Niat menempati posisi penting dalam Islam sebagaimana hukum membaca niat saat shalat. Hal ini bisa dilihat dari hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa sesungguhnya nilai segala amal itu tergantung pada niat yang bersangkutan. Teristimewa ibadah baik wajib maupun sunah. Ibadah mesti diawali dengan niat.
Dari hadits itu yang merupakan dasar hukum islam ulama memasukkan niat di awal rangkaian ibadah sebagai rukun dari ibadah itu sendiri. Tetapi khusus untuk ibadah puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa nadzar, dan puasa qadha, niat harus dikerjakan di malam hari.
Karenanya keabsahan puasa Ramadhan dan jenis pahala yang tidak disadari kita bergantung niat di malam hari. Setidaknya demikian menurut madzhab Syafi’i. Demikian diterangkan oleh Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna’-nya sebagai berikut.
ويشترط لفرض الصوم من رمضانأو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لميبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر.
Artinya, “Disyaratkan memasang niat di malam hari sesuai sumber syariat islam bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadits Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits,” (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, Darul Fikr, Beirut, 2007 M/1428 H, Juz II).
Lalu bagaimana dengan orang yang lupa niat puasa Ramadhan di malam hari. Apakah sah puasanya bila ia memasang niat di siang hari dan tetap mendapat pahala puasa ramadhan selama 30 hari? Perihal niat puasa wajib di siang hari para ulama berbeda pendapat. Menurut Madzhab Syafi’i, puasa wajib dengan niat di siang hari tidak sah. Semenentara bagi kalangan Madzhab Hanafi, puasa baik wajib maupun sunah dengan memasang niat di siang hari tetap sah, hanya saja puasanya kurang sempurna. Karena puasa baik wajib maupun sunah akan menjadi sempurna kalau diniatkan di malam hari sebagaimana keterangan hadits Rasulullah SAW.
Perbedaan pandangan ulamaini didokumentasikan oleh Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqnasebagai berikut.
قوله: فلا صيام له أي صحيح لاكامل خلافا للحنفية، فإن نفي الصحة أقرب إلى نفي الحقيقة من نفي الكمال. وقوله خلافاللحنفية فإنهم يجوزون النية في النهار في الفرض والنفل.
Artinya, “Redaksi ‘maka tiada puasa baginya’, maksudnya tidak sah, bukan tidaksempurna. Pandangan Syafi’iyah ini berbeda dengan pandangan Hanafiyah. Karenamenurut Syafi’iyah, menganulir keabsahan itu lebih dekat dipahami denganmenganulir puasa itu sendiri, dibandingkan hanya menganulir kesempurnaan puasa.
Sementara ‘PandanganSyafi’iyah ini berbeda dengan pandangan Hanafiyah’ karena Hanafiyah membolehkanniat di siang hari baik puasa wajib maupun puasa sunah,” (Lihat Syekh SulaimanAl-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, Darul Fikr, Beirut, 2007 M/1428 H, JuzII).
Sebagai wujud ihtiyath(kehati-hatian), orang yang lupa memasang niat puasa di malam hari ada baiknyamemasang niat seketika ia ingat di siang hari dan tetap meneruskan puasanya.Insya Allah puasanya sah.
Hanya saja saran kami, adabaiknya kita mengantisipasi lupa niat puasa Ramadhan di malam hari denganmisalnya shalat tarawih berjamaah. Karena sebelum bubaran sembahyang tarawih,imam lazimnya di Indonesia memimpin jamaah masjid dan mushalla melafalkan niatuntuk puasa esok harinya.
Jika ada yang berniatpuasa setelah masuk waktu Shalat Shubuh (waktu fajar) -misal sudah jam 8 pagi-,apakah dibolehkan?
Dalam hadits disebutkan,
مَنْلَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa yang tidakberniat sebelum fajar (Shubuh), maka puasanya tidak sah.” (HR. Abu Daud no.2454, Tirmidzi no. 730, dan An Nasa’i no. 2333. Syaikh Al Albani mengatakanbahwa hadits ini shahih)
Adapun hadits ‘Aisyah dimana ia berkata, “Pada suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammenemuiku dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?” Kami menjawab, “Tidakada.” Beliau berkata, “Kalau begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliaudatang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, “Wahai Rasulullah, kita telahdiberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kurma, samin dan keju).”Maka beliau pun berkata, “Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi akuberpuasa.” (HR. Muslim no. 1154)
Imam Nawawi rahimahullahmengatakan, “Dalil di atas adalah dalil bagi mayoritas ulama bahwa bolehberniat di siang hari sebelum waktu zawal (matahari bergeser ke barat)pada puasa sunnah.”(Syarh Shahih Muslim, 8: 33)
Al Lajnah Ad Daimah,Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia ditanya, “Apa hukum berniat puasa di pagihari setelah terbit fajar shubuh dan sebelumnya belum mencicipi makan dan minumsama sekali?”
Jawab para ulama Lajnah,“Jika puasanya adalah puasa sunnah, maka sah-sah saja berniat di siang hari.Sedangkan untuk puasa wajib tidaklah sah. Niat untuk puasa wajib haruslahdilakukan sebelum terbit fajar shubuh (di malam hari). Karena Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada puasa bagi yang tidak berniat di malamhari (sebelum fajar shubuh, -pen)”.
Hanya Allah yang memberitaufik. Semoga shalawat dan salam tercurah pada Nabi kita Muhammad, keluargadan sahabatnya.” (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah no. 17468, juz 9, hal. 150)
Seringkali karenaaktivitas yang begitu padat di siang harinya, ditambah lagi aktivitas ibadahtaraweh dan kembali melanjutkan segala pekerjaan di malam harinya, terkadangmembuat kita kesiangan untuk bangun sahur.
Atau bahkan yang lebihkebablasan lagi, sampai kesiangan bangun untuk sholat subuh.Nah, apakah denganbangun kesiangan, membuat puasa kita pun tidak sah alias batal? Kita lihatdulu, apakah dia telah berniat puasa sebelumnya ataukah belum berniat puasa?Adapunhadist yang membahas mengenai niat puasa ini sebagai berikut:
Rasulullaah bersabda:
”Barangsiapa yangbelum niat sebelum fajar maka puasanya tidak sah“. (H.R. Tirmidzi No.662, Abu Daud No 2908, Nasa’i No. 2291 s.d 2296)
Nashiruddin Al-Albanimenyatakan hadits ini shahih. Rasulullah s,a,w, bersabda:
“Tidak ada puasabagi yang tidak berniat di waktu malam. ” (H.R. Ibnu Majah No. 1690 danDaruqutni)
Lain halnya dengan puasapada hari Assyura yang diperintahkan Rasulullaah untuk berpuasa, mendadakdiserukan di siang harinya. Sehingga bagi yang belum berencana untuk puasa atausudah makan pun diperbolehkan untuk berpuasa.
Diceritakan kepada Abu‘Ashim dari Yazid bin Abu ‘Ubaid dari Salamah bin Al Akwa’ radiyallaahu ‘anhu,bahwa Rasulullaah mengutus seseorang agar menyeru manusia pada (waktu sahur)hari ‘Asyura’, bila ada seseorang yang sudah makan maka hendaklah ia meneruskanmakannya atau hendaklah shaum dan barangsiapa yang belum makan, maka hendaklahia tidak makan (maksudnya meneruskan berpuasa) “. (H.R. Bukhari No. 1790)
Pendapat Beberapa Imam
1. Pendapat Imam Hanafi
Orang yang lupa berniat dimalam sebelumnya kemudian kesiangan bangun, lalu langsung berpuasa Ramadhan.Dia tidak juga sempat makan sahur. Maka puasanya tetap sah dan tidakperlu dibayar di luar Ramadhan.
Ketentuan ini berlakuuntuk puasa ramadhan dan puasa sunnah. Beda halnya untuk puasa yang sifatnya hutang.Haruslah berniat pada malam harinya.
2. Pendapat Imam Malik
Boleh niat puasa Ramadhansetelah terbit fajar yaitu jika benar-benar tidak sengaja untuk bangunkesiangan.
Sama seperti MazhabHanafi, Mazhab Maliki pun memberlakukan ketentuan ini untuk puasaRamadhan, maupun puasa sunnah. Bahkan diperbolehkan untuk berniat puasaRamadhan untuk sebulan penuh.
3. Pendapat ImamSyafi’i
Harus tabyīt niat (niat dimalam hari), sehingga bila lupa niat di malam hari harus imsāk (tidak makan danminum dan sebagainya) di siang harinya, selain juga berkewajiban mengqodlopuasanya. Catatan: Menurut Imam Hanafi sebagaimana di atas sebelumnya, niat disiang hari (qabla al-zawāl) tidak apa-apa (sah puasanya).
Karena itu, para ulamaSyafi’iyah menganjurkan golongan Syafii ikut pada mazhab Hanafi ini agar(sekalipun tidak niat di malam hari) puasanya tetap sah dan tidak berkewajibanqodlo.Bahkan, lebih dianjurkan lagi golongan Syafi’i mengikuti mazhab Malikiyang meperbolehkan niat puasa 1 bulan penuh, dengan cara niat di malam haritanggal 1 bulan Romadlon.
Pendapat MayoritasUlama
Menurut pendapat paraulama mayoritas, untuk lebih amannya lagi. Sebaiknya kita berniat puasa setelahMaghrib untuk berpuasa di esok harinya. Dengan begini, kita tetap bisa melanjutkanuntuk puasa Ramadhan meskipun bangun kesiangan dan tidak sempat makan sahur.
Adapun lafadz niat puasaRamadhan, bisa diucapkan dengan lisan. Atau juga bisa diniatkan di dalam hatisaja. Meskipun tidak harus sesuai dengan niat lengkap untuk sahur. Karena dalamhatii pun sudah merupakan niat dan dihitung oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Namun, sekali lagiditekankan dan disarankan bahwa dalam sahur itu ada keberkahan tersendiri.
Sehingga, kita haruspandai-pandai membagi waktu ibadah, waktu belajar, waktu kerja, dan waktuistirahat kita sesuai porsi masing-masing. Dan meniatkan untuk bangun lebihawal, berniat puasa Ramadhan dan bangun sahur. Karena bila kita telah terbiasadengan waktu yang disiplin. Maka insya Allah segalanya akan berjalan dengan lancar.
Semoga kita bisamelaksanakan ibadah-ibadah di bulan ramadhan ini dengan lebih khusyu’ danteratur.