Fadhilah di bulan Muharram salah satunya adalah Menyantuni anak yatim. Kegiatan tersebut adalah salah satu sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Anak-anak yatim tentunya adalah mereka yang sudah tidak memiliki ayah, padahal ia masih membutuhkan sosok dan nafkah dari sang Ayah. Untuk itu, Rasulullah memberikan contoh pada umat islam untuk mengasih anak yatim.
Anak-anak yatim tentu memiliki masa depan dan harapan yang harus selalu didukung dan diberikan bantuannya. Ia juga harus melanjutkan kehidupannya sesuai dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama.
Selain dari apa yang Rasul contohkan, Allah pun menyampaikan di dalam Al-Quran bahwa sebagai muslim kita harus memberikan kasih sayang dan menyantuni anak-anak yatim tersebut. Sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai muslim, jika kita memiliki kemampuan, kecukupan materi, dan kemampuan maka anak-anak yatim ini menjadi tanggung jawab umat islam untuk tetap disantuni, disayang, dan dipelihara.
Perintah Menyantuni Anak Yatim dalam Al-Quran
Di dalam Al-Quran ada banyak sekali perintah untuk menyantuni anak yatim terutama di bulan Muharram. Perintah ini terdapat dalam beberapa ayat Al-Quran dan Allah memberikan balasan keras bagi mereka yang mendzalimi anak yatim apalagi mengambil hartanya dengan cara yang zalim. Itulah mengapa menyantuni anak yatim merupakan salah satu fadhilah di bulan Muharram.
- Perintah Berbuat Baik Pada Anak Yatim
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS An-Nisa : 36)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah melarang untuk takabur, sombong, atau membanggakan diri atas harta yang dimiliki. Untuk itu, menghindari kesombongan dan berbangga diri terhadap harta salah satunya kita memberikannya dan berbuat baik kepada mereka yang perlu disantuni salah satunya anak yatim yaitu anak yang sudah kehilangan ayahnya namun masih membutuhkan nafkah dan sosok ayah.
Anak-anak yatim yang diperlakukan tidak baik, tentu akan berefek kepada masa depannya. Ia harus tetap percaya diri dan tetap berada dalam keoptimisan hidup. Untuk itu, tugas kita lah untuk bisa memberikan hal tersebut kepada anak yatim bukan dengan menghardiknya apalagi menzalimi psikologisnya.
- Jangan Mendekati Harta Anak Yatim
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al Isra : 34)
Allah menyampaikan dalam Al-Quran agar umat islam tidak mendekati harta anak yatim. Mendekati dalam hal ini tentu saja bisa berpotensi untuk mengambil dan menzalimi mereka apalagi anak yatim tentunya belum dewasa dan berdaya. Maka Allah memperingatkan umat islam agar berhati-hati dan jangan mendekati.
Anak-anak yatim sangat berpotensi sekali dizalimi karena ia masih belum berdaya dan memiliki kemampuan untuk mengelola hartanya. Walaupun ia sudah memiliki harta dari peninggalan Ayah atau Keluarganya, akan tetapi ia belum bisa mengelola sendiri, dan masih berlum berkemampuan untuk mengembangkannya. Untuk itu, dengan kondisi anak yatim seperti itu, sangat mungkin manusia berlaku zalim terhadap dirinya.
- Jangan Memakan Harta Anak Yatim Dengan Zalim
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS An Nisa : 10)
Dalam ayat ini disampaikan oleh Allah bahwa memakan harta anak yatim secara alim akan memberikan efek kepada masa depan akhirat kita. Allah akan membalas dengan api neraka yang menyala-nyala dan tentunya hal tersebut adalah hal yang menyakitkan yang akan didapatkan oleh kita.
Tentunya menghardik anak yatim bertentangan dengan prinsip rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman.
Hadist Tentang Keutamaan Anak Yatim
Tidak hanya di dalam Al-Quran, dalam hadist pun terdapat informasi mengenai keutamaan menyantuni anak yatim. Ada beberapa keutamaan anak yatim sehingga bagi kita yang menyantuninya akan mendapatkan balasan yang besar.
- Balasan di Surga
“Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Artinya : “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya (HR Bukhari)
Dari hadist di atas, dijelaskan bahwa dengan menyantuni anak yatim, kita bisa mendapatkan balasan di surga. Hal ini tentu diinginkan oleh semua orang dan balasan di surga adalah sebaik-baiknya kebahagiaan atau bahaga yang sejati. Tentu berbanding terbalik dengan mereka yang menyantuni anak yatim hanya untuk pencitraan, penghargaan, dan pengakuan orang lain.
