Tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Selalu ada saja kekurangan, boleh jadi ada yang indah dalam rupa, tapi ada kekurangan dalam gaya bicara.
Dari situ kita wajib cermat mengukur penilaian terhadap seseorang. Akan tetapi walaupun kita boleh mengukur akan sifat seseorang kita tidak boleh mengungkapkan atau membicarakan sifat seseorang tersebut karena itu hal aib nya sendiri.
Ada sebuah pepatah Islam mengatakan alangkah baiknya dari pada membicarakan aib atau privasi orang lain lebih baik kita memperbaiki diri kita sendiri karena ada sebuah hadis yang berbunyi:
“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.”(HR. Bukhari).
Karena jika membicarakan aib pastinya hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan antara satu orang dengan orang yang lainnya saling membicarakan aib orang lain.
Allah SWT telah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka ‘memakan daging’ saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(Al-Hujurat : 12).
Sampai sini masihkah kita membicarakan aib atau privasi orang lain?. Ketahuilah jika kita ingin menjaga aib kita maka kita pun harus menjaga aib orang lain pula, tentunya kita tidak ingin jika ada seseorang membicarakan aib kita bukan oelh karena itu jangan lah membicarakan aib orang lain. Karena sesungguhnya Allah SWT akan menjaga aib seseorang apabila orang tersebut menjaga aib orang lain,” katanya lagi.
وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Artinya, “Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi).