13 Cara Menyikapi Penguasa yang Dzalim

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Islam merupakan agama dariAllah yang mengatur seluruh aspek kehidupan sesuai dengan dasar hukum islam, baik pribadi maupunmasyarakat, lahir maupun batin, dan bahkan untuk kepentingan di dunia danakhirat. Maka sistim politik Islam, khususnya tentang kepenguasaan, merupakanamanat dari Allah untuk melaksanakan aturan, undang undang dan syari’at Islam.

Jadi kepenguasaan dalamIslam merupakan bentuk aktifitas politik, yang bertujuan untuk menegakkanaturan Allah di muka bumi sesuai dasarkepenguasaan dalam islam. Oleh karena itu, penguasa yang dipilih sematamata hanya bertugas untuk menegakkan syari’at dan menerapkan hukum Allah,sehingga negara dan rakyat meraih kedamaian, penguasa dan rakyat memperoleh hakhak secara adil, serta kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kondisi yangtenteram dan makmur.

Syaikhul Islam IbnuTaimiyah menegaskan tentang keutamaanmenjadi penguasa: Tujuan pokok kepenguasaan, ialah memperbaiki agama umat.Sebab, jika jauh dari Dinul Islam, (maka) bangsa akan hancur, nasib rakyat akanterlantar dan nikmat nikmat dunia yang mereka miliki akan sia sia.

Menasehati yang palingutama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yangdzalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. AlHafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana cara memilih penguasadalam islam).

Menasehati penguasa yangdzalim dengan berani mengatakan kebenaran termasuk menasehati bahkan semuliamulianya menasehati. Namun dengan catatan di sini, menasehati mereka adalahdengan cara baik, bukan dengan mengumbar aib mereka di hadapan khalayak ramai.Berikut selengkapnya mengenai doauntuk penguasa dalam islam yakni 13Cara Menyikapi Penguasa yang Dzalim.

Seutama utamanyaMenasehati, Menasehati Melawan Penguasa Dzalim

Dari Abu Sa’id Al Khudri,Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menasehati yang palingutama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yangdzalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. AlHafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Abu Daud Sulaiman bin AlAsy’ats As Sajistani membawakah hadits ini dalam kitab sunannya pada Bab “AlAmru wan Nahyu”, yaitu mengajak pada kebaikan dan melarang darikemungkaran. Abu ‘Isa At Tirmidzi membawakan hadits di atas dalam Bab“Mengingkari kemungkaran dengan tangan, lisan atau hati”.

Muhammad bin Yazid IbnuMajah Al Qozwini membawakan hadits di atas dalam Bab “Memerintahkan padakebaikan dan melarang dari kemungkaran.” Begitu pula Imam Nawawi dalam RiyadhusSholihin membawakan hadits ini dalam Bab “Memerintahkan pada kebaikan danmelarang dari kemungkaran”, beliau sebutkan hadits ini pada urutan no. 194 darikitab tersebut.

13 Cara Menyikapi Penguasayang Dzalim

1. Mengajak pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran

2. Bolehnya berhadapan dengan penguasa yang dzalim ketika ia berbuat dzalim dengan mengajaknya pada kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran. Namun hendaknya ketika menasehati bersikap lemah lembut, bisa jadi ia mau menerima, bisa jadi ia menolak.

3. Memahami perangainya terlebih dahulu

Menasehati penguasa ituada dua macam. Ada yang mendukung perangai jelek penguasa. Setiap yang penguasalakukan, dipuji dan dibela padahal yang dilakukan bisa jadi sejelek jelekperbuatan dzalim. Yang melakukan seperti ini adalah para penjilat dan pengejardunia.

Sedangkan menasehati yangbaik adalah melihat pada perkara yang Allah dan Rasul Nya ridhoi. Ketika penguasakeliru, maka dinasehati dengan cara yang baik. Menasehati di sini bukan denganmengumbar aib penguasa di hadapan orang banyak seperti yang dilakukan olehsebagian kalangan lewat demonstrasi besar besaran.

4.  Melakukan dengan tutur kata yang sabar

Nabi Muhammad bersabda kepada Abdullah bin Amr: “Wahai, Abdullah bin Amr. Jika engkau berperang dengan sabar dan ikhlas, maka Allah akan membangkitkanmu sebagai orang yang sabar dan ikhlas. Dan jika engkau berperang karena riya, maka Allah akan membangkitkanmu sebagai orang riya dan orang yang ingin dipuji” . [HR Abu Dawud].

5. Disertai dengan niat ikhlas

Imam Ibnu Nahhas berkata,”Orangyang menasihati penguasa atau penguasa, hendaknya mendahulukan sikap ikhlasuntuk mencari ridha Allah. Barangsiapa yang mendekati penguasa untuk mencaripopularitas atau jabatan atau sanjungan, maka ia telah berbuat kesalahan yangbesar dan melakukan perbuatan sia sia.”

6. Menjauhi segala macam ambisi pribadi

Seseorang yang menasihatisebaiknya menanggalkan segala ambisi dan keinginan pribadi untuk mendapatkansesuatu dari penguasa atau penguasa. Para ulama salaf telah banyak memberikancontoh dan suri tauladan, seperti Sufyan Ats Atsauri. Beliau sering menolakpemberian para penguasa, karena khawatir pemberian tersebut menghalanginyauntuk mengingkari kemungkaran.

7. Mendahulukan sikap kejujuran dan kebenaran

Seorang yang inginmenasihati penguasa atau penguasa, hendaknya bersikap jujur dan pemberani;sebagaimana sabda Nabi,”Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenarankepada penguasa yang dzalim.” [HR Abu Dawud]

8. Berdo’a kepada Allah dengan do’a do’a yang ma’tsur

Dari Ibnu Abbas, beliauberkata,”Jika kamu mendatangi penguasa yang kejam, maka berdo’alah: AllahMaha Besar, Allah Maha Tinggi, dari semua makhlukNya, Allah Maha Tinggi darisemua yang saya takutkan dan khawatirkan. Saya berlindung kepada Allah yangtiada Sesembahan yang haq selainNya,

Dialah yang menahanlangit yang tujuh sehingga tidak jatuh ke bumi dengan izinNya, (dari) kejahatanhambaMu dan para pengikutnya, bala tentaranya dan para pendukungnya, baik darijin atau manusia. Ya Allah, jadilah Engkau pendampingku dari kejahatan mereka,Maha Tinggi kekuasaan Allah dan Maha Agung serta Maha Berkah NamaNya, tiadaSesembahan yang berhaq disembah selain Engkau.” (Dibaca tiga kali). [HRIbnu Abu Syaibah].

9. Berkata yang benar (kebaikan)

  • Berkata yang tidak benar di hadapan penguasa yang adil, dalam rangka ingin menjilat penguasa atau karena urusan dunia, maka ini teramat bahaya. Penguasa tersebut bisa jadi tertipu dengan pujian tersebut.
  • Berkata yang benar di hadapan penguasa yang dzalim, maka ini seafdhol afdholnya menasehati.
  • Berkata yang tidak benar di hadapan penguasa yang dzalim, maka ini sejelek jelek kemungkaran.

Ali bin Abi Thalib pernahberkata,  “Masyarakat tidak bisa jadi baik jika hidup tanpa penguasa,baik penguasa tersebut adalah orang yang sholih ataupun orang yang dzalim.” Adayang menyanggah beliau terkait dengan kalimat ‘ataupun orang yang dzalim. ‘Alimenjelaskan, “Bahkan dengan sebab penguasa yang dzalim jalan jalan terasa aman,rakyat bisa dengan tenang mengerjakan shalat dan berhaji ke Ka’bah.” (TafsirAl Kabir wa Mafatih Al Ghaib karya Muhammad Ar Razi 13: 204).

Fakhruddin Ar Razi mengatakan,“Jika rakyat ingin terbebas dari penguasa yang dzalim maka hendaklah merekameninggalkan kedzaliman yang mereka lakukan.” (Tafsir At Tahrir watTanwir karya Ibnu Asyur, 8: 74)

10. Sesuai dengan kaidah islam

Islam memiliki etikatersendiri dalam menasihati penguasa, bahkan mempunyai kaidah kaidah dasar yangtidak boleh dilecehkan; sebab, penguasa tidak sama dengan rakyat. Apabilamenasihati kaum muslimin, secara umum memerlukan kaidah dan etika, makamenasihati para penguasa lebih perlu memperhatikan kaidah dan etikanya.

Dari Ibnu Hakammeriwayatkan, bahwa Nabi bersabda,”Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa,maka jangan melakukannya secara terang terangan. Akan tetapi, nasihatilah diadi tempat yang sepi. Jika menerima nasihat, itu sangat baik. Dan bila tidakmenerimanya, maka kamu telah menyampaikan kewajiban nasihat kepadanya.” [HRImam Ahmad].

11. Tidak dilakukan di mimbar terbuka

Sangat tidak bijaksanamengoreksi dan mengkritik kekeliruan para penguasa melalui mimbar mimbarterbuka, tempat tempat umum ataupun media massa, baik elektronik maupun cetak.Yang demikian itu menimbulkan banyak fitnah.

12. Tidak menghujat

Terkadang disertai denganhujatan dan cacian kepada orang per orang. Seharusnya, menasihati para penguasadengan cara lemah lembut dan di tempat rahasia, sebagaimana yang dilakukan olehUsamah bin Zaid tatkala menasihati Utsman bin Affan, bukan dengan cara mencaci makimereka di tempat umum atau mimbar.

Imam Ibnu Hajar berkata, bahwa Usamah telah menasihati Utsman bin Affan dengan cara yang sangat bijaksana dan beretika tanpa menimbulkan fitnah dan keresahan. Imam Syafi’i berkata,”Barangsiapa yang menasihati temannya dengan rahasia, maka ia telah menasihati dan menghiasinya. Dan barangsiapa yang menasihatinya dengan terang terangan, maka ia telah mempermalukan dan merusaknya.”

13. Tidak menjatuhkan martabat

Imam Fudhail bin Iyadhberkata,”Orang mukmin menasihati dengan cara rahasia; dan orang jahatmenasihati dengan cara melecehkan dan memaki maki.” Syaikh bin Bazberkata,”Menasihati para penguasa dengan cara terang terangan melalui mimbarmimbar atau tempat tempat umum, bukan (merupakan) cara atau manhaj Salaf.

Sebab, hal itu akanmengakibatkan keresahan dan menjatuhkan martabat para penguasa. Akan tetapi,(cara) manhaj Salaf dalam menasihati penguasa yaitu dengan mendatanginya,mengirim surat atau menyuruh salah seorang ulama yang dikenal untukmenyampaikan nasihat tersebut.”

Itulah ulasan mengenai CaraMenyikapi Penguasa yang Dzalim, semoga menjadi wawasan bermanfaat, sampai jumpadi artikel berikutnya, terima kasih.

fbWhatsappTwitterLinkedIn