Hal ini disampaikan juga dihadist lain bahwa,
[box title=”” align=”center“Barang siapa yang memelihara anak yatim di tengah kaum muslimin untuk memberi makan dan minum, maka pasti Allah memasukkannya ke dalam surga, kecuali jika ia telah berbuat dosa yang tidak dapat diampuni.” (HR.Tirmidzi)[/box]
Untuk itu, orang yang menyantuni anak yatim, kelak balasannya adalah kemudahan untuk bisa masuk surga asalkan ia tidak berbuat dosa yang tidak dapat diampuni seperti syirik atau murtad dari ajaran islam.
- Pahala Seperti Berjihad
“Berbahagialah orang-orang yang di rumahnya terdapat anak yatim karena Rasulullah memberikan jaminan pertama, memiliki pahala yang setaraf dengan jihad. Rasulullah Saw. pernah bersabda,
[box title=”” align=”center“Barang siapa yang mengasuh tiga anak yatim, maka bagaikan bangun pada malam hari dan puasa pada siang harinya, dan bagaikan orang yang keluar setiap pagi dan sore menghunus pedangnya untuk berjihad di jalan Allah. Dan kelak di surga bersamaku bagaikan saudara, sebagaimana kedua jari ini, yaitu jari telunjuk dan jari tengah.” (HR. Ibnu Majah)[/box]
Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa menyantuni anak yatim, apalagi sampai memberikan tempat tinggal, memberikan jaminan dan kehidupannya akan sama dengan pahala orang yang berjihad. Tentu pahala berjihad di jalan Allah atau berjuang di jalan Allah adalah pahala yang terbaik karena dengannya kita dengan harta, jiwa, dan kesungguhan untuk menggapai ridho dan balasan Allah kelak di akhirat.
Tentu saja menyantuni anak yatim ini sesuai dengan bagaimana kualitas kita dalam menghidupnya dan memberikan yang terbaik untuknya, apalagi hingga menganggap sebagaimana anak sendiri. Tentu hal ini dinginkan oleh semua orang khususnya umat islam, karena jihad fisabilillah adalah aktivitas yang terbaik.
- Mendapat Perlindungan di Hari Kiamat
[box title=”” align=”center “Demi Allah yang mengutusku dengan kebenaran, di hari kiamat Allah Swt. tidak akan mengazab orang yang mengasihi anak yatim, dan bersikap ramah kepadanya, serta bertutur kata yang manis. Dia benar-benar menyayangi anak yatim dan memaklumi kelemahannya, dan tidak menyombongkan diri pada tetangganya atas kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.” (HR. AT – Thabrani)[/box]
Tidak semua orang akan selamat di hari kiamat atau akhirat nanti. Orang-orang yang menyantuni anak yatim lah yang akan mendapatkan balasan di akhirat dengan dipermudahnya atau dillindunginya ia saat hari kiamat. Tentu saja hal ini tidak akan terjadi jika kita masih menghardik dan berlaku zalim terhadap mereka.
Menyantuni Anak Yatim Tidak Selalu di Bulan Muharram
Walaupun termasuk salah satu fadhilah di bulan Muharram, untuk menyantuni anak yatim, tentu Allah sendiri tidak memberikan informasi khusus melaksanakannya di bulan apa. Allah memberikan informasi terkait menyantuni anak yatim sangat umum selagi ada anak yatim dan di setiap saat anak yatim membutuhkannya.
Untuk itu, terkait menyantuni anak yatim di bulan Muharram terdapat juga kontroversi di para ulama. Beberapa pendapat ada yang menyatakan bahwa Bulan Muharram adalah bulan anak yatim, di beberapa ulama lagi tidak mengatakan sebagai bulan yatim secara khusus.
Yang menjadi penting bukanlah kapan kita menyantuni anak yatim akan tetapi sejauh apa kita berniat untuk bisa selalu membantu dan meringankan bebannya hingga mereka bisa tetap tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak lainnya yang masih memiliki orang tua yang lengkap. Tentu saja kita pun berharap ketika menyantuni anak-anak yatim mereka bisa sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam dengan Cara Sukses Menurut Islam.