Islam adalah agama yang mengajarkan ummatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan. Kebersihan dalam islam adalah sebagian dari iman. Ajaran ini terimplementasikan dari aturan islam seperti berwudhu, melaksanakan mandi besar atau kecil, membasuh setelah mengeluarkan kotoran, dsb.
Terutama ketika akan melaksanakan shalat dan ibadah lainnya, maka ummat islam diperintahkan untuk menjaga diri dan kebersihan dari berbagai najis. Najis sendiri memiliki arti kotoran yang membuat tidak sah nya seseorang ketika shalat atau ibadah menghadap Allah. Untuk itu menjaga diri dari najis adalah bagian dari kita menegakkan aturan Allah, rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman
Macam-Macam Najis
Di dalam islam terdapat beberapa jenis najis yang tingkatannya juga berbeda-beda. Setiap jenis najis dan bentuknya tentu memiliki cara membersihkan yang berbeda-beda. Berikut adalah jenis-jenis najis dalam fiqih islam.
- Najis Mughallazhah
Najis Mughallazhah adalah suatu nejis yang tergolong kepada najis yang berat. Najis ini contohnya adalah seperti najis dari Anjing dan Babi. Hal ini didasarkan kepada ayat dalam Al-Quran Surat Al An-Am, ayat 145 yang mengharamkan dan menganggap bahwa babi adalah najis.
Hal ini disamapaikan dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, “Dari Abi Hurairota RA telah berkata : Bahwa Rosulallah SAW telah bersabda “, Cara mensucikan bejana tempat air salah satu dari kalian adalah dengan, jika dijilat anjing maka hendaklah dibasuh sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur dengan tanah”. (HR Muslim)
Di dalam hadist yang lain, Rasulullah juga pernah menyampaikan bahwa air liur anjing dlaha suatu yang najis dan wajib untuk membersihkannya dengan tanah atau membasuhnya sebanyak tujuh kali.
- Najis Mukhaffafah
Najis ini adalah najis yang masuk dalam kategori najis ringan. Najis seperti ini contohna adalah air kencing bayi yang berusia dibawah 2 tahun. Apa yang dimakan dan diminum masih berupa ASI atau air susu dari ibunya. Tentu kotorannya pun masih bersih dan tidak tercampur zat yang macam-macam.
Untuk membersihkannya maka bisa dibasuh dengan air yang terkena najis tersebut atau menggunakan lap. Bisa juga dipercikkan air dan di lap hingga kering dan bersih.
Hal ini juga disampaikan dalam hadist, ”Sesungguhnya ia pernah membawa seorang anaknya yang laki-laki yang belum makan makanan (kecuali ASI). Lalu anak itu dipangku oleh Rosulallah SAW lalu anak itu kencing di pangkuannya. Kemudian Beliau meminta air lalu memercikanair itu ke bagian yang terkena air kencing dan beliau tidak membasuhnya” (HR. Bukhari Muslim)
- Najis Mutawassithah
Najis ini tergolong kepada najis yang sedang. Najis ini keluar dari kemaluan atau dubur manusia dan juga hewan. Air yang memabukkan, bangkai (selain manusia, ikan, dan belalang).
Hal ini sebagaimana disampaikan dalam hadist, “Dari Ibnu Umar RA telah berkata : Telah dihalalkan dua bangkai, yaitu ikan dan belalang. Adapun dua darah yaitu hati dan limpa” (HR Ibnu Majah & Hakim)
- Najis yang Bisa Dimaafkan
Selain ketiga najis tersebut, najis yang bisa dimaafkan adala yang tidak perlu dibasuh atau dicuci. Contoh dari najis ini adalah seperti bangkai binatang yang tidak ada darah mengalir, nanah atau darah yang setitik saja, debu, atau air-air yang bersemburat sedikit.
Bentuk-Bentuk Najis Mutawasithoh
Ada beberapa najis muatawasitoh atau najis berat yang harus dibersihkan terutama ketika akan shalat. Berikut adalah jenis-jenisnya.
- Air Seni
Air Seni atau kencing adalah termasuk ke dalam najis. Air seni ini bisa air seni manusia atau air seni hewan. Air seni bersifat najis karena memang kandungannya yang berbau, kotor, dan bersumber menjadi penyakit.
- Tinja atau Kotoran Manusia dan Hewan
Kotoran Manusia dan hewan termasuk ke dalam najis. Hal ini dapat diketahui sendiri bahwa kotoran tersebut berisi sisa-sisa dan racun dari tubuh manusia ataupun hewan. Apalagi tinja memiliki wujud dan juga berbau.
- Darah
Darah termasuk ke dalam najis, terutama darah yang berasal dari haid wanita. Untuk itu, ketika wanita sedang terus menerus mengeluarkan darah dari kemaluannya, maka ia tidak boleh shalat. Darah ini juga terus menerus timbul sehingga tidak bisa untuk dibersihkan dalam sekejap harus menunggu berhentinya.
- Madzi
Madzi adalah air yang keluar karena adanya nafsu syahwat manusia atau disebut juga dengan air mani. Untuk itu, air mani ini dianggap sebagai air yang hina karena kotor. Saat manusia mengeluarkan madzi maka ia tidak dibolehkan shalat sebelum dibersihkan terlebih dahulu.
Tujuan dan Hikmah Membersihkan Najis dalam Islam
Di dalam islam, setiap aturan tentu saja memiliki tujuan, termasuk tentang aturan menjaga diri dari najis. Najis yang dijelaskan di atas tentu saja berarti sebuah kotoran yang jika tidak dibersihkan dan dihindarkan akan mengganggu kesehatan kita. Untuk itu Allah sering kali memberikan aturan agar umat islam berwudhu dan mandi, agar dalam keadaan bersih selalu.
- Menjaga Kesehatan
Dengan menjaga diri dari najis maka sama dengan kita pun menjaga diri dari penyakit. Sejatinya, najis adalah seperti kotoran hewan, yang jika menempel pada tubuh manusia maka akan memancing penyakit dalam tubuh. Untuk itu, segera dibersihkan, terutama ketika akan beribadah.
- Simbol Senantiasa Menjaga dan Memperbaiki Diri
Membersihkan diri, adalah simbol juga untuk senantiasa menjaga dan memperbaiki diri. Menjaga dan memperbaiki diri tentu saja berawal dari kebersihan fisik yang sangat mudah untuk menjangkaunya. Untuk itu, jika kebersihan fisik saja dijaga maka kebersihan jiwa dan nurani sudah pasti juga perlu untuk dijaga.
Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama tentu tidak akan pernah bisa berkmebang dan dirasakan jika perbaikan diri dan kebersihan diri kita tidak dilakukan secara sempurna.
- Kenyamanan dalam Bersosialisasi
Dengan menjaga kebersihan diri dari najis kita pun juga menjaga kenyamanan diri orang lain dalam bersosialisasi dengan kita. Bayangkan saja, jika kondisi kita dipenuhi najis dan berbau tentu saja orang lain tidak akan suka dan betah untuk bisa bersosialisasi dengan kita. Untuk itu, perintah Allah menjaga kesucian diri bukan hanya berdampak saat beribadah kepada Allah melainkan juga sesama manusia.
Tentu saja membersihkan diri dari najis ini menjadi bagian dari usaha kita agar mencapai kebahagiaan di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam.