cara shalat Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/cara-shalat Sun, 03 Feb 2019 05:51:59 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png cara shalat Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/cara-shalat 32 32 Hukum Shalat Sambil Membaca Quran https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-shalat-sambil-membaca-quran Sun, 03 Feb 2019 05:51:57 +0000 https://dalamislam.com/?p=5291 Mungkin sebagian kita pernah tahu, atau melihat langsung orang yang melaksanakan shalat sambil membuka mushaf. Terutama pada malam malam bulan ramadhan saat melaksanakan keutamaan shalat tarawih yang luar biasa. Para pengurus masjid di beberapa daerah mulai menertibkan bacaan imam. Setiap kali memimpin shalat tarawih, sang imam diharapkan bisa menyelesaikan satu juz dari  kitab Al Qur’an, […]

The post Hukum Shalat Sambil Membaca Quran appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Mungkin sebagian kita pernah tahu, atau melihat langsung orang yang melaksanakan shalat sambil membuka mushaf. Terutama pada malam malam bulan ramadhan saat melaksanakan keutamaan shalat tarawih yang luar biasa. Para pengurus masjid di beberapa daerah mulai menertibkan bacaan imam.

Setiap kali memimpin shalat tarawih, sang imam diharapkan bisa menyelesaikan satu juz dari  kitab Al Qur’an, sehingga ketika sampai di penghujung keutamaan ramadhan 10 hari terakhir, jamaah shalat terawih tersebut bisa mengkhatamkan  kitab Al Qur’an dengan sempurna di dalam shalat.

Iya, membaca  kitab Al Qur’an dalam shalat itu memang keutamaannya lebih besar dibandingkan di luar shalat, tapi bagaimana jika ayat ayat suci itu dibaca sambil membuka mushaf  kitab Al Qur’an, apakah shalatnya sah atau tidak? apakah mempengaruhi shalat yang merupakan pahala yang paling besar dalam islam? berikut selengkapnya mengenai Hukum Shalat Sambil Membaca Quran.

  • Pertama, sah dan tidak dimakruhkan

Ini pandangan Syafi’iyah dan mayoritas mazhab Hambali. (Lihat: Al Wajiz: 1/49, Al Majmu’: 4/95, Al Furu’: 1/478 479,  Al Inshaf: 2/109, Muntaha Al Iradat: 1/86) Dalil (dasar islam)nya, Abu Hurairah meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, “Aisyah  bermakmum  kepada  budaknya, Dzakwan yang melihat mushaf.” (Shahih Bukhari, Kitabu Al Adzan, Bab Imamatil ‘Abdi wa Al Maula: 1/170)

Sebuah hadits yang menceritakan kisah keutamaan Aisyah istri Rasulullah SAW yang bermakmum kepada Dzakwan  yang  melihat  mushaf  dalam  shalat  Tarawih  ini  menjadi penunjuk  diperbolehkannya  shalat  dengan  melihat  mushaf.  Jika dalam  shalat  sunah  diperbolehkan  maka  dalam  shalat  fardhu  juga diperbolehkan, kecuali kalau ada dalil (dasar islam) yang membedakannya.

  • Kedua, merusak  shalat.

Ini  pandangan  Abu  Hanifah,  sebagian Hanabilah  dan  Ibnu  Hazm. (Al Mabsuth:1/201, Fatawa Qadhi Khan:1/133, Al Hidayah: 1/62,dan Al Furu’:1/479) Dalil (dasar islam)nya, Abdullah bin Abi Aufa meriwayatkan, “Ada seseorang yang  mendatangi Rasulullah sebagai hukum beradab dengan Rasulullah dan berkata,

‘Sesungguhnya aku tidak mampu membaca  kitab Al Qur’an sedikit pun maka ajarkanlah bacaan yang mencukupi  kepadaku’. Beliau bersabda, ‘Katakanlah, Subhanallah, Al Hamdulillah, La ilaha illallah, Allahu Akbar dan La Haula wa La Quwwata illa billah’.” (Sunan Abu Dawud, Kitabus Shalat, , sebuah hadits ke 832: 1/220 dan beliau tidak mengomentarinya)

Sebuah hadits ini mengandung makna bahwa Nabi memerintahkan kepada orang  yang tidak hafal  kitab Al Qur’an sedikit pun untuk menggantinya dengan  zikir  dan tidak memerintahkan untuk melihat mushaf. Ini menunjukkan bahwa melihat mushaf itu tidak sah dan merusak shalat. Karena kalau hal itu diperbolehkan dan tidak merusak shalat, Rasulullah pasti memerintahkannya sebelum memerintahkan untuk berzikir.

  • Ketiga, makruh tapi tidak merusak shalat

Ini pandangan Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan, dua shahabat Abu Hanifah. Alasannya, melihat  mushaf  ketika  shalat  menyerupai  ahlul  kitab, sedangkan pembuat  syariat  (Allah  Ta’ala)  melarang  kita  untuk  menyerupai mereka. (Lihat: Al Mabsuth:1/201, Al Hidayah: 1/62, dan Al Ikhtiyar:1/62)

  • Keempat, makruh dalam shalat fardhu, tidak dalam shalat sunah

Kecuali  bagi yang sudah hafal  kitab Al Qur’an, ia tetap dimakruhkan membaca dengan melihat mushaf, baik dalam shalat fardhu maupun shalat sunah. Ini pandangan mazhab Maliki. (Lihat: Al Dalil (dasar islam) pandangan ini sama dengan dalil (dasar islam) pandangan pertama, yaitu sebuah hadits Aisyah yang bermakmum kepada Dzakwan. Hanya, pandangan ini menyatakan bahwa itu hanya berlaku untuk shalat sunah, tidak untuk shalat fardhu.

  • Kelima, membatalkan  shalat  fardhu,  bukan  shalat  sunah.

Ini pandangan lain dari Imam Ahmad. (Al Furu’: 1/479, Al Inshaf: 2/109) Pandangan yang kuat adalah pandangan pertama yang menyatakan bahwa membaca  kitab Al Qur’an dengan melihat mushaf dalam shalat bagi orang yang tidak hafal  kitab Al Qur’an (hafizh) dan  tidak  hafal  Al Fatihah  adalah  wajib karena  Al Fatihah merupakan salah satu rukun shalat.

Adapun bagi orang yang tidak hafal  kitab Al Qur’an, tapi masih mampu menghafal Al Fatihah maka hukum membaca dengan melihat mushaf dalam shalat adalah boleh berdasarkan  dalil (dasar islam) pandangan pertama. Pandangan inilah yang dipilih oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

dalam kitab ta’liqnya terhadap kitab Fathu Al Bari: 2/185. Namun begitu, beliau tetap memakruhkan bagi orang yang sudah hafal  kitab Al Qur’an untuk melihat  mushaf, karena hal itu menyelisihi sunah, yaitu membiarkan tangannya tetap berada di atas dada serta melihat tempat sujud.

Hubungan dengan Inti Shalat

Ruh dan inti dari shalat adalah hadir dan khusuknya hati ketika mengerjakan shalat. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menghilangkan sebab sebab yang dapat mengganggu kekhusukan shalat. Misalnya, jika perut sangat lapar dan makanan sudah dihidangkan, maka hendaknya makan terlebih dahulu sampai kenyang sebelum shalat. Demikian pula, hendaknya buang air besar atau kecil terlebih dahulu sebelum shalat jika membutuhkannya.

Termasuk di antara hal yang menyibukkan hati dan pikiran ketika shalat adalah shalat sambil memegang dan membaca mushaf  kitab Al Qur’an. Misalnya, dia shalat di belakang imam sambil membaca mushaf  kitab Al Qur’an untuk mengikuti bacaan sang imam. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala menjelaskan bahwa perbuatan semacam ini akan menimbulkan berbagai hal yang dilarang, yaitu:

  • Pertama, dia melakukan banyak gerakan yang sebetulnya tidak dibutuhkan

Yaitu, mengeluarkan mushaf (misalnya dari saku baju), membuka lembaran lembaran mushaf, dan menutup mushaf. Terkadang bisa jadi mushaf tersebut tulisannya kecil kecil sehingga butuh usaha ekstra untuk membacanya. Ini semua adalah gerakan (di luar kebutuhan shalat) yang banyak dan pada asalnya tidak diperlukan.

  • Kedua, perbuatan ini akan menyibukkan diri dari sunnah yang hendaknya dikerjakan

Yaitu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri pada dada. Meletakkan tangan seperti ini adalah di antara hal yang disyariatkan dalam shalat. Jika dia menyibukkan diri dengan membaca mushaf, maka dia terhalang dari melaksanakan sunnah meletakkan tangan pada dada.

  • Ketiga, dia menyibukkan penglihatannya untuk bergerak berpindah

Dari bagian atas mushaf ke bagian bawah, dari awal halaman mushaf ke halaman berikutnya. Hal ini juga bisa dinilai sebagai gerakan (yaitu gerakan mata), sebagaimana gerakan tangan, kaki, dan sebagainya. Oleh karena itu, tanpa ragu lagi, dia menyibukkan diri dengan gerakan mata untuk mengikuti (membaca) kalimat kalimat yang ada di mushaf.

  • Keempat, orang ini seakan akan memisahkan diri dari shalat jamaah

Untuk menilai apakah bacaan sang imam itu betul atau salah. Hatinya pun seakan akan semakin menjauh dari khusyuk.

Akan tetapi, seandainya hal ini memang betul betul dibutuhkan, misalnya ketika sang imam kurang bagus hapalannya, dan imam tersebut meminta kepada sebagian makmum untuk berdiri di belakangnya dan membaca mushaf untuk mengoreksi jika ada bacaan yang salah, maka hal ini diperbolehkan karena memang ada kebutuhan.

Jika Melakukan dalam Shalat Jamaah

Tidak mengapa seorang imam membaca dengan melihat mushaf pada saat tarawih, agar para makmum kedapatan pernah mendengar seluruh (ayat)  kitab Al Qur’an. Dalil (dasar islam) dalil (dasar islam) syar’i dari Al Kitab dan As Sunnah telah menunjukkan disyariatkannya membaca  kitab Al Qur’an ketika shalat, hal ini berlaku umum baik membaca dengan melihat mushaf ataupun dengan hafalan.

Telah disebutkan pula dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwa beliau memerintahkan budaknya Dzakwan untuk mengimaminya ketika shalat tarawih, ketika itu Dzakwan membaca dengan melihar mushaf. Riwayat ini disebutkan oleh Al Bukhari rahimahullah di dalam shahihnya secara mu’allaq dan beliau memastikan

[Disalin dari kitab Al Fatawa Juz Awwal, Edisi Indonesia Fatawa bin Baaz, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Penerjemah Abu Umar Abdillaj, Penerbit At Tibyan Solo]

Hukum Berdasarkan Tujuannya

Membawa mushaf dengan tujuan ini, menyelisihi sunnah berdasar beberapa hal yaitu :

  • Pertama

Hal ini menjadikan seseorang tidak meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya.

  • Kedua

Menjadikan seseorang harus banyak bergerak seperti membuka mushaf, menutupnya, meletakannya di ketiak atau di saku dan sebagainya.

  • Ketiga

Menyibukkan orang tadi dengan gerakan gerakan tersebut dalam shalat.

  • Keempat

Menghilangkan kesempatan untuk melihat ke arah tempat sujud, padahal sebagian besar ulama memandang bahwa melihat ke tempat sujud termasuk sunnah dan keutamaan.

  • Kelima

Orang ini mungkin tidak merasakan bahwa ia sedang shalat bila hatinya sedang tidak konsentrasi. Berbeda jika ia shalat dengan khudhu’ dan tawadhu’ dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, dengan kepala menunduk melihat tempat sujud. Hal ini lebih dekat kepada hadirnya perasaan bahwa ia sedang shalat di belakang imam.

[Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah Dan Ibadah, Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, terbitan Pustaka Arafah]

The post Hukum Shalat Sambil Membaca Quran appeared first on DalamIslam.com.

]]>
12 Cara Agar Tidak Lupa Rakaat Shalat https://dalamislam.com/shalat/cara-agar-tidak-lupa-rakaat-shalat Thu, 22 Nov 2018 03:26:07 +0000 https://dalamislam.com/?p=4666 Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh setiap umat Islam. Baik shalat wajib atau shalat fardhu dan shalat sunnat, harus dikerjakan dengan khusyuk agar shalat menjadi lebih afdhol. Namun terkadang ketika shalat, gangguan dari setan pun datang. Salah satunya adalah dengan membuat kita lupa pada jumlah rakaat shalat yang sedang dikerjakan. Hal […]

The post 12 Cara Agar Tidak Lupa Rakaat Shalat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh setiap umat Islam. Baik shalat wajib atau shalat fardhu dan shalat sunnat, harus dikerjakan dengan khusyuk agar shalat menjadi lebih afdhol.

Namun terkadang ketika shalat, gangguan dari setan pun datang. Salah satunya adalah dengan membuat kita lupa pada jumlah rakaat shalat yang sedang dikerjakan. Hal ini sering terjadi pada siapa saja, terutama pada mereka yang tingkat keimanannya naik turun.

Meskipun begitu, kita tidak seharusnya khawatir karena ada berbagai cara untuk mengatasi hal ini. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengatasi masalah lupa rakaat saat shalat:

1. Membaca bacaan dengan agak keras

Dari Abu Qotadah, ia berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقْرَأُ فِى الظُّهْرِ فِى الأُولَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ ، وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ الأُخْرَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ ، وَيُسْمِعُنَا الآيَةَ ، وَيُطَوِّلُ فِى الرَّكْعَةِ الأُولَى مَا لاَ يُطَوِّلُ فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ ، وَهَكَذَا فِى الْعَصْرِ وَهَكَذَا فِى الصُّبْحِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat Zhuhur pada dua raka’at pertama yaitu surat Al Fatihah dan dua surat. Sedangkan dalam dua rakaat terakhir, beliau membaca Al Fatihah dan beliau juga memperdengarkan pada kami ayat lainnya. Beliau biasa memperlama rakaat pertama dibanding rakaat kedua. Demikian pula dilakukan dalam shalat ‘Ashar dan shalat Shubuh.” (HR. Bukhari no. 776).

Baca juga:

2. Membaca bacaan ta’awudz

Suatu hari, Utsman bin Affan bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku.” Beliau bersabda, “Itulah setan yang disebut dengan khanzab, jikau engkau merasakan kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali.” (HR. Ahmad).

3. Meludah ke arah kiri

Sebagaimana hadits sebelumnya, dikatakan bahwa jika shalat telah diganggu oleh bisikan setan sehingga lupa bacaan dan rakaat shalat, maka hendaklah meludah ke arah kiri.

4. Mengambil rakaat yang paling sedikit

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian ragu dengan jumlah rakaat ketika shalat, pilih yang paling meyakinkan, dan selesaikan shalatnya, sampai salam. Kemudian lakukan sujud sahwi dua kali.” (HR. Bukhari & Muslim)

5. Melakukan dua sujud sebelum salam

Rasulullah pun pernah lupa rakaat shalat sehingga ia sering pula diingatkan oleh para sahabat. Namun beliau mengajarkan untuk melakukan dua sujud sebelum melakukan salam ketika lupa rakaat dalam shalat.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami kami salah satu shalat siang, Zhuhur atau Ashar. Ketika pada rakaat kedua, beliau salam. Lalu beliau pergi ke sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid. Sementara Di antara jamaah ada Abu Bakar dan Umar, namun keduanya takut berkomentar.

Sementara jamaah yang punya urusan sudah keluar sambil mengatakan, ‘Shalatnya diqoshor.’ Hingga datag sahabat yang bergelar Dzul Yadain mendekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya,

‘Ya Rasulullah, apakah shalat diqashar ataukah anda lupa?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menengok ke kanan kirinya, ‘Betulkan apa yang dikatakan oleh Dzul Yadain?’ Jawab mereka,

‘Betul, Ya Rasulullah. Anda shalat hanya dua rakaat.’ Lalu beliau nambahi dua rakaat lagi sampai salam. Lalu beliau sujud sahwi dua kali, dipisah dengan duduk sebentar. (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga:

Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengimami shalat Asar lalu beliau salam pada raka’at ketiga.

Setelah itu beliau pulang. Seorang sahabat bernama al-Khirbaq menyusul beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, memanggil, ‘Ya Rasulullah!’ Lalu dia menyebutkan kejadian tadi.

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke tempat imam dan menanyakan, ‘Apakah benar yang dikatakan orang ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya benar’. Beliaupun menambahkan satu rakaat, hingga salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali. Kemudian beliau salam lagi.” (HR. Muslim)

6. Perbanyak istighfar

Istighfar dapat mencegah kita dari godaan setan yang terkutuk sehingga sebaiknya perbanyak istighfar setiap saat.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya hatiku lupa (tidak ingat kepada Allah) padahal sesungguhnya aku minta ampun kepadaNya dalam sehari 100x.” [HR. Muslim 4/2075]

7. Perbanyak dzikir

Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di watu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41-42)

8. Rajin membaca Alquran

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al-Qur’an itu akan menjadi hujjah yang membelamu atau yang akan menuntutmu” (HR. Muslim no. 223).

Baca juga:

9. Menyegerakan shalat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam salah satu hadits qudsi:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ

Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai melainkan dengan apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya” (HR. Bukhari no. 6502).

10. Tidak makan berlebihan

Tahukah Anda bahwa makan dengan berlebihan dapat menyebabkan mudah lupa? Maka dari itu, sebaiknya makanlah dengan secukupnya sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Rasulullah.

Rasulullah bersabda, “Tidak ada tempat paling buruk yang diisi manusia selain perutnya, cukuplah seorang anak Adam makan beberapa suap makanan saja yang dapat mengokohkan tulang punggungnya.

Jika memang ia harus mengisi perutnya maka hendaknya ia memberikan sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya“ (HR. Tirmidzi).

11. Tidak shalat dalam keadaan mengantuk

Kurang tidur dapat menyebabkan kurang fokus sehingga jadi mudah lupa, maka dari itu dianjurkan untuk tidur terlebih dahulu sebelum shalat jika sangat mengantuk.

Dari Anas radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

( إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلاةِ فَلْيَنَمْ حَتَّى يَعْلَمَ مَا يَقْرَأُ ) رواه البخاري (الوضوء / 206)

Ketika salah seorang diantara kamu mengantuk dalam shalat, maka tidurlah agar dia mengetahui apa yang dibacanya.” HR. Bukhori, (Wudhu/206).

Baca juga:

12. Kuatkan niat

Hal paling penting agar tidak lupa rakaat dalam shalat adalah dengan menguatkan niat.

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Itulah 12 cara agar tidak lupa rakaat dalam shalat. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita dan menambah pengetahuan dan keimanan kita kepada Allah SWT. Aamiin.

The post 12 Cara Agar Tidak Lupa Rakaat Shalat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
12 Cara Shalat Untuk Orang yang Sakit Dalam Islam https://dalamislam.com/shalat/cara-shalat-untuk-orang-yang-sakit-dalam-islam Mon, 06 Aug 2018 12:00:40 +0000 https://dalamislam.com/?p=3911 Shalat adalah salah satu penanda keislaman seorang Muslim. Shalat yang merupakan rukun Islam wajib dikerjakan dalam kondisi apapun, bahkan meski ketika sakit sekalipun. Allah