Hukum Qunut di Pertengahan Ramadhan

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Ibadah shalat Witir yang memilikikeutamaan shalat witir disyari’atkan dalam ibadah shalat malam dan disyari’atkan juga melakukan sebuah qunut yang pernah dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Bagaimana ketentuan sebuah qunut pada ibadah shalat Witir ini? Berikut penjelasannya. Hukum Qunut di Pertengahan Ramadhan.

Pengertian Qunut
Kata sebuah qunut yang berhubungan denganhukum lupa membaca doa qunut, dalam bahasa Arab digunakan untuk beberapa pengertian, di antaranya sebagai berikut.

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰوَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Peliharalahsegala ibadah shalat(mu), dan (peliharalah) ibadah shalat wusthaa. Berdirilahuntuk Allah (dalam ibadah shalatmu) dengan khusyu’. [al-Baqarah/2:238].

وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْفَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِوَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ

Dan Maryamputeri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnyasebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dankitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.[at-Tahrim/66:12].

Oleh karena itu, Ibnul-Qayyim mengatakan tentang hukum tidak membaca doa qunut subuh: “Kata sebuah qunut digunakan untuk pengertian berdiri, diam, berkesinambungan dalam ibadah, doa, tasbih dan khusyu’.” Adapun yang dimaksudkan dalam pembahasan ini, ialah istilah sebuah qunut sebagai doa dalam ibadah shalat pada tempat posisi yang khusus dari berdiri.

Hukum Qunut Witir di Pertengahan Ramadhan
Secara umum, para ulama memandang sebuah qunut dalam Witir disyariatkan sebab terdapatmakna doa qunut, namun mereka berselisih tentang hukumnya, wajib ataukah sunnah? Apakah juga disunnahkan sepanjang tahun setiap malam, ataukah hanya saat Ramadhan saja atau di akhir Ramadhan?

  • Yang râjih –wallahu a’lam- sebuah qunut Witirdisunnahkan di sepanjang tahun, inilah pendapat madzhab Hambali dan pendapatIbnu Mas’ud, Ibrahiim, Ishâq dan ash-hab ar-ra’yi. Hal ini berdasarkan amalanNabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana terdapat dalam riwayat Ubaibin Ka’ab Radhiyallahu anhu, ia berkata:

إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَكَانَ يُوْتِرُ فَيَقْنُتُ قَبْلَ الرُّكُوْعِ. أخرجه ابن ماجه.

SesungguhnyaRasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan Witir lalu melakukan sebuahqunut sebelum ruku`. [HR Ibnu Mâjah, dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalamIrwa` al-Ghalil 2/167, hadits no. 426].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jugamengajarkan kepada al-Hasan bin ‘Ali Radhiyallahu anhu untuk mengucapkan doasebuah qunut, sebagaimana terdapat dalam perkataan beliau Radhiyallahu anhu :

عَلَّمَنِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُوْلُهُنَّ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ: ” اللَّهُمَّ اهْدِنِيْفِيْمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنِيْ شَرَّ مَا قَضَيْتَ ؛ إِنَّكَ تَقْضِيْوَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ ، وَ إِنَّهُ لاَ يُذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْعَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah mengajarkan kepadaku doa yang aku ucapkan pada Witir: “Ya Allah, tunjukilah aku sebagaimana Engkauberikan petunjuk (kepada selainku), berilah keselamatan sebagaimana Engkauberikan keselamatan (kepada selainku), jadikanlah aku wali-Mu sebagaimana

Engkaujadikan (selainku) sebagai wali, berilah keberkahan kepadaku pada semuapemberian-Mu, lindungilah aku dari kejelekan takdir-Mu; sesungguhnya Engkaumentakdirkan dan tidak ditakdirkan, dan sesungguhnya tidak terhinakan orangyang menjadikan Engkau sebagai wali, dan tidak mulia orang yang Engkau musuhi.Maha suci dan Maha tinggi Engkau, wahai Rabb kami”. [HR Abu Dawud, dandishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Irwa` al-Ghalil, 2/172].

  • Demikian juga para sahabat yang meriwayatkanibadah shalat Witir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mereka tidakmenyebutkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersebuah qunut.

Seandainya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammelakukannya terus-menerus, tentulah para sahabat akan menukilkannya. Memangada sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yaitu Ubai bin Ka’abRadhiyallahu anhu yang meriwayatkan sebuah qunut Witir Nabi Shallallahu ‘alaihiwa sallam . Hal ini menunjukkan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamterkadang melakukannya, dan juga berisi dalil bahwa sebuah qunut dalam Witirtidak wajib.

  • Dalil lainnya, yaitu amalan sebagian sahabat danTabi’in yang tidak melakukan sebuah qunut Witir, dan sebagian lainnya hanyamelakukannya pada bulan Ramadhan. Juga ada sebagian lainnya melakukan sebuahqunut Witir sepanjang tahun.

Perbedaan ini disampaikan Imam at-Tirmidzidalam pernyataan beliau: “Para ulama berbeda pendapat dalam sebuah qunut Witir.‘Abdullah bin Mas’ud z memandang sebuah qunut Witir dilakukan sepanjang tahundan memilih melakukan sebuah qunut sebelum ruku’. Ini merupakan pendapat darisebagian ulama dan pendapat Sufyaan ats-Tsauri rahimahullah, Ibnu al-Mubarakrahimahullah, Ishaaq rahimahullah dan Ahlu Kufah.

Diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi ThalibRadhiyallahu anhu , bahwa beliau tidak sebuah qunut kecuali di separuh akhirdari bulan Ramadhan dan melakukannya setalah ruku`. Inilah pendapat sebagianulama, dan menjadi pendapat asy-Syafi’i rahimahullah dan Ahmad rahimahullah”.

Semuaini menunjukkan sebuah qunut Witir di pertengahan ramadhan tidak wajib.Sedangkan yang menunjukkan dilakukan di sepanjang tahun, yaitu keumuman amalanNabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak dijelaskan kekhususannya dalambulan tertentu. Ini menunjukkan, boleh dilakukan sepanjang tahun, dan lebihutama lagi tidak terus-menerus melakukannya sebagaimana yang dilakukanRasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Inilah yang dirâjihkan Syaikhal-Albâni dalam Shifat Ibadah shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

KapanSebuah Qunut Dilakukan dalam Ibadah Shalat di bulan Ramadhan?
Sebuah qunut dilakukan pada rakaat terakhir setelah membaca surat dansebelum ruku’. Inilah yang shahîh dari amalan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam secara umum. Namun, terkadang beliau juga melakukannya setelah ruku’sebelum sujud. Dalinya ialah sebagai berikut.

  • Hadits Ubai bin Ka’ab Radhiyallahu anhu , iaberkata:

إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَكَانَ يُوْتِرُ فَيَقْنُتُ قَبْلَ الرُّكُوْعِ. أخرجه ابن ماجه.

SesungguhnyaRasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwitir lalu melakukan sebuah qunutsebelum ruku’. [HR Ibnu Majah dan dishahîhkan al-Albâni dalam Irwa’al-Ghalil, 2/167 hadits no. 426].

  • Atsar Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu yang disampaikanAlqamah rahimahullah, ia berkata:

أَنَّ ابْنَ مَسْعُوْدٍ وَأَصْحَابَ النَّبِيِّصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوْا يَقْنُتُوْنَ فِي الْوِتْرِ قَبْلَ الرُّكُوْعِ.أخرجه ابن أبي شيبة.

Sungguh,dahulu Ibnu Mas’ud dan para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammelakukan sebuah qunut dalam Witir sebelum ruku’. [HR Ibnu Abi Syaibah, dandikatakan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil (2/166): “Sanadnya baik dan ia sesuai syarat Muslim,”setelah itu beliau berkata: “Kesimpulannya,bahwasanya yang shahih benar dari para sahabat ialah sebuah qunut sebelum ruku’dalam Witir”.

  • Ada riwayat lain yang menunjukkan bolehnyamelakukan sebuah qunut Witir setelah ruku’. Yaitu riwayat Urwah bin az-Zubair ,ia berkata:

أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ عَبْدٍ الْقَارِي–وَ كَانَ فِيْ عَهْدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَاب رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَعَ عَبْدِ اللهِبْنِ الأَرْقَمِ عَلَى بَيْتِ الْمَالِ –قَالَ: أَنَّ عُمَرَ بْنِ الْخَطَاب رَضِيَاللهُ عَنْهُ خَرَجَ لَيْلَةً فِيْ رَمَضَانَ فَخَرَجَ عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ عَبْدٍالْقَارِي فَطَافَ بِالْمَسْجِدِ ، وَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُوْنَ، يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ ، وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ، فَقَالَ عُمَرُ : وَاللهِ إِنِّيْ أَظُنُّ لَوْ جَمَعْنَا هَؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍوَاحِدٍ ؛ لَكَانَ أَمْثَلَ. ثُمَّ عَزَمَ عُمَرُ عَلَى ذَلِكَ وَ أَمَرَ أُبَيَّ أَنْيَقُوْمَ لَهُمْ فِيْ رَمَضَانَ فَخَرَجَ عُمَرُ عَلَيْهِمْ وَالنَّاسُ يُصَلُّوْنَبِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ ، فَقَالَ عُمَرُ : نِعْمَ الْبِدْعَةُ هِيَّ ، وَالَّتِيْ يَنَامُوْنَعَنْهَا أَفْضَلُ مِنَ الَّتِيْ يَقُوْمُوْنَ -يريد: آخر الليل- فَكاَنَ النَّاسُ يَقُوْمُوْنَأَوَّلَهُ وَكَانُوْا يَلْعَنُوْنَ الْكَفَرَةَ فِيْ النِّصْفِ : اللَّهُمَّ قَاتِلِالْكَفَرَةَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ ، وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ ،وَلاَ يُؤْمِنُوْنَ بِوَعْدِكَ ، وَخاَلِفْ بَيْنَ كَلِمَتِهِمْ ، وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُالرَّعْبَ ، وَأَلْقِ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ ، إِلهُ الْحَقِّ. ثُمَّ يُصَلِّيعَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَِيَدْعُوْ لِلْمُسْلِمِيْنَبِمَا اسْتَطَاعَ مِنْ خَيْرٍ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ . قَالَ: وَكَانَيَقُوْلُ إِذَا فَرَغَ مِنْ لَعْنِهِ الْكَفَرَةِ وَصَلاَتِهِ عَلَى النَّبِيِّ وَاسْتِغْفَارِهِلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَمَسْأَلَتِهِ : اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ، وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ ، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، وَنَرْجُوْ رَحْمَتَكَرَبَّنَا ، وَنَخَافُ عَذَابَكَ الْجِدِّ ، إِنَّ عَذَابَكَ لِمَنْ عَادَيْتَ مُلْحَقٌ، ثُمَّ يُكَبِّرُ وَيَهْوِي سَاجِداً)”.

Sesungguhnya‘Abdur-Rahmân bin ‘Abdun al-Qâri –beliau, dahulu pada zaman ‘Umar binal-Khaththab bersama ‘Abdullah bin al-Arqam memegang Baitul Mal- berkata:“Sesungguhnya ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu keluar pada malam haridi bulan Ramadhan, lalu ‘Abdur-Rahmân bin ‘Abdun al-Qâri keluar dan mengelilingimasjid dan mendapatkan orang-orang di masjid terbagi berkelompok-kelompok tidakbersatu; seorang ibadah shalat sendiri dan yang lainnya mengimami ibadah shalatsejumlah orang.

Maka‘Umar berkata: ‘Demi Allah! Saya pandang, seandainya kita kumpulkan mereka padasatu imam saja, tentu akan lebih baik,’ kemudian ‘Umar bertekad untuk itu, dania memerintahkan ‘Ubai bin Ka’ab untuk mengimami ibadah shalat malam mereka dibulan Ramadhan. Lalu ‘Umar Radhiyallahu anhu keluar menemui mereka lagi dalamkeadaan orang-orang ibadah shalat di belakang satu imam,

sehingga‘Umar berkata: ‘Sebaik-baik bid’ah ialah ini dan yang tidur (tidak ikut) lebihutama dari yang ikut ibadah shalat,’ -yang beliau inginkan (yang ibadah shalat)di akhir malam (lebih utama)- karena orang-orang melakukan ibadah shalattarawih di awal malam. Mereka melaknat (mendoakan keburukan) bagi orang kafirpada separuh bulan Ramadhan dengan doa:

‘YaAllah, binasakanlah orang-orang kafir yang menghalangi (manusia) dari jalan-Mu,mendustakan para rasul-Mu dan tidak beriman dengan janji-Mu. Cerai-beraikanpersatuan mereka dan timpakanlah rasa takut di hati-hati mereka, serta timpakansiksaan dan adzab-Mu atas mereka, wahai sesembahan yang haq,’ kemudianbershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berdoa untuk kebaikankaum muslimin semampunya, kemudian memohon ampunan untuk kaum mukminin”.

Beliauberkata: “Apabila selesai melaknat orang-orang kafir, bershalawat kepada NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam , memohon ampunan untuk kaum mukminin danmukminat serta permintaan lainnya, ia mengucapkan: ‘Ya Allah, kamihanya menyembah kepada-Mu, berusaha dan beramal hanya untuk-Mu, dan memohonrahmat kepada-Mu,

wahaiRabb kami, dan kami takut kepada adzab-Mu yang pedih. Sesungguhnya adzab-Muditimpakan kepada orang yang Engkau musuhi,’ kemudian ia bertakbir dan turununtuk sujud”. [HR Ibnu Khuzaimah dalam Shahîh-nya 2/155-156. Dikatakan olehpentahqîqnya: “Isnadnya shahîh”.].

Kata “kemudian bertakbir dan turun untuksujud,” ini menunjukkan bahwasanya sebuah qunut Witir dilakukan setelah ruku’,sebab, bila doa sebuah qunutnya dibaca setelah mambaca surat, tentulahbertakbir untuk ruku’ bukan untuk sujud. Yang berarti menunjukkan, bolehnya haltersebut karena dilakukan di hadapan para sahabat, dan tidak ada seorangpunyang mengingkarinya. Wallahu a’lam.

Sampaijumpa di artikel berikutnya, semoga bermanfaat untuk menambah wawasan islamiAnda.

fbWhatsappTwitterLinkedIn