Hukum Shalat Witir Satu Rakaat

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Ibadah shalat witir yang memiliki keutamaan shalat witir merupakan salah satu ibadah shalat sunnah yang sering dikerjakan oleh Rasulullah Saw. Apalagi setiap bulan Ramadhan, ibadah shalat ini selalu dilakukan setelah ibadah shalat tarawih, walaupun sebenarnya bisa dilakukan di luar bulan Ramadhan.
Namun terkadang beberapa individu yang pagi hari hingga sore bekerja untuk mendapatkan pahala bekerja dalam islam, agak payah sehingga walaupun terkadang hanya dilakukan sebanyak tiga rakaat, rasanya masih agak berat. Lalu, berapa sebenarnya bilangan ibadah shalat witir? Bolehkah jika hanya melakukan satu rakaat? Bukankah satu juga termasuk bilangan ganjil (witir)?
Hukum Shalat Witir Satu Rakaat
Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat berdasarkan dalil tentang shalat witir. Imam Malik mengatakan bahwa ibadah shalat witir harus didahului dengan ibadah shalat ganjil, yakni minimal dua rakaat sehingga menurut Imam Malik, tiga adalah batas minimal. Itu pun harus dibagi: dua rakaat dan satu rakaat.
Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa bilangan witir yang berhubungan dengan cara melakukan shalat witir tiga rakaat adalah tiga rakaat dengan satu kali salam. Namun, Imam As-Syafi‘i berpendapat bahwa cukup satu rakaat sudah termasuk ibadah shalat witir.
Ibn Rusyd Al-Hafid menjelaskan letak perbedaan antara ketiganya dalam Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid.
Imam Malik mengatakan bahwa ibadah shalat witir yang berhubungan dengan cara shalat witir tiga rakaat harus tersusun dari ibadah shalat dua rakaat (as-syaf’u) dan satu rakaat (al-witr). Pendapat yang berbeda dengan Abu Hanifah ini mendasarkan argumennya pada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Rasul mengganjilkan rakaat witir setelah melakukan ibadah shalat per dua rakaat.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abdullah bin Qays dari Aisyah RA.

عن عبد الله بن قيس قال: قُلْتُ لِعَائِشَةَ بِكَمْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يُوْتِرُ؟ قَالَتْ: كاَنَ يُوْتِرُ بِأَرْبَعٍ وَثَلَاثٍ وَسِتٍّ وَثَلَاثٍ وَثَمَانٍ وَثَلَاث وَعَشَرَ وَثَلَاثٍ وَلَمْ َيكُنْ يُوْتِرُ بِأَنْقَصِ مِنْ سَبْعٍ وَلَا بِأَكْثَرَ مِنْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ
Artinya, “Dari Abdullah bin Qays, ia berkata bahwa Aku bertanya kepada Aisyah RA terkait jumlah rakaat Rasul Saw melakukan ibadah shalat witir? Aisyah menjawab bahwa Rasul melakukan ibadah shalat witir dengan empat rakaat ditambah tiga rakaat (tujuh rakaat), enam rakaat ditambah tiga rakaat (sembilan rakaat), delapan dan tiga rakaat (sebelas rakaat), dan sepuluh ditamba tiga rakaat (tiga belas rakaat). Rasul tidak pernah melakukan ibadah shalat witir kurang dari tujuh rakaat atau lebih dari tiga belas rakaat.”
Menurut Imam Malik, bagaimana bisa diganjilkan jika tidak didahului oleh ibadah shalat genap (ibadah shalat dua rakaat) terlebih dahulu.
Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa bilangan witir adalah tiga rakaat dengan satu kali salam. Hal ini mengacu pada hadits Rasul bahwa ibadah shalat maghrib adalah witir.
Abu Hanifah tidak mengambil dalil dari hadits-hadits tentang ibadah shalat witir sebagaimana digambarkan dalam riwayat Aisyah karena sifat hadits tersebut adalah pilihan sehingga hadits tersebut tidak bisa dijadikan argumen berapa pastinya jumlah rakaat witir.
Dalam hal ini Imam Abu Hanifah lebih memilih menggunakan qiyas. Bagi Abu Hanifah, sesuatu yang memiliki persamaan maka hukumnya sama.
Menurut Abu Hanifah, berdasarkan hadits ibadah shalat Maghrib adalah witir siang, sedangkan jumlah rakaatnya adalah tiga rakaat, maka ibadah shalat witir malam pun disamakan dengan jumlah rakaat yang sama, yakni tiga rakaat dengan satu salam.

