10 Muharram yang sangat dianjurkan untuk dilakukan untuk mendapatkan pahala dan keutamaannya.

Lebih banyak dalil yang menyebutkan tentang puasa tanggal 10 bulan Muharram atau yang dikenal dengan sebutan puasa Asy yura. Meskipun demikian jika umat islam ingin berpuasa pada tanggal 1 Muharram tetaplah diperbolehkan. (baca keutamaan puasa arafah dan puasa senin kamis)

Dasar Hukum Puasa Muharram

Puasa sepuluh hari di bulan Muharram terutama pada tanggal 10 Muharram dikenal denga istilah Yaumu ‘Asyuro, yang artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram. Kata Asyuro berasal dari kata ‘asyarah’ yang dalam bahasa Arab berarti sepuluh. Pada tanggal 10 Muharram atau hari  Asyuro inilah terdapat sebuah sunnah Rasulullah yang mengajarkan umatnya untuk berpuasa atau dikenal dengan shaum Asyura. Adapun dalil yang menyebutkan tentang keutamaan puasa Asy syura atau puasa muharram antara lain

  1. Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan

Disebutkan dalam hadits bahwa puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa Asy yura. Dari Abu Hurairah ra,  “Rasulullah saw bersabda:

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (yaitu)  Muharram. sedangkan shalat yang paling utama setelah (shalat) fardhu adalah shalat malam.” (HR Abu Hurairah)

Dalam hadits lainnya juga disebutkan tentang asal mula penetapan bulan Muharram

Dari Ibnu Abbas ra, bahwa nabi saw. ketika datang ke Madinah, mendapatkan orang yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram). Mereka berkata, “ Ini adalah hari yang agungyaitu hari Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musaas berpuasa sebagai bukti syukur kepada Allah. Rasul saw. berkata, “Saya lebih berhak mengikuti Musa as. dari mereka.” Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (umatnya)untuk berpuasa” (HR Bukhari).

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim)

 Walaupun sejarah menyebutkan bahwa ada kesamaan dalam ibadah puasa Muharram dengan puasa yang dilakukan oleh kaum yahudi, rasul menganjurkan umatnya untuk tidak hanya berpuasa pada tanggal 10 saja melainkan berpuasa sebelum dan sesudah tanggal 10 Muharram.

  1. Hukum puasa Muharram adalah sunnah

Berpuasa dalam bulan Muharram memang tadinya diwajibkan sebagai tradisi masyarakat jahiliyah namun Rasulullah juga melakukan puasa tersebut dan menjadikannya sebagai puasa sunnah dan hanya mewajibkan puasa ramadhan. (baca fadhilah puasa ramadhan 10 hari pertama dan tips agar kuat berpuasa di bulan ramadhan)

Diriwayatkan dari Aisyah ra, dia berkata:

Dahulu orang-orang Quraisy pada masa jahiliah berpuasa pada hari ‘Asyuro, maka ketika beliau (Rasulullah saw) datang ke Madinah beliau berpuasa dan merintahkannya, kemudian ketika telah ditetapkan kewajiban puasa bulan Ramadhan, beliau meninggalkan (perintah wajib) puasa ‘Asyuro, siapa yang berkehendak maka dia berpuasa, dan siapa yang tidak maka dia (boleh) meninggalkannya. (Muttafaq alaih)

  1. Puasa Muharram menghapuskan Dosa

Ibadah puasa adalah salah satu amalan untuk menghapuskan dosa yang dilakukan di masa lalu maupun masa sekarang. Abu Qatadah ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda:

“Dan puasa hari Asyura, aku berharap kepada Alllah menjadi penghapus dosa selama setahun sebelumnya.”

  1. Rasul tidak melewatkan puasa di bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia dan rasul selalu berusaha untuk melakukan puasa di bulan ini.

Ibnu Abbas ra berkata:

“Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw mengupayakan untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyuro, dan bulan ini yaitu Bulan Ramadhan.” 

  1. Hari istimewa saat nabi Musa diselamatkan

Rasulullah berpuasa di hari ini karena menganggapnya istimewa dan begitu juga dengan masyarakat jahiliyah sebelumnya.

“Ketika Rasulullah saw tiba di Madinah, beliau menyaksikan orang-orang Yahudi  berpuasa pada hari ‘Asyuro, maka dia berkata: “(Hari) apa ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah selamatkan Bani Isra’il dari musuhnya, karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini.” Rasulullah saw bersabda:“Saya lebih berhak kepada Musa dari kalian.”Maka beliau berpuasa dan memerintahkan para shahabatnya untuk berpuasa.”  

  1. Puasa tidak hanya di tanggal 10 Muharram

Untuk membedakan puasa umat islam dengan umat Yahudi atau nasrani maka Rasul menganjurkan umatnya untuk berpuasa sebelum dan sesudah tanggal 10 Muharram termasuk jika melaksanakan puasa sejak tanggal 1 Muharram. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dia berkata:

“Ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari ‘Asyuro dan memerintahkan (kaum muslimin) untuk berpuasa, mereka (para shahabat) berkata: ‘Ya Rasulullah! Ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nashrani,’ maka bersabdalah Rasulullah :“Jika bertemu) tahun depan, Insya Allah, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (bulanMuharram).” Namun ternyata tahun depannya Rasulullah saw sudah meninggal dunia.”

  1. Tidak ada Ritual lain dalam bulan Muharram selain puasa

Meskipun bulan Muharram adalah bulan yang mulia namun perlu diingat bahwa tidak ada ibadah atau ritual lain yang dilakukan dibulan ini sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa kaum dan ritual tersebut justru kental dengan perbuatan syirik misalnya tradisi atau ritual malam Asy syuro atau yang dilakukan oleh masyarakat yang menganut budaya Kejawen

Disebutkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dan Ibnu Khuzaimah bahwa Rasul bersabda dalam sebuah hadits

“Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi pada masalah ini, berpuasalah kalian sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.”

Tahap Penetapan Puasa Muharram

Dalam beberapa riwayat dan hadits, maka ada beberapa hal yang menjadi dasar penetapan puasa di bulan Muharram yakni sebagai berikut

  1. Rasul berpuasa Muharram Sebelum memerintahkan umatnya untuk berpuasa

Rasulullah saw telah melakukan puasa Muharram sejak awal dan beliau berpuasa sebagaimana orang-orang Quraisy pada masa Jahiliah melakukan puasa tersebut meskipun demikian pada saat itu beliau belum  memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa.

  1. Rasul menganjurkan umatnya untuk berpuasa di bulan Muharram

Saat rasulullah SAW datang ke Madinah dan mengetahui bahwa kaum Yahudi juga

berpuasa pada hari ‘Asyuro, beliau tetap melaksanakan puasa dan memerintahkan para sahabat dan umatnyanya untuk berpuasa juga. Sebagian ulama berpendapat bahwa pada saat itu puasa Muharrama wajib hukumnyya dan sebagian lain menganggapnya sebagai sunnah muakad.

  1. Turunnya Kewajiban Puasa Ramadhan

Setelah kewajiban puasa Ramadhan diturunkan yakni tepatnya pada tahun 2 H, maka setelah itu Rasul tidak lagi memerintahkan umatnya untuk berpuasa di bulan Muharram dan tidak juga melarangnya sehingga puasa di bulan ini adalah sunnah hukumnya. Adapun perintah puasa di bulan ramadhan disebutkan dalam dalil berikut ini

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS Al Baqarah 183)

  1. Rasul tetap berpuasa Muharram di akhir hidupnya

Karena keutamaan puasa Muharram maka diakhir kehidupannya Rasulullah saw tetap bertekad untuk tidak hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja akan tetapi berpuasa pada tanggal sebelumnya dan sesudahnya agar berbeda dengan ibadah yang dilakukan oleh kaum yahudi (baca sejarah yahudi dan perkembangan islam abad pertengahan)

Dengan melihat sejarah dan riwayat serta dasar hukum dari puasa Muharram maka dapat diketahui bahwa tidak ada kejelasan perintah puasa pada tanggal 1 Muharram akan tetapi umat islam tidak dilarang melakukan puasa pada tanggal tersebut karena melaksanakan puasa dalam bulan Muharram dapat dilakukan pada tanggal yang mana saja meskipun diutamakan puasa Muharram dilakukan pada tanggal 9, 10 dan 11 Muharram saja. Puasa yang dilakukan seharusnya hanya dilakukan atas nama Allah dan ditujukan untuk beribadah saja dan bukan untuk tujuan lainnya apalagi untuk tujuan menyekutukan Allah atau perbuatan syirik. (baca syirik dalam islam)

The post Puasa 1 Muharram : Pengertian, Hukum, Keistimewaan dan Penetapannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>