الحمد لله الذى انعم علينا بنعمة الايمان والاسلام . نعمةً جزيلةً على الدوام الى يوم مَرْجِعِ جميعِ الاَنام . واشهد انّ لا اله ا لاّ الله المَلِكُ القدّوس السلام . وأشهد انّ سيدنا محمّدا عبده ورسوله ذُوالمُعجِزة الدائمة الى اخرالا يّام. اللّهمّ صلّى وسلّم على عبدك ورسولك سيّدنا محمّد وعلى اله وصحبه الذين جاهَدوا فى سبيل الله بِسَيف المُجاهَدَةِ بالحكمة والكلام . (امّابعد) فياايهاالناس اتقُوااللهَ حقَّ تقاته. ولا تموتون الا وانتم مسلمون . وقال الله تعالى فى كتابه الكريم : اعوذ بالله من الشيطان الرجيم . أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ .وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Artinya:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS. al-Ankabut ayat 2-3).
Ayat di atas merupakan firman Allah SWT yang menjelaskan bahwa menjadi seorang mukmin tidaklah cukup hanya dengan menyatakan bahwa dirinya beriman kepada Allah SWT, tetapi keimanan tersebut harus bisa dibuktikan dalam sikap maupun tindakan, terutama ketika mereka mendapatkan ujian dan cobaan dari Allah SWT.
Adapun bentuk ujian yang diberikan oleh Allah SWT bisa berupa kebaikan (nikmat) maupun keburukan (musibah). Artinya, tidak semua nikmat yang diberikan Allah SWT merupakan tanda keridhoan-Nya, dan tidak semua musibah yang diberikan Allah SWT merupakan tanda dari murka-Nya. Lalu bagaimanakah tuntunan islam terkait dengan datangnya ujian, terutama musibah dari Allah SWT?
Beruntunglah mereka kaum mukmin, di mana agama mereka yaitu islam tidak akan membiarkan begitu saja ketika mereka sedang tertimpa musibah. Di dalam Al- Qur’an, Allah SWT telah memberikan tuntunan bagi umat-Nya tentang bagaimana seharusnya ketika mereka mendapatkan musibah, baik musibah untuk dirnya sendiri maupun musibah yang menimpa orang lain.
Karena manusia memiliki sifat sabar, tentunya kesabaran sangatlah diuji oleh Allah SWT. Bagi mukmin yang bertaqwa kepada Allah sabar tidak memiliki batasan, sebab Allah masih memberikan nikmat meski itu berupa cobaan dalam hidup. (baca juga: manfaat beriman kepada Allah)
Lalu bagaimanakah seharusnya sikap kita ketika mendapatkan suatu musibah?
- Menerima musibah tersebut
Menghadapi musibah dalam islam umumnya orang seringkali berkeluh kesah, marah, sedih, maupun merana ketika musibah sedang menimpa. Akan tetapi hal yang terpenting yang perlu kita ketahui adalah bahwa di balik datangnya musibah tersebut pasti ada hikmah yang bisa kita dapatkan.
Rasulullah Shalallahu bersabda:
“Sesungguhnya, jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Siapa yang ridha atas ujian itu, maka Allah akan meridhainya. Dan siapa yang membencinya, maka Allah akan membencinya.” (HR. Tirmidzi)
Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam juga pernah bersabda :
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مع عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إذا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رضى فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَط
Artinya:
“Sesungguhnya besarnya balasan baik besarnya sama dengan besarnya ujian dan bala, dan ketika Allah SWT memberikan ganjaran bagi satu kaum lalu Diad atangkan baginya ujian, barang siapa mampu menerima ujian tersebut maka iaakan menerima ridho dari Allah SWT dan barang siapa yang ingkar , maka Allah SWT akan mendatangkan adzab baginya.” (HR. At-Tirmizi, Tuhfatul Ahwazi, dan Albani)
- Selalu bersabar menghadapi musibah dari Allah SWT
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :
عجبا لأمر المؤمن ان أمره كله خير وليس ذلك لأحد الا المؤمن ان اصابته مراء شكر فكان خيرا له وان اصابته ضراء صبر فكان خيرا له
Artinya:
“Orang-orang beriman itu memang sangat mengherankan semua perkaranya serba baik, dan tak ada seorang pun yang seperti orang yang mukmin. Apabila dianugerahi kesenangan ia bersyukur, dan apabila tertimpa musibah, ia berlaku sabar. Hal inilah yang menjadikan dia selalu dalam keadaan baik.”( HR. Muslim)
Mengapa seorang mukmin harus senantiasa bersabar dalam menghadapi musibah yang diberikan Allah SWT? Abu Zakaria Ansari pernah berkata:
“Sabar merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang disenanginya maupun yang dibencinya.”
Dengan bersabar dan tidak mengeluh maupun tidak berputus asa dalam menghadapi musibah pada akhirnya akan membawa orang tersebut kepada pahala dari Allah SWT atas musibah yang menimpanya tersebut. Mengapa demikian? Karena dengan bersabar berarti orang tersebut telah membuktikan konsistensi keimanannya dalam melaksanakan segala perintah dari Allah SWT dalam keadaan apapun.
Allah SWT telah berfirman :
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az- Zumar ayat 10)
Dalam Al-Qur’an Surat Al- Anfal ayat 46, Allah SWT berfirman :
وَاصْبِرُوْا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ
Artinya “Bersabarlah kalian. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Selain pahala dari Allah SWT, keuntungan lain dari bersabar dalam menghadapi musibah adalah memperkuat serta meneguhkan jiwa seseorang ketika ia sedang menghadapi cobaan maupun ujian dari Allah SWT. Dengan begitu, ketika orang tersebut ditimpa musibah maka jiwanya tidak akan tergoncang, tidak gelisah, panik, takut, maupun berubah pendiriannya.
- Selalu berdo’a kepada Allah SWT
Dalah Al-Quran telah menceritakan kisah Nabi Ayyub Alaihissalam yang berdo’a kepada Allah SWT ketika beliau sedang mengalami musibah yaitu penyakit yang berkepanjangan.
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ ۖوَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ
Artinya:
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al- Anbiya ayat 83-84)
Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam juga selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berdo’a kepada Allah SWT, apalagi ketika sedang ditimpa musibah. Dalam sebuah hadist Beliau Sholallahu Alaihi Wassalambersabda :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللهُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ، اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
Artinya:
“Tidak ada dari orang Islam ketika menimpa musibah padanya, maka ia berdoa “Inna lillahi wa inna ilai roji’un, Allahummajurni fii mushibati, wa akhlifli khaira minha” kecuali Allah mengganti baginya lebih baik dari musibah”. (HR. Muslim)
- Selalu Bersyukur kepada Allah SWT
Bersyukur dalam menghadapi setiap musibah dapat menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa seseorang, bahkan hal itu bisa mendatangkan pahala dari Allah SWT baginya. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
“Apa pun bentuk musibah yang menimpa seorang muslim, niscaya akan Allah menjadikannya sebagai penghapus dosa dari dirinya, sekalipun sebatang duri yang menancap pada dirinya.”
Lalu bagaimanakah bagi mereka yang marah-marah ketika menerima musibah?
Dalam hal ini ada 3 bentuk dari marah, yaitu : Marah dalam hati di mana seolah-olah ia tidak terima dengan takdir dari Allah SWT dan ia pun marah kepada Tuhannya, marah dalam bentuk ucapan, serta marah dengan disertai tindakan. Sikap seperti itu amat dilarang dalam islam, dan tergolong ke dalam sikap yang diharamkan, dikarenakan sikap tseperti itu akan dapat membawa seseorang kepada kekafiran.
Sebagaimana Firman Allah SWT berikut :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةَ
Artinya:
“Di antara manusia ada yang menyembah Allah menurut seleranya. Apabila ia mendapatkan kebaikan, hatinya merasa tenang. Akan tetapi, apabila ia mendapat cobaan buruk, ia memalingkan wajahnya. Rugilah dunia dan akhiratnya.” (QS. Al-Hajj ayat 11).
artikel terkait lainnya: