Sebagai seorang wanita, mahar merupakan salah satu hak yang wajib diminta ketika akan menikah. Namun seiring perkembangan jaman, wanita saat ini justru banyak yang meminta mahar dengan jumlah yang tidak sedikit. Bahkan beberapa diantaranya gagal menikah hanya karena mahar yang tidak sesuai.
Namun tahukah Anda siapa wanita yang maharnya paling mulia? Ia adalah Ummu Sulaim. Ummu Sulaim adalah wanita dengan mahar paling mulia, yakni Islam. Mari simak kisah Ummu Sulaim yang menerima mahar keislaman Abu thalhah berikut ini.
Dari Anas yang diriwayatkan oleh Tsabit bahwa Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
“Aku belum pernah mendengar seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam.”
(Sunan Nasa’i VI/114)
Baca juga :
- Kisah perdebatan antara Nabi Adam dan Nabi Musa
- Kisah Hidup putra Rasulullah
- Hewan yang diberi jaminan masuk surga
- Kisah perjalanan Salman Al-Farisi memeluk Islam
- Sejarah cinta di balik Taj Mahal
Wanita dengan Mahar Paling Mulia
Seorang wanita yang bernama lengkap Ruimasha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Hiram bin Jundab bin ‘Amir bin Ghanam bin ‘Adie bin an-Najaar al-Anshariyah al-Khazrajiyah dan akrab dipanggil Ummu Sulaim ini adalah seorang wanita yang sangat kuat keimanannya. Ia adalah ibu dari Anas bin Maalik, sahabat Nabi yang sangat dikenal dengan ilmunya.
Ia termasuk ke dalam golongan orang pertama yang memeluk Islam. Ia dikenal sebagai seorang wanita yang cerdas dan mempunyai keimanan yang sangat kuat. Hal ini telah terbukti dari kegigihannya dalam mempertahankan keIslamannya.
Ummu Sulaim masuk Islam dengan penuh keiklasan, sedangkan suaminya Maalik justru tidak mau memeluk Islam dan murka padanya. Malik berkata,
“Apakah engkau telah musyrik?” Ummu Sulaim menjawab dengan penuh keyakinan dan keteguhan, “Aku tidak musyrik tetapi aku telah beriman”.
Ummu Sulaim kemudian mengajarkan anaknya, Anas bin Maalik untuk mengucapkan dua kalimat syahadat,
“Katakanlah Laa Ilaaha Illallah, dan katakanlah Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”
Lalu Anas melakukannya. Melihat keadaan itu, Malik berkata kepada Ummu Sulaim,
“Janganlah merusak anakku”.
Baca juga :
- Kisah pengangkatan Umar Bin Abdul Aziz Jadi Khalifah
- Kisah Ummul Mukminin Juwairiyah Binti Al-Harits
- Kisah Khalifah Muslim yang Membawa Perubahan Islam
- Kisah Mualaf
- Kisah Teladan Nabi Muhammad
Ummu Sulaim berkata,
“Sesungguhnya aku tidak merusaknya akan tetapi aku mengajari dan membimbingnya.”
Suatu ketika, Maalik pergi menuju Syam. Di dalam perjalanannya ia bertemu dengan musuhnya. dan mati terbunuh. Mendengar kematian suaminya, ia berkata,
“Aku tidak akan memberi Anas makanan sampai ia meninggalkan musim susuku (ASI).”
Ia kemudian berkata lagi,
“Aku tidak akan menikah sampai Anas dewasa.’‘
Kebaikan Ummu Sulaim diungkapkan Anas bin Maalik pada sebuah majelis,
“Semoga Allah membalas jasa baik ibuku yang telah berbuat baik padaku dan telah menjagaku dengan baik.”
Namun ketika suami Ummu Sulaim meninggal, kabar duka cita ini justru membuat Zaid bin Sahal an-Najjari yang berkun-yah (laqab/panggilan) Abu Talhah begitu gembira. Ia memang sudah lama menyukai Ummu Sulaim. Bagaimana tidak, ia yang dikenal sebagai seorang hartawan dan terpandang merasa sangat cocok dengan Ummu Sulaim yang cantik, cerdas, dan berakhlak luhur.
Maka datanglah ia untuk melamar Ummu Sulaim dengan mahar yang luar biasa banyaknya. Namun ternyata semua mahar tersebut ditolak oleh Ummu Sulaim. Di dalam sebuah riwayat yang sanadnya shahih dan memiliki banyak jalan, terdapat pernyataan beliau bahwa ketika itu beliau berkata,
“Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu.”
(HR. An-Nasa’i VI/114, Al Ishabah VIII/243 dan Al-Hilyah II/59 dan 60)
Baca juga :
- Kisah singa Rasulullah, Hamzah bin Abu Thalib
- Hikmah Kisah cinta Fatimah Az Zahra
- Alasan kenapa umat Islam wajib berdakwah
- Alasan umat Islam hijrah ke Madinah
- Sejarah kota Mekkah dalam Islam
Ummu Sulaim berkata,
“Bukankah kamu mengetahui wahai Abu Talhah bahwa Tuhan yang kau sembah selain Allah hanyalah sebilah kayu yang tumbuh dari bumi?”.
Abu Talhah menjawab,
“Benar”. “Tidakkah kau merasa malu ketika kamu menyembah sebila kayu, lantas kamu menjadikannya sebagai Tuhan, sedangkan orang-orang menjadikannya kayu bakar yang dengannya menyalakan api untuk memasak roti. Sesungguhny jika kamu masuk Islam wahai Abu Talhah, maka aku akan menerimamu sebagai suamiku dan aku tidak berharap mahar selain keislamanmu” ucap Ummu Sulaim.
Abu Talhah pun menjawab,
“Siapakah yang hendak akan membimbingku kepada Islam?”. “Aku bisa membantumu” ucap Ummu Sulaim. Lanjut Talhah, “Bagaimana?” Ummu Sulaim berkata, “ucapkanlah kalimatul haq, bersaksilah bahwa tidak ada illah (Tuhan) yang berhak untuk disembah selain Allah, kemudian pulanglah dan hancurkan semua berhalamu”.
Dengan raut yang berseri-seri Abu Talhah menyatakan kesaksiannya,
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Illah (Tuhan) yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah”.
Akhirnya Ummu Sulaim pun menerima Abu Talhah dan menikahinya. Sejak saat itulah, Abu Talhah ikut berjuang di bawah panji Islam dan menjadi salah satu pejuang Islam yang sangat gigih.
Baca juga:
- Fadhilah Sholawat
- Fadhilah Bismillah
- Amalan penghapus Dosa Zina
- Penyebab Doa Tidak Dikabulkan Allah SWT
- Manfaat Shalawat Nariyah
Kisah Ummu Sulaim ini mengingatkan kita pada sabda Rasul,
“Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya.”
(HR. Ahmad) dan “Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Abu Dawud)
Demikianlah kisah Ummu Sulaim yang menerima mahar keislaman Abu thalhah. Semoga kita juga bisa menjadi sosok wanita yang memudahkan mahar dan mengutamakan keimanan dibandingkan fitnah harta duniawi.