Malu. Satu kata yang mulai pudar kita jumpai dalam masyarakat. Satu kata yang memiliki makna menjaga diri, harga diri, sikap, perbuatan, sehingga kita tetap berada dalam koridor Islam.
Namun saat ini rasa malu tersebut mulai hilang. Seperti contoh banyaknya perempuan yang mau berjoged yang kemudian dimuat dalam media sosialnya. Rasa malu mereka hilang, bahkan mereka bangga jika nanti video mereka dilihat oleh ribuan orang.
“Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT apabila hendak membinasakan seorang hamba maka Dia mencabut darinya rasa malu. Apabila Dia telah mencabut rasa malu darinya maka engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang dibenci. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang sangat dibenci maka dicabut darinya sifat amanah. Apabila telah tercabut darinya sifat amanah maka engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang berkhianat dan terkenal sebagai pengkhianat. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang berkhianat atau terkenal sebagai pengkhianat maka dicabut darinya sifat belas kasih. Apabila telah tercabut darinya sifat belas kasih maka engkau tidak akan mendapatinya melainkan sebagai orang yang dijatuhkan dari rahmat dan terlaknat. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang dijauhkan dari rahmat dan terlaknat maka tercabut darinya ikatan Islam.” (H.R. Ibnu Majah).
Sifat malu ini sangat penting bagi kita umat muslim. Sifat malu ini yang akan mampu membentengi diri kita agar selalu berada dalam koridor Islam. Sikap malu ini yang akan melindungi kita dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Apalagi pada zaman sekarang. Dunia maya sedang berkembang pesat. Jika tidak ada rasa malu, seseorang tanpa pikir panjang akan menggunakan dunia maya, tanpa mempertimbangkan efek buruk terhadap dirinya, keluarganya, agama, dan masyarakat Mereka akan lebih berani menampilkan diri tanpa mempertimbangkan ajaran agama.
Seseorang yang memiliki rasa malu akan lebih selektif dalam menggunakan media sosial. Mereka akan lebih mempertimbangkan baik dan buruknya dalam membuat sebuah status maupun content.
Mereka juga akan lebih mempertimbangkan aspek agama, sehingga tidak harus seutuhnya mengikuti zaman, namun bisa lebih selektif dan optimal dalam memanfaatkan media sosial.
Sebagai orang muslim, sudah selayaknya kita menjaga diri dari hal -hal yang tidak sesuai dengan agama. Kita seharusnya bisa membatasi diri dari hal yang berlawanan dengan agama. Oleh karena itu dibutuhkan rasa malu untuk membentengi diri kita. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap agama memiliki Budi pekerti dan Budi pekerti Islam adalah rasa malu “ (H.R Ibnu Majah).
Rasa malu sangat penting. Rasa malu yang utama malu kepada Tuhan. Dengan adanya rasa malu tersebut seseorang akan takut melakukan hal –hal yang dilarang Tuhan. Dia akan berusaha menjalani hidup sesuai aturan agama. Selain itu malu yang terpenting, yaitu malu terhadap diri sendiri. Seseorang akan lebih menjaga harga dirinya jika memiliki rasa malu.
Rasulullah bersabda, : “Malulah kepada Allah dengan sebenar–benar malu. “Kami berkata:”Wahai Rasulullah! Segala puji bagi Allah. Sesungguh nya kami merasa malu.”. Beliau berkata: “Tidak demikian. Akan tetapi, malu kepada Allah dengan sebenar –benar rasa malu adalah: Engkau menjaga kepala dan apa yang terkumpul padanya, menjaga perut dan yang berhubungan dengannya, dan hendaklah engkau mengingat kematian serta kerapuhan jasad. Barang siapa yang menghendaki akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Orang yang melakukan hal tersebut sungguh ia telah merasa malu kepada Allah dengan sebenar –benar rasa malu.” (H.R. Tirmizi).