Asal Mula Adzan dikumandangkan dalam Islam

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Berdasarkan sejarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, adzan pertama kali dikumandangkan pada tahun pertama setelah beliau telah hijrah ke Madinah. Adapun yang menjadi muadzin pertama adalah Bilal bin Rabah.

Bagaimanakah asal mula adzan dikumandangkan?

Semua berawal ketika kaum muslimin saat itu tengah bermusyawarah untuk menentukan metode yang tepat yang dapat digunakan sebagai pemberitahuan masuknya waktu shalat.

Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat mengerjakan shalat fardhu atau shalat wajib secara berjamaah.

Banyak pendapat yang mengemuka, ada yang mengusulkan menggunakan lonceng sebagaimana kaum Nasrani, ada juga yang mengusulkan menggunakan terompet sebagaimana kaum Yahudi.

Bahkan ada yang mengusulkan digunakannya nyala api.

Namun semua usulan ini ditolak.

Abdullah bin Zaid kemudian datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan tentang mimpinya semalam tentang seruan adzan.

Dalam mimpinya, Abdullah bin Zaid bertemu dengan seseorang yang membawa genta atau lonceng ditangannya.

Melihat hal tersebut, Abdullah bin Zaid bermaksud membeli genta atau lonceng yang dibawa oleh orang tersebut untuk dijadikan penanda waktu telah datangnya waktu shalat.

Namun, orang tersebut menyarankan agar Abdullah bin Zaid mengucapkan serangkaian kata sebagai berikut.

Allahu Akbar, Allahu Akbar. Allahu Akbar, Allahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar), Asyhadu an la ilaaha illallaah, Asyhadu an la ilaaha illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah). Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah, Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah (Aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah pesuruh Allah, Aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah pesuruh Allah). Ḥayya ‘Alash shalaah, Ḥayya ‘Alash shalaah (Marilah shalat, Marilah shalat), Ḥayya ‘Alal falaah, Ḥayya ‘Alal falaah, (Marilah beruntung, Marilah beruntung). Allahu Akbar, Allahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar). Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan selain Allah).  

HR. Abu Daud, Ahmad, dan Daarimi, shahih

Tidak hanya itu. Orang tersebut juga menyarankan agar Abdullah bin Zaid membacakan iqamah shalat sebagai berikut.

Allahu Akbar, Allahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar). Asyhadu an la ilaaha illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah). Asyhadu anna Muhammadar Rasulullaah (Aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah pesuruh Allah). Ḥayya ‘Alash shalaah (Marilah shalat). Ḥayya ‘Alal falaah (Marilah beruntung). Qad qamatish shalah, Qad qamatish shalah (Sungguh shalat telah mulai dikerjakan, sungguh shalat telah mulai dikerjakan). Allahu Akbar, Allahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar). Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan selain Allah).

HR. Abu Daud, Ahmad, dan Daarimi, shahih

Mendengar hal tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

”… Sesungguhnya mimpimu itu adalah mimpi yang hak Insya Allah. Berdirilah bersama Bilal, ajarkanlah mimpimu itu kepadanya, lalu adzanlah dia, karena suaranya lebih keras dari kamu … ”.

HR. Abu Daud, Ahmad, dan Daarimi, shahih

Abdullah bin Zaid kemudian berdiri bersama Bilal untuk mengajarkan adzan. Akhirnya Bilal menjadi muadzin pertama yang menyerukan adzan.

Selanjutnya, adzan ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penanda telah masuknya waktu shalat.

Wallahu a’lam.

fbWhatsappTwitterLinkedIn