Hukum Merayakan Isra Mi’raj – Boleh atau Tidak?

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Isra mi’raj ialah peristiwa perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam yang secara akal tidak mungkin bisa terjadi karena perjalanan yang dilakukan meliputi perjalanan di langit. Namun hal tersebut bisa terjadi karena kuasa dan wujud kekuatan Allah yang meliputi dunia dan akherat. isra mi’raj merupakan peristiwa yang penting dalam islam karena dalam peristiwa ini terdapat perintah untuk melakukan shalat 5 waktu.

Di seluruh dunia, umat muslim melangsungkan perayaan untuk memperingati Isra mi’raj dengan cara yang bervariasi, ada yang dengan menjalankan shalat Tahajud, menghias kota dengan lampu dan lilin, berkumpul di Masjid, dan mendengarkan khutbah. Di Indonesia sendiri juga dilakukan perayaan  sebagai wujud untuk memperingati peristiwa yang  merupakan titik awal ditentukannya kewajiban dasar umat muslim yakni tentang perintah shalat 5 waktu.

Lalu bolehkah hal tersebut dilakukan menurut islam? Hal ini akan penulis bahas secara lengkap dalam kesempatan kali ini yakni mengenai hukum merayakan Isra mi’raj, tentunya sesuai dengan sumber yang syar’i yakni dari Al Qur’an dan hadist. Untuk lebih jelasnya yuk simak penjelasannya dalam artikel berikut.

Hukum Merayakan Isra mi’raj Menurut Para Ulama

Dalam setiap tahun, setiap umat muslim merayakan dengan bahagia sebuah peristwa Isra mi’raj karena menganggap hal itu adalah peristiwa yang berharga, dimana awalnya manusia tidak tahu dan tidak mengerti mengenai kewajiban menjadi memiliki aturan yang jelas, yakni kewajiban shalat 5 waktu. seluruh umat muslim pada jaman terdahulu hingga sekarang merasa bahagia karena telah ada aturan dan  sumber syariat islam yang pasti.

Seorang ulama di kota Madinah An-Nabawiyyah yang bernama Syaikh Sulaiman ar Ruhaili hafizhahullah pernah membahas hukum merayakan Isra mi’raj karena waktu itu beliau oleh salah satu jamaah yakni sebagai berikut, Apakah benar peristiwa Isra dan Mi’raj itu terjadi bulan rajab? bolehkah umat muslim merayakan peristiwa tersebut? Dan menjadikan hari terjadinya sebagai ‘id (perayaan yang dirayakan secara berkala dan terus menerus) di setiap tahunnya? apakah termasuk bahaya bid’ah dalam islam?

Beliau pun menjawab demikian, memang tidak ada keterangan riwayat baik dari Al Qur’an maupun hadist yang menerangkan secara pasti atau menceritakan dengan lengkap bulan terjadinya peristiwa Isra Mi’raj. Begitu pula pada zamannya yakni ketika Rasulullah masih hidup dan berdakwah untuk islam serta menyampaikan peristiwa Isra mi’raj yang dialaminya. Memang tidak ada yang mengetahui peristiwa Isra m’raj tersebut terjadi pada bulan apa atau pada tanggal berapa tepatnya, tidak ada riwayat shahih yang bisa dijadikan pegangan dalam hal ini sebagai keutamaan iman dalam islam.

Namun tidak boleh kita menjadikan hari ke 27 dari bulan Rajab, sebagai hari Isra dan mi’raj. Dan menetapkan bahwa pada hari itulah terjadi peristiwa Isra Mi’raj. Sebab peristiwa tersebut merupakan hak dari Rasulullah yang mengalaminya secara langsung dan beliau hnaya menceritakan tentang peristiwanya yakni tentang dikeluarkannya perintah dari Allah untuk melaksanakan shalat wajib 5 waktu.

 

Hukum Merayakan Isra i’raj dalam Islam

Isra mi’raj boleh dirayakan oleh umat muslim sebab merupakan tanda kebahagaiaan dengan niat untuk mengingatkan bahwa ada shalat 5 waktu yang merupakan kewajiban umat muslim yang harus dilakukan tentu saja dengan syarat tidak dilakukan dengan berlebihan melainkan dengan memperbanyak doa dan memperbanyak shalawat kepada Rasulullah. hal ini sesuai dengan berbagai sumber riwayat berikut.

1. Memberikan Shalawat pada Rasulullah

Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang merupakan manusia terbaik dan teladan terbaik di dunia ini dimana beliaulah yang diberi Allah sebuah anugrah indah untuk mengalami peristiwa agung ini, dan beliau adalah hambaNya yang paling banyak bersyukur kepada Allah apapun keadaan atau situasi yang dihadapi, yang sejak dahulu kala selalu rajin mendirikan shalat sampai pecah-pecahlah telapak kaki beliau, maka diperrbolehan merayakan Isra mi’raj dengan cara bershalawat kepadanya diantaranya membaca dan memahami manfaat shalawat nariyah.

Tidakkah aku menginginkan untuk menjadi hambaNya yang bersyukur?!” bukankah keutamaan bersyukur dalam islam adalah hal yang penting? shalawat memang sudah selayaknya diberikan dan dicurahkan untuk beliau, beliau pada jaman dahulu kala meman tidak pernah merayakan malam Isra mi’raj karena masih dalam maa berdakwah untuk seluruh umat dan masih dalam kesibukan melawan kafir.

Beliau juga tidak memberikan petunjuk khusus mengenai malam tersebut dengan shalat tertentu atau mengkhususkan siangnya dengan puasa tertentu. Sementara jika seorang umat muslim pada masa sekarang yang memang tidak bisa melihat atau belum bisa melihat Rasulullah secara langsung dan hanya ingin memberikan shalawat di Isra mi’raj karena rasa cintanya pada Rasulullah tentu diperolehkan karena merupakan sebuah doa untuk kebaikan Rasulullah dan beliau juga menyukai umatnya yang bershalawat kepadanya.

2. Islam Dibangun dengan Syariat dan Dalil

Islam adalah agama paling benar yang dibangun berdasarka syariat dan dalil yann menjadi pusat ajaranya. Memang tidak ada dalil yang mengkhususkan tentang perayaan Isra mi’raj  telah dilakukan sejak kapan dan juga tidak ada yang dalil yang melarang. Semua yang dilakukan umat musim di seluruh dunia yang meyangkut tentang Isra mi’raj tentu tidak ada keinginan untuk memuat aturan baru atau mengada adakan sesuatu namun hanyalah sebagai upaya untuk mengingat sebuah perstiwa pentig sebab itu boleh dilakukan.

Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR Muslim). jelas dari hadis tersebtu bahwa suatu urusan yan sudah asalnya ialah tidak berdosa jika dilakuan seperti adanya perayaan Isra mi’raj yang peristiwa tersebut memang terjadi.

3. Peristiwa Berkaitan dengan Kekuasaan Allah

Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram kemasjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al Isra’:1).  Jelas dari surat tersebut bahwa Ira mi’raj ialah suatu peristiwa yang benar benar besar yang amat melibatkan kekuasaan Allah di dalamnya. Peristiwa Isra mi’raj menjadi pertanda bahwa Nabi Muhammad benar benar seorang rasulNya.

Sebab itu tidak ada salahnya meryakana sesuuatu yang memang nyata dan telah dikaui serta dipastikan kebenarannya dari Al Qur’an, tentu dengan niat untuk mengingat peristiwa besar dan mendoakan kebaikan untuk Naabi Muhammad beserta seluruh umat islam di dunia, bukan untuk bermeah mewahan atau melakukan sesuatu yang berlebihan.

4. Berniat untuk Kebaikan

 Ibnu Atsir dalam kitabnya “Annihayah fi Gharibil Hadist wal-Atsar” pada bab Bid’ah dan pada pembahasan hadist Umar Radhiyallahu ‘anhu tentang Qiyamullail (sholat malam) Ramadhan “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”, mengatakan bahwa, bid’ah terbagi menjadi dua, bid’ah baik dan bid’ah sesat. Bid’ah yang bertentangan dengan perintah qur’an dan hadist disebut bid’ah sesat, sedangkan bid’ah yang sesuai dengan ketentuan umum ajaran agama dan mewujudkan tujuan dari syariah itu sendiri disebut bid’ah hasanah

Izzuddin bin Abdussalam bahkan membuat kategori bid’ah sebagai berikut, bertujuan baik untuk melestarikan dan meletakkan dasar dasar ilmu agama yang belum ada di jaman Rasuluullah seperti penulisan Al Qur’an, urusan yang bertujuan untuk kebaikan seperti mendirikan madrasah untuk biat mengajarkan agama, melakukan kajian kajian keagaman untuk menambah wawasan, serta membaca Al Qur’an di masjid.

Kebaikan lain yang dicontohkan ialah menghias masjid dengan asma asma Allah yang indah, dan sebagainya. Dari hal tersebut disimpulkan bahwa merayakan Isra mi’raj memang tak ada sejak jaman Rasulullah namun jelas bahwa niat dilakukannya adalah untuk kebaikan sehingga siapapun yang melakukannya jika hanya berniat untuk mengingat sebuah peristiwa penting dan untuk membagikannya ilmu serta maknanya kepada orang orang yang belum mengerti maka hal tersebut diperbolehkan.

5. Memahami Maknanya

Dari segala ayat Al Qur’an dan hadist yang telah disebutkan dapat diambil kesimpulan bahwa merayakan Isra mi’raj boleh dilakukan jika hal tersebut berkaitan dengan niat yang baik, seperti niat untuk memahami dan mendalami kekuasaan Allah, niat untuk mengajarkan maknanya kepada orang orang yang belum mengetahui, serta niat untuk mengakui bahwa Rasulullah memang utusan Allah serta untuk lebih mendekatkan diri padaNya.

Tentu diantara anak muda belum banyak yang mengetahui bagaimana Isra mi’raj itu terjadi dan apa saja pelajaran penting yang bisa didapatkan di baliknya, hal itu dapat menjadi bagian yakni membuat anak anak atau orang yang belum memhami sepenuhnya tentang islam ingin mencari tahu sehingga menyebarkan agaa lebih baik dan lebih luas lagi ke semua orang.

Demikian artikel mengenai hukum merayakan Isra mi’raj, semoga dapat menjadi wawasan islam yang bermanfaat untuk anda. jangan lupa untuk selalu meluangkan waktu menambah wawasan islami dengan membaca artikel di website kami yang membahas semua tentang islam secara lengkap. terima kasih sudah membaca. Salam hangat dari penulis.

fbWhatsappTwitterLinkedIn