Untuk menjadi seorang muslim yang sejati, tidak selalu harus bermula sejak saat lahir atau karena keturunan. Ada banyak orang-orang yang dalam hidupnya bermula dengan suatu keyakinan dan berubah menjadi keyakinan terhadap islam. Ialah yang disebut dengan seorang mualaf yaitu sebutan bagi orang-orang non muslim yang (baru) masuk agama islam, meyakini rukun iman, rukun islam, dan baru memahami fungsi agama islam.
Ada banyak kisah mualaf yang masuk agama islam dan mendapatkan berbagai tantangan atau cobaan untuk tetap teguh pada keimanan islam. Meninggalkan agama sebelumnya tentu menjadi tantangan dan dinamika sendiri karena tidak mudah untuk mengubah hidup, pandangan, perasaan, dan tentunya tanggapan publik terhadap mereka namun merupakan pengalaman untuk cara meningkatkan akhlak islam bagi mereka tersendiri.
Kisah Prof. Maurice Bucaille
Profesor Maurice Bucaille adalah seorang ilmuwan sains yang masuk agama islam lewat berbagai penelitian di bidang keilmuannya. Ia secara intens mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan berbagai doktrin agama, khsusnya agama islam dan nasrani.
Di masa itu, Bucaille meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun yang ia kerahkan seluruh kemampuannya untuk menguak misteri di balik penyebab kematian sang raja Mesir kuno tersebut.
Dari hasil yang ada ia memperoleh fakta-fakta yang mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh Firaun adalah bukti bahwa ia mati karena tenggelam. Jasadnya dikeluarkan dari laut lalu di beri pengawet mayat agar awet.
Ia pun membandingkan ayat mengenai meninggalnya firaun antara ayat dari Al-Quran dan ayat dari Injil. Sampai pada akhirnya di suatu kesempatan dibacakan sebuah ayat oleh seorang muslim yang terlibat dalam diskusi bersama Maurice Bucaille. Dibacakan surat Yunus ayat 92 “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”.
Ayat tersebut membuka pikiran dari Profesor dan mengatakan bahwa ayat tersebut sangat masuk akal juga mendorong untuk kemajuan sains. Saat menerima ayat tersebut, ia pun akhirnya menyatakan syahadat dan masuk islam. Ia menyatakan dirinya beriman dengan apa yang disampaikan di Al-Quran.
Sejak memeluk islam, ia menghabiskan waktunya untuk mengkaji secara ilmiah penemuan-penemuan baru dengan apa yang ada di dalam Al-Quran. Sambil terus mencari adakah yang bertentangan dan cara menjawabnya dalam ranah ilmiah yang mampu dipertanggungjawabkan. Salah satu contohnya adalah mengenai manusia. Mulai dari tujuan penciptaan manusia, hakikat penciptaan manusia, konsep manusia dalam islam, proses penciptaan manusia melalui biologi dan islam, dan mencari tujuan hidup dalam islam.
Kisah Prof. Dr Jeffrey Lang
Prof Dr Jeffrey Lang adalah seorang doktor di bidang matematika yang mengajar di sebuah universitas terkemuka di Kansas, Amerika Serikat. Ia bekerja sebagai seorang dosen dan peneliti di universitas tersebut.
Professor lang pada mulanya adalah seorang kristen yang kemudian berubah menjadi seorang atheis. Pertanyaan kritisnya adalah jika tuhan ada dan memiliki belas kasih, mengapa ada begitu banyak penderitaan di muka bumi dan kenapa semuanya tidak di masukkan ke dalam surga saja.
Selama bertahun-tahun pertanyaan tersebut terus menghantui dan mengikuti Professor Lang. Sampai suatu ketika dia bertemu dengan Mahasiswa Muslim yang berasal dari Arab Saudi bernama Mahmoud Qandeel. Ia sering berdiksusi dan menurut Lang ia bisa menangkap kelogisan mengenai ajaran islam dari penjelasan Mahmoud Qandeel.
Dengan beberapa mahasiswa muslim lain, Proffesor Lang pun sering melakukan diskusi-diskusi yang menggugah. Sampai akhirnya ia merasa terkejut dan benar-benar merasa masuk akal penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa muslim tersebut.
Sejak saat itulah Profesor Lang masuk islam dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Ia menjadi seorang mualaf pada awal tahun 1980 dengan kepuasan batin yang didapatkannya karena telah menemukan jawaban-jawaban misteri hidupnya slama ini.
