3 Cara agar Terhindar dari Perselisihan Sesama Muslim

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Wahai saudaraku kaum Muslimin dan Muslimat, pasti kalian sudah sering mendengar kisah gajah dan semut. Dalam cerita fabel dikatakan bahwa gajah takut dengan semut. Bagaimana bisa? Mengapa gajah bisa dikalahkan oleh seekor semut?

Semut hanyalah hewan kecil, sedangkan gajah memiliki ukuran tubuh yang besar. Pasti gajah punya kekuatan yang besar pula. Lantas, apa yang membuat semut bisa hebat? Ya, kebersamaan dan persatuanlah yang membawa semut pada sebuah kemenangan.

Kisah antara gajah dengan semut adalah tamparan keras bagi kita semua terutama umat Muslim. Semut tersebut tidak memiliki akal, namun mampu bekerjasama untuk melindungi dirinya dari gangguan musuh.

Lantas, kita sebagai manusia, saudara seiman, sesama muslim, mengapa saling bermusuhan, mengadu domba, memfitnah, menjatuhkan harga diri seseorang bahkan menggunjing hanya karena sebuah perbedaan pendapat? Bukankah kita punya akal dan pikiran? Bukankah kita dapat membedakan mana hal yang baik dan buruk?

Pada akhirnya umat Islam itu sendirilah yang menghilangkan makna keindahan Islam. Kalau hal itu terus terjadi dan dibiarkan begitu saja, maka akan menjadi sebuah peluang bagi musuh-musuh Islam untuk menghancurkan umat Islam.

Dalam hal ini ada beberapa poin yang harus kita lakukan sebagai umat Islam agar terhindar dari sebuah perselisihan sesama muslim yaitu:

1. Saling mengingatkan dalam kebaikan

Perlu kita ketahui bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak pernah berhenti untuk memerangi umat Islam. Mereka akan terus melakukannya sampai kita mengikuti ajaran mereka.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama yang ada pada mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah adalah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, maka tidak akan ada bagimu sebuah perlindungan dan pertolongan dari Allah.” (QS. Al-Baqarah: 120)

Orang-orang Yahudi dan Nasrani akan melakukan berbagai cara untuk mengajak umat Islam agar mengikuti agama mereka. Jangan sampai lemah iman karena akan menjadi kesempatan emas bagi mereka untuk mengajak umat Islam masuk ke dalam agama mereka.

Di sinilah peran penting dakwah sebagai sesama Muslim. Muslim yang satu dengan Muslim lainnya harus saling menasihati dan mengingatkan agar tetap berada di jalan Allah.

Menasihati disini adalah menggunakan kata-kata yang baik, sopan dan bukan dengan keterpaksaan bahkan kekerasan. Menasihati juga tak memandang siapa lawan bicara kita. Apakah seorang Muslim tersebut kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, kita tetap satu iman. Kita harus mengakui bahwa setiap Muslim adalah saudara kita, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)

2. Saling memaafkan dan tidak boleh marah sesama Muslim lebih dari tiga hari

Marah adalah hal yang wajar dilontarkan bagi sebagian orang. Namun, jika kemarahan tersebut sudah terlalu berlebihan, hal itu dapat menimbulkan sebuah pertengkaran yang tidak diduga sebelumnya. Bahkan salah satu dari mereka melampiaskan amarahnya kepada orang yang tidak bersalah dan tidak sama sekali dikenalnya.

Dari Abi Ayub al-Anshariy, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim jika ia mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam di mana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam.”(HR. Muslim)

Berdasarkan hadist diatas dikatakan bahwa orang yang terlebih dahulu memberikan salam kepada saudaranya adalah yang terbaik. Hal ini memberikan makna untuk saling memaafkan sesama Muslim karena kemarahan yang membuat keduanya tidak berbicara lebih dari tiga hari akan memutuskan hubungan silaturahim. Perbuatan seperti itu sangat tidak disukai Allah.

Permintaan maaf bukanlah sebuah simbol bahwa kita kalah dan kita salah. Justru itu adalah simbol kebijaksanaan, kesabaran dan kerendahan hati seorang hamba Allah.

3. Tetap berdo’a dan meminta hidayah kepada Allah

Kita adalah makhluk ciptaan Allah yang terbaik. Kita adalah manusia yang diciptakan oleh Allah dengan berbagai keunikan sehingga patut untuk disyukuri. Mereka yang berkulit hitam, mereka yang berkulit putih, mereka yang pemarah dan mereka yang penyabar. Perbedaan sifat dan karakter mengajarkan kita untuk saling memahami satu sama lain.

Namun, kita hanyalah manusia. Kita sering berbuat salah dan khilaf. Kita tidak memegang kekuasaan untuk berhak menyombongkan diri atas semua yang kita miliki. Kita semua akan kembali kepada Allah. Semua yang kita lakukan selama di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Kita tidak tahu apakah hari ini kita masih tetap menjadi orang baik ataukah esok sudah tidak lagi.

Allah adalah Maha yang membolak-balikkan hati seorang hamba. Maka untuk itu tetaplah berdo’a agar Allah melindungi kita dari segala keburukan dan kejahatan yang menimpa kita. Berdo’alah agar Allah menjaga iman kita dan terus berada di jalan yang lurus.

Ketiga poin diatas dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ajaklah saudara-saudara kita untuk saling mengingatkan satu sama lain. Mari kita bersatu. Jangan mau diinjak-injak oleh musuh-musuh Islam di luar sana.

Mulai sekarang kita harus berbenah karena jika tidak, maka kita akan menjadi santapan empuk bagi mereka yang siap menerkam dan menghantui kapan saja mereka mau.

fbWhatsappTwitterLinkedIn