Tasawuf Amali : Pengertian dan Tokoh-tokohnya

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tasawuf (Tasawwuf) adalah ilmu yang memperkenalkan cara-cara menyucikan jiwa dengan memerangi hawa nafsu demi memporoleh kebahagian yang abadi di sisi Tuhan. Pada awalnya, tasawuf merupakan gerakan zuhud, yakni mengabdikan diri hanya untuk beribadah pada Tuhan dan menjauhi hal-hal yang berhubungan dengan duniawi. Kemudian dalam perkembangannya, konsep tersebut melahirkan suatu aliran sufisme yang kemudian tersebar ke seluruh dunia.

Ilmu tasawuf bisa di kelompokkan menjadi tiga macam, yakni tasawuf akhlaki, tasawuf amali, dan tasawuf falsafi. Kali ini, kita akan mengkaji terkait tasawuf amali dan tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya. (Baca juga: Tasawuf Akhlaki: Pengertian, Tingkatan, dan Tokoh-Tokohnya dan Tasawuf Sunni: Pengertian, Sejarah, dan Manfaatnya)

Definisi Tasawuf Amali dan Aspek-Aspeknya

Tasawuf Amali merupakan kelanjutan dari tasawuf akhlaki. Jika tasawuf akhlaki berfokus pada pensucian jiwa, tasawuf amali lebih menekankan terhadap cara-cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, baik melalui amalan lahiriah maupun batiniah.

Di samping itu, ada juga yang berpendapat bahwa tasawuf amali adalah ajaran yang dianut oleh pengikut tarekat (ashhâbut turuq), yang meliputi menjauhi sifaf-sifat tercela, mengutamakan mujâhadah, menghadap Allah dengan bersungguh-sungguh dan memutuskan hubungan dengan lainnya. Apabila dilihat dari sudut amalan dan ilmu yang dipelajari, terdapat 4 aspek yang harus dipelajari dalam aliran tasawuf  amali, yaitu syaria’t, thariqat, dan ma’rifat.

  1. Syaria’t

Syaria’t berasal dari kata syara’, secara etimologi mempunyai arti “jalan-jalan yang bisa ditempuh air”, maksudnya adalah jalan yang harus ditempuh manusia untuk menuju jalan Allah SWT.

Secara umum, syaria’at merupakan hukum (segala ketentuan yang ditetapkan Allah SWT) yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat muslim di dunia, mulai dari urusan hubungan antar manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia (Habuminallah Habuminannas), kunci menyelesaikan masalah kehidupan baik dunia dan akhirat, rukun, syarat, halal-haram, perintah dan larangan, dan sebagainya. Sumber syaria’t sendiri berada dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

Menurut para sufi, syaria’t berhubungan dengan amalan lahiriah yang mengatur segala urusan muamalat mengenai hubungan antara manusia dengan manusia, tanpa menyentuh aspek batiniah. Orang-orang sufi berkeyakinan ilmu batin tidak akan bisa diperoleh bila seseorang tidak melakukan amalan lahiriah secara sempurna. Oleh karena itu, sangat penting memahami syariat-syariat dalam islam.

  1. Thariqat

Thariqat (طرق) berarti “metode” atau “jalan”, yang secara konseptual terkait dengan haqiqah/ hakikat atau kebenaran sejati. Dalam aliran tasawuf atau sufisme, thariqat berarti jalan  yang ditempuh oleh para sufi  untuk mencapai tujuan sedekat mungkin dengan Allah SWT, dengan menerapkan metode pengarahan moral dan jiwa.

Thariqat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal pada syariat. Jadi jalan utamanya adalah Syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq. Sehingga dapat disimpulkan untuk menuju Thariq, seseorang harus melewati syar’. Maksudnya, sebelum mempelajari thariqat para sufi wajib memahami syariat terlebih dahulu, sebab syariat adalah pangkal dari suatu ibadah.

  1. Hakikat

Secara etimologi, hakikat berasal dari kata “Al-Haqq” yang berarti kebenaran. Secara garis besar, hakikat merupakan ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran sejati mengenai Tuhan. Dalam kitab Al-Kalabazi, hakikat menurut ilmu tasawuf didefinisikan sebagai aspek yang berkaitan dengan amal batiniah, merupakan amalan paling dalam dan merupakan akhir perjalanan yang ditempuh oleh para sufi.

Apabila diibaratkan dengan menanam pohon, pertama kita harus menanam biji benih (syariat). Kemudian kita terus menyirami hingga pohon bercabang dan tumbuh dedaunan serta buah (pada saat ini kita mencapai tahap thareqat). Terakhir, kita harus merawat pohon tersebut agar diperoleh buah yang ranum (inilah yang diartikan hakikat, suatu perjalanan akhir). Intinya, hakikat tidak bisa dilepaskan dari syariat dan thariqat.

  1. Ma’rifah

Ditinjau dari segi bahasa, Ma’rifat berasal dari kata ‘arafa-yurifu-irfan. Secara umum, ma’rifat didefinisikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan amalan ibadah yang merupakan perpaduan dari syariat, thariqat, dan hakikat, dimanan nantinya ilmu ini digunakan untuk mengenal Allah SWT lebih mendalam melalui sanubari atau mata hati.

Menurut Imam Al-Ghozali, ma’rifah adalah mengenal rahasia-rahasia Allah dan aturan-aturan-Nya yang melingkupi seluruh yang ada. Seseorang yang sudah sampai pada tahap ma’rifah, maka ia berada sangat dekat dengan Tuhannya seakan tidak tabir penghalang.

Baca juga:

Tasawuf Falsafi: Pengertian dan Tokoh-Tokohnya

Tasawuf Syiah: Pengertian, Konsep, dan Ajarannya

Tokoh-Tokoh yang Berperan Dalam Tasawuf Amali

Menurut ilmu sejarah, tasawuf dalam Islam merupakan aliran yang berdiri sendiri, lahir sekitar akhir abad kedua atau awal abad ketiga Hijriyah. Dimana istilah tasawuf ini pertama kali digunakan oleh seorang zahid (acsetic) bernama Abu Hasyim Al-Kufi dari Irak, tepatnya pada tahun 150 Hijriah.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan ilmu tasawuf semakin meluas dan diikuti oleh kalangan sufi. Mereka percaya bahwa benih-benih tasawuf sebenarnya telah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW. Pengasingan diri nabi SAW di Gua Hira (sebelum beliau diutus menjadi Rasul) dijadikan acuan utama oleh penganut sufisme untuk berkhalawat.

Dalam ajaran tasawuf amali sendiri, terdapat tokoh-tokoh yang berperan cukup penting diantaranya adalah Hasan Al- Basri, Rabi’ah al-Adawiyah dan Dzun Nun Al-misri.

  1. Hasan Al- Basri (21 H- 110 H)

Hasan Al-Basri memiliki nama lengkapnya Al-Hasan bin Abi Al-Hasan Abu Said, lahir di Madinah pada tahun 21 H. Beliau adalah seorang sufi tabi’in yang termsyhur pada masanya. Prinsip ajaran tasawuf Hasan Al Basri yang paling utama adalah bersikap zuhud kepada dunia, yaitu menolak selaga kenikmatan dan kesenangan dunia. Selain itu, Hasan Al Basri juga mengajarkan untuk berbuat khauf (rasa takut) dan Raja’ (pengharapan) yang berarti merasa takut akan siksa Allah dan memohon ampun atas segala dosa-dosa.

  1. Rabi’ah Al-Adawiyah (96 H- 185 H)

Rabi’ah Al-Adawiyah memiliki nama lengkap Ummu al-Khair Rabi’ah binti Isma’il al-Adawiyah al- Qisiya. Beliau dilahirkan di Basrah pada tahun 96 Hijriyah. Kehidupan Rabi’ah Al-Adawiyah diliputi dengan kemiskinan, beliau tidak menikah dan menolak bantuan materi. Hari-harinya dihabiskan dengan beribadah kepada Allah SWT dan menjauhi kehidupan duniawi.

Konsep ajaran tasawuf Rabi’ah berfokus pada cinta (al-hubb) kepada Rabb semesta Alam. Cinta (al-hubb) yang dianut oleh Rabi’ah disini merupakan hub al-hawa dan hub anta ahl lahu. Dimana menurut tafsir Abu Thalib Al-Makiy, hub al-hawa berarti rasa cinta yang timbul karena nikmat dan kebaikan yang diberikan oleh Allah SWT. Sedangkan al-hubb anta ahl lahu adalah rasa cinta yang timbul hanya untuk Dzat yang dicintai , tulus tanpa mengharapkan balasan dan bukan karena kesenangan duniawi.

  1. Dzun Nun Al-Misri (180 H- 246 H)

Dzun Nun Al-Misri adalah seroang sufi yang hidup di pedalaman Mesir sekitar pertengahan abad ke-3 Hijriah, tepatnya lahir di tahun 180 H. Beliau memiliki nama lengkan Abu Al – faidil bin Ibrahim Dzun Al – Misri.

Al-Misri merupakan orang Mesir pertama yang membentuk pemikiran tasawuf, mengemukakan perihal maqamat dan ahwal para wali, serta ilmu ketauhidan yang berikatan dengan sufistik. Secara garis besar, konsep tasawuf beliau menonjolkan tentang Ma’rifat. Pendapat-pendapat beliau tersebut sempat menuai kritikan, bahkan dianggap zindiq (tidak berpegang teguh terhadap agama). Namun pada akhirnya, beliau dibebaskan dan memperoleh kedudukannya sebagai wali.

Kesimpulannya, tasawuf amali merupakan ajaran tasawuf yang menekankan pada amalan-amalan lahirah dan batiniah, dimana untuk mencapainya ada tahapan-tahapan yang harus dilalui yaitu syariat, thariqat, hakikat, dan ma’rifat.

Wallahu A’lam Bishawab

Baca juga:

Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam

Hubungan Akhlak dan Tasawuf dalam Islam

 

fbWhatsappTwitterLinkedIn