فإن لأبي حنيفة أن يقول:إنه إذا شبه شيء بشيء وجعلحكمهما واحدا كان المشبه به أحرى أن يكون بتلك الصفة ولما شبهت المغرب بوتر صلاة النهاروكانت ثلاثا وجب أن يكون وتر صلاة الليل ثلاثا
Artinya, “Sesungguhnya Abu Hanifahberkata bahwa jika ada sesuatu yang menyerupai sesuatu yang lain, maka hukumnyamenjadi satu. Sesuatu yang menyerupai (dalam hal ini witir malam) lebih cocokuntuk disamakan dengan sifat yang diserupai (ibadah shalat maghrib). Ketikaibadah shalat maghrib diserupakan dengan witir ibadah shalat nahar dandilakukan dengan tiga rakaat, maka ibadah shalat witir malam juga wajibdilakukan dengan tiga rakaat,” (Lihat Ibnu Rusyd Al-Hafid, BidayatulMujtahid wa Nihayatul Muqtashid, [Mesir: Mathbaah Musthafa Al-BabiAl-Halabi, 1975 M], juz I, halaman 201).
Imam As-Syafi‘i mencoba menengahi keduapendapat tersebut. Ia mengatakan bahwa bilangan rakaat witir adalah cukupsatu rakaat. Ia berpegang pada hadits yang menjelaskan bahwa Rasul ibadahshalat witir dengan satu rakaat.

قالت عائشة : أنه صَلَّى الله عليه وسلم كان يصليمن الليل إحدى عشرة ركعة يوتر منها بواحدة
Artinya, “Aisyah berkata bahwasesungguhnya Rasulullah SAW melakukan ibadah shalat malam sebanyak sebelasrakaat dan salah satunya dilakukan dengan ganjil (witir) dengan satu rakaat.”
Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa Rasul memerintahkan jika khawatir tiba ibadahshalat subuh, maka ibadah shalat witir saja dengan satu rakaat. Hadits tersebutdiriwayatkan oleh Ibnu Umar RA:

صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا رَأَيْتَأَنَّ الصُّبْحَ يُدْرِكُكَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ
Artinya, “Ibadah shalat malam itudilaksanakan dua rakaat dua rakaat, jika kamu melihat waktu subuh sudah dekat,maka ganjilkanlah dengan satu rakaat.”


Oleh karena itu, bagi yang mengikutiImam As-Syafii, diperbolehkan melakukan ibadah shalat witir dengan satu rakaattanpa melakukan ibadah shalat sunah dua rakaat terlebih dahulu. Sedangkan bagipenganut Imam Malik, diharuskan untuk melakukan ibadah shalat ganjil terlebihdahulu sebelum melakukan ibadah shalat witir. Bagi pengikut Imam Abu Hanifah, ibadahshalat witir harus dilaksanakan dengan tiga rakaat dan satu kali salam.

SatuRakaat Adalah Jumlah Minimal Shalat Witir

Ibadah shalat Witir adalah ibadah shalatsunnah dengan jumlah rakaat yang ganjil. Ibadah shalat Witir terhitung darisatu hingga sebelas rakaat. Mereka yang hanya sanggup mengerjakan saturakaat  ibadah shalat Witir boleh melaksanakannya tanpa kemakruhan.

قوله (وأقله ركعة) ولا كراهة في الاقتصار عليهاعلى المعتمد بل خلاف الأولى

Artinya, “(Jumlah minimal ibadah shalat witir adalah satu rakaat). Tidak makruhjika hanya mengerjakan satu rakaat ibadah shalat witir menurut pendapat yangmuktamad, tetapi khilaful aula (menyalahi yang utama),” (Lihat Syekh MNawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002M/1422 H], halaman 100).

Adapun ibadah shalat Witir yang biasanyadiamalkan oleh masyarakat pada malam bulan Ramadhan berjumlah tiga rakaatkarena ini adalah jumlah minimal kesempurnaan ibadah shalat Witir.

وأدنى الكمال ثلاث وأكمل منه خمس ثم سبع ثم تسع(وأكثره إحدى عشرة) وهي غاية الكمال

Artinya, “Batas minimal kesempurnaan ibadahshalat witir adalah tiga rakaat. Yang lebih sempurna dari itu adalah limarakaat, kemudian tujuh rakaat, kemudian sembilan rakaat. (Jumlah maksimal ibadahshalat witir adalah sebelas rakaat). Ini puncak keistimewaan ibadah shalatwitir,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, DarulKutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], halaman 100).

ShalatWitir Satu Rakaat Boleh Dilakukan

Sebagaimana diketahui, ibadah shalat Witirsatu rakaat boleh dilakukan. Meski demikian, ibadah shalat Witir satu rakaatmenyalahi yang utama sehingga sebaiknya dilakukan minimal tiga rakaat. Tetapiberapapun jumlah rakaat yang dipilih, individu harus menyudahi ibadah shalat Witirnyadengan bilangan ganjil satu rakaat menurut qaul yang rajih.

Adapun berikut ini adalah lafal niat ibadah shalat Witir satu rakaatsebagai imam

اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَالْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal Witri rak‘atanmustaqbilal qiblati adā’an imāman lillāhi ta‘ālā.

Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnahWitir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena AllahSWT.”

Adapun berikut ini adalah lafal niat ibadah shalat Witir satu rakaatsebagai makmum

اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَالْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal Witri rak‘atanmustaqbilal qiblati adā’an makmūman lillāhi ta‘ālā.

Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnahWitir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena AllahSWT.”

Sementara berikut ini adalah lafal niat ibadah shalat Witir satu rakaatsendirian

اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَالْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal Witri rak‘atanmustaqbilal qiblati adā’an lillāhi ta‘ālā.

Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnahWitir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai karena Allah SWT.”

Adapun surat yang dibaca setelah pembacaanSurat Al-Fatihah bersifat sunnah. Mereka yang ibadah shalat Witir sendiri dapatmemilih surat mana saja yang mudah baginya untuk dibaca setelah SuratAl-Fatihah. Lazimnya dianjurkan pembacaan Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, danAn-Nas. Jadi, secara teknis, ibadahshalat sunah Witir satu rakaat menurut Madzhab Syafi’i adalah sebagaiberikut:

1. Pelafalan niat ibadah shalat Witir.

2. Niat di dalam hati ketika takbiratulihram.

3. Mengucap takbir ketika takbiratul ihramsambil niat di dalam hati.

4. Baca ta‘awudz dan Surat Al-Fatihah.Setelah itu ia membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas dengan jahar(lantang).

5. Rukuk.

6. Itidal.

7. Baca doa qunut di paruh kedua bulanRamadhan.

8. Sujud pertama.

9. Duduk di antara dua sujud.

10. Sujud kedua.

11. Duduk tasyahhud.

11. Salam.

13. Istighfar, zikir, dan dianjurkan membacadoa setelah selesai ibadah shalat Witir.

Dariibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ada individu yang bertanya kepadaRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ibadah shalat malam. Beliaumenjawab,

صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا خَشِيَأَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى

“Ibadah shalat malam itu 2 rakaat salam, 2rakaat salam. Apabila kalian khawatir masuk subuh, hendaknya dia ibadah shalatsatu rakaat sebagai witir dari ibadah shalat malam yang telah dia kerjakan.”(HR. Bukhari 990 dan Muslim 749).

Berdasarkanhadis di atas, shalat witir minimal adalah satu rakaat. Ini merupakanpendapat Syafiiyah dan Hambali. Dalam Ensiklopedi Fikih dinyatakan,

أقلّ صلاة الوتر عند الشّافعيّة والحنابلة ركعةواحدة، قالوا: ويجوز ذلك بلا كراهة، لحديث: صلاة اللّيل مثنى مثنى، فإذا خفت الصّبحفأوتر بواحدة

“Ibadah shalat witir minimal menurutSyafiiyah dan Hambali adalah satu rakaat. Mereka mengatakan, boleh ibadahshalat witir satu rakaat dan tidak makruh. Berdasarkan hadis, ‘Ibadah shalatmalam 2 rakaat – 2 rakaat, apabila kamu khawatir masuk subuh, kerjakan witirsatu rakaat.” (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, 27/293).

Hanya saja Syafiiyah mempersyaratkan, boleh witir satu rakaat, jika sebelumnyadia mengerjakan ibadah shalat sunah antara isya sampai subuh, baik ibadahshalat sunah ba’diyah isya atau ibadah shalat sunah lainnya, seperti tahajud.Sehingga witir satu rakaat ini, bisa menjadi pengganjil bagi ibadah shalat-ibadahshalat sunah sebelumnya. (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, 27/293).

Sementara itu, dalam madzhab hanafiyah dan sebagian hambali, melarang witir saturakaat. Witir satu rakaat diistilahkan dengan Al-Butaira. Dari kata Al-Bitryang artinya terputus. Ada dua perbedaan yang disampaikan ulama tentang makna ibadahshalat Al-Butaira.

Ada yang mengatakan, itu adalah ibadah shalatsatu rakaat. Ada juga yang mengatakan, ibadah shalat yang awalnya diniatkan 2rakaat, namun individu yang melakukannya memutusnya dan hanya mengerjakan saturakaat. (Keterangan Muhammad Fuad Abdul Baqi untuk Sunan Ibn Majah, 1/372).

Madzhabhanafiyah berdalil dengan riwayat dari jalur Utsman bin Muhammad dari AbuSaid bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang Al-Butaira. Namundijelaskan oleh Az-Zailai dalam Nasbur Rayah (2/72), bahwa umumnya hadis darijalur Utsman bin Muhamamd adalah hadis lemah.

Lebih dari itu, Ibnu Umar memiliki kebiasaanwitir satu rakaat. Ketika individu menyebutnya Ibadah shalat Al-butaira, beliaumembantah bahwa ini sunnah.

DariMutahlib bin Abdillah Al-Makhzumi, beliau mengatakan,

كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُوتِرُ بِرَكْعَةٍ، فَجَاءَهُرَجُلٌ فَسَأَلَهُ عَنِ الْوِتْرِ، فَأَمَرَهُ أَنْ يَفْصِلَ، فَقَالَ الرَّجُلُ: إِنِّيأَخْشَى أَنْ يَقُولَ النَّاسُ: إِنَّهَا الْبُتَيْرَاءُ، فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: أَسُنَّةَاللَّهِ وَرَسُولِهِ تُرِيدُ؟ هَذِهِ سُنَّةُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

Ibnu Umar punya kebiasaan witir satu rakaat.Tiba-tiba datang individu dan bertanya tentang witir. Beliau menyuruh individuitu agar witir 1 rakaat dipisah dari ibadah shalat sunah sebelumnya. Individuitu kembali bertanya; ‘Saya takut banyak individu berkomentar: Itu ibadahshalat Al-butaira.’ Ibnu Umar mengatakan: “Bukankah kamu menginginkan witirsesuai ajaran Allah dan rasul-Nya? Itulah witir yang sesuai ajaran Allah danrasul-Nya.” (HR. Ibn Khuzaimah 1074 dan sanadnya dinilai shahih olehAl-Albani).

Nah, jadi boleh melakukan shalat witir 1rakaat, namun jauh lebih baik melakukan minimal 3 rakaat ya.. semogabermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn