Dari Aisyah Ra., “Aku belum pernah melihat Rasulullah SAW tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika sabar tidak ada batasnya, maka bercanda dan bersenda gurau ada batasnya. Dalam kehidupan sehari-hari, memang dibutuhkan suasana santai dan rileks.
Tujuannya agar segala macam kepenatan, lelah, dan sebagainya bisa tergantikan dengan badan yang kembali segar, semangat bekerja seperti sedia kala, produktivitas semakin meningkat, dan mampu membuat mental menjadi stabil.
Wah…berarti bercanda dan bersenda gurau itu penting sekali ya? Ya. Hal tersebut tidak dilarang asal tidak melakukannya secara berlebihan.
Rasulullah SAW sebagai suri teladan kita juga sering mengajak istri, anak, bahkan sahabat untuk bercanda dan bersenda gurau guna mengambil hati serta membuat mereka gembira.
Tetapi, candaan Nabi Muhammad SAW tidak pernah berlebihan. Bila tertawa, beliau tidak pernah melampaui batas, tetapi hanya tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar.
Abu Hurairah Ra. menceritakan, para sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Maka Nabi Muhammad SAW menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad)
Salah satu contoh bercanda Rasulullah SAW adalah ketika beliau bercanda bersama cucunya, Al-Hasan bin Ali. Abu Hurairah menceritakan, “Rasulullah pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.” (Silsilah Ahadis Shahihah, No Hadis 70)
Bila orang dewasa saja suka bercanda dan bersenda gurau, apalagi dengan anak kecil. Tentunya orangtua yang sering bercanda dan bersenda gurau dengan anak, membuat anak merasa lebih nyaman. Tak heran anak pun bisa dengan mudah menceritakan masalah yang ia hadapi kepada orangtuanya.
Manfaat Bercanda dan Bersenda Gurau
Berikut beberapa manfaat bercanda dan bersenda gurau dengan anak:
- Merangsang naluri berkasih sayang.
- Merangsang naluri mempertahankan diri anak.
- Merangsang naluri beragama anak.
- Memperbanyak kosa kata anak.
- Sebagai ajang orangtua untuk mengeksplor kemampuan anak.
- Membangun dan mencairkan suasana antara orangtua dan anak.
Adab Bercanda dan Bersenda Gurau Sesuai Syariat Islam
Sebenarnya, apa yang harus kita perhatikan dalam bercanda? Berikut beberapa poin yang harus kita sadari dan pahami:
- Meluruskan tujuan bercanda. Misal untuk menghilangkan rasa penat, rasa bosan, lesu, atau untuk menyegarkan pikiran dan suasana. Jika tujuannya seperti itu, maka bercanda sangat diperbolehkan.
- Tidak melewati batas. Tidak sedikit orang yang memberi candaan secara berlebihan hingga melanggar norma-norma. Tak sedikit pula orang bercanda dengan menjatuhkan wibawa seseorang.
- Tidak bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda. Sebab bila hal itu dilakukan, kemungkinan akan menimbulkan akibat buruk. Jadi, sebelum bercanda, lihatlah terlebih dahulu dengan siapa kita hendak bercanda.
- Tidak bercanda dalam kondisi serius. Misal, di masjid, majelis, tempat pengajian, pengadilan, dan sebagainya.
- Menghindari perkara yang dilarang Allah SWT ketika bercanda,yakni:
- Menakut-nakuti seorang muslim ketika bercanda.
“Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud)
- Berdusta ketika bercanda
“Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan sebuah istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud)
Nabi Muhammad SAW juga memberi ancarman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa.
“Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi)
- Melecehkan kelompok tertentu. Misal melecehkan profesi tertentu, organisasi tertentu, penduduk tertentu, bahasa tertentu, budaya tertentu, dan sebagainya.
- Berisi fitnah dan tuduhan. Candaan yang berisi fitnah dan tuduhan kepada orang lain sangatlah dilarang. Misal, seseorang bercanda dengan temannya, kemudian mereka mencela, memfitnah, dan sebagainya dengan tujuan membuat orang lain tertawa.
- Menghindari bercanda dengan kata-kata buruk. Allah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. Al-Isra’[17]: 53)
- Jangan banyak tertawa. Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita untuk tidak banyak tertawa, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)
- Bercanda di saat yang tepat dan kepada orang yang membutuhkan.
- Tidak bercanda sembari melecehkan syiar agama. Sesungguhnya orang yang melakukan hal tersebut bisa menjatuhkannya dalam kekufuran dan kemunafikan.
Dari poin-poin di atas dapat kita simpulkan bahwa bercanda bukanlah sekadar bercanda. Agar perkataan, perbuatan, tingkah laku, akhlak, bahkan bercanda kita diridhoi oleh Allah, maka jalankanlah hal tersebut sesuai syariat Islam.