Dalam Islam wajib dilaksanakan sholat jenazah sebelum menguburkannya. Sebab hukum pengurusan jenazah ialah fardhu kifayah. Namun, jika telah dilakukan oleh orang lain maka gugurlah kewajiban tersebut.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّىَ عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ . قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ
“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar.” (HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945)
Ada hal-hal yang memang wajib dilaksanakan dalam shalat jenazah. Di samping itu akan lebih sempurna bila ditambah dengan mengerjakan hal-hal sunnah. Seperti yang terangkum di bawah ini.
Menurut buku Sulaiman Rasjid terkait proses pengurusan jenazah dalam Islam, amalan sunnah dalam sholat jenazah yaitu :
- Mengangkat tangan pada waktu mengucapkan takbir-takbir tersebut.
Dari ibnu umar “sesungguhnya nabi muhammad saw mengangkat kedua tangan nya pada semua takbir sholat jenazah.” (riwayat baihaqi)
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:
أنَّ رسولَ الله صلَّى الله عليه وسلَّم صلَّى على أَصْحمَةَ النجاشيِّ، فكبَّر عليه أربعًا
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menshalati Ash-hamah An Najasyi, beliau bertakbir empat kali” (HR. Bukhari no. 1334, Muslim no. 952).
- Israr atau disebut merendahkan suara bacaan
- Membaca audzubillah (Sumber: Sulaiman rasjid,fiqih islam, Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2012 hlm, 174).
Berjamaah dalam Tiga Saf
Shalat jenazah hendaknya dilakukan dalam berjamaah sejumlah tiga saf dengan masing-masing saf terdiri atas 2 orang. Sebagaimana dalil berikut ini.
Dari Abu Abbas, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
“Tiadalah bagi seorang muslim yang meninggal lalu jenazahnya disalatkan oleh empat puluh orang yang tidak musyrik, kecuali Allah swt memberi mereka syafaat padanya,” (HR. Ahmad dan Muslim).
Bila saat diadakannya shalat jenazah datang jamaah baru, maka ketahuilah cara merapatkan shaf saat berjamaah tanpa mengganggu kekhusyukan shalat.
Shalat Jenazah di Luar Masjid
Pelaksanaan shalat jenazah lebih utama dilakukan di luar masjid, sebagaimana yang dilakukan pada zaman Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَى النَّجَاشِيَّ فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ ، خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ ، وَكَبَّرَ أَرْبَعًا
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengumumkan kematian An Najasyi di hari ia wafat. Kemudian beliau keluar ke lapangan lalu menyusun shaf untuk shalat, kemudian bertakbir empat kali” (HR. Bukhari no.1245).
Akan tetapi, diperbolehkan untuk mengerjakannya di dalam masjid. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
وَاللهِ مَا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سُهَيْلِ بْنِ بَيْضَاءَ وَأَخِيْهِ إِلَّا فِي الْمَسْجِدِ
“Demi, Allah! Tidaklah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menyalatkan jenazah Suhail bin Baidha’ dan saudaranya (Sahl), kecuali di masjid” (HR Muslim no. 973).
Mengurus jenazah memang perkara yang terbilang cukup kompleks sehingga penting untuk mempelajari tata cara dan hukum belajar pengurusan jenazah sesuai dengan syariat Islam.
Itulah beberapa hal yang disunnahkan dalam shalat jenazah yang memang penting untuk diketahui. Semoga dapat menjadi salah satu cara beriman kepada Allah demi meraih keridhaan-Nya. Aamiin.