Lang mengaku sangat terinspirasi lewat ilmu matermatika yang menurutnya logis dan berisi fakta riil yang ia dapatkan setelah menjadi mualaf. Ia pun mendapatkan bahwa islam adalah ajaran yang mampu menjawab fakta secara kongkrit, sehingga rasional dan masuk akal.
Hikmah dari Para Muallaf
Dari Kisah para muallaf tersebut, kita bisa mendapatkan hikmah yang luar biasa mendalam tentang bagaimana proses keimanan muncul. Keimanan tentunya bukan hanya soal kepercayaan melainkan bagaimana ditemukan, dibentuk, dipertahankan, dijalankan, dan dikembangkan sebagai dasar kehidupan.
Muallaf-muallaf tersebut memberikan kita inspirasi mengenai teguhnya diri untuk menggali kebenaran. Berikut hikmah yang bisa kita dapatkan :
- Beriman bukan hanya Soal Mengikuti Keturunan
Beriman dalam islam bukan soal mengikuti keturunan. Kita bisa mengetahui bahwa orang-orang yang awalnya non muslim ketika melakukan pencarian kebenaran akan bisa memiliki keyakinan terhadap muslim walaupun bukan muslim sebagai agamanya.
Begitupun seorang islam yang dari kecilnya diasuh dan dididik islam bisa saja juga tidak lagi menganut islam ketika ia tidak berusaha mencari kebenaran akan agamanya. Untuk itu keimanan islam tidak dapat diwariskan dan tidak dapat diberikan kepada orang lain. Ia begitu personal menyangkut kepercayaan dan keyakinan masing-masing.
Di zaman seperti ini ada banyak teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang. Walaupun ia lahir dari keluarga non muslim sekalipun jika mencari kebenaran yang hakiki tentu akan ditemukan dan akan mendapatkan hidayah Allah lewat petunjuk-petunjuk yang bersebaran di muka bumi.
Dalam pendidikan islam, tujuan pendidikan biasanya juga sudah mengenalkan agama sejak kecil. Walaupun ada anak yang tidak lahir dalam kondisi beriman, dalam hakikat pendidikan islam dan ilmu pendidikan islam, biasanya mengenalkan hal tersebut pada mereka.
- Beriman karena Pertanggungjawaban yang Ilmiah dan Rasional
Para mualaf yang dikisahkan di atas bukanlah asal mencari kebenaran. Beragam illmu pengetahuan, dialegtika berpikir, melakukan debat antar pemikiran, menguji hasil kesimpulan bertahun-tahun dilakukan. Untuk itu, keimanan yang kuat akan berasal dari proses pemikiran yang teruji, ilmiah, rasional dan mampu dipertanggungjawabkan.
Keimanan bukan soal hanya sekedar hidayah yang diberikan Allah secara tiba-tiba, namun prosesnya juga panjang dan berliku. Allah tidak akan memberikan hidayah pada mereka yang juga tidak berusaha untuk menjemput hidayah tersebut.
Hal ini sebagaimana Allah perintahkan untuk mengikuti dan mencari ilmu pengetahuan, bukan hawa nafsu atau sekedar keinginan yang dibisikkan oleh syetan.
“Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun” (QS Ar-rum : 29)
- Kebenaran hanya akan ditemukan oleh Orang-Orang yang Berusaha Mencarinya
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS Ar-rad : 11)
Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum kaum tersebut merubah dirinya sendiri. Untuk itu, Allah memberikan informasi yang menunjukkan bahwa kita harus berusaha mencari kebenaran. Karena hidayah Allah tidaklah datang dengan sendirinya saja, melainkan melalui tekad dan keyakinan besar yang ada dalam diri manusia tersebut.
Muallaf-muallaf yang ada dalam kisah diatas menunjukkan bahwa kegigihan mencari kebenaran islam lah yang membuat mereka akhirnya bertemu dengan islam. Dari proses yang penuh kesabaran dan keobjektifitasan melihat masalah lah akhirnya membuat Proffesor-proffesor yang disebukan tadi menguatkan keimanannya pada Islam. Kisah tersebut bisa menambah inspirasi kita selain dari kisah teladan Nabi Muhammad, Rasullullah SAW.
Muallaf-muallaf tersebut, walaupun keberimanannya belum dari saat ia lahir, ia terlah menambah kisah sejarah islam dunia dalam catatan sejarah agama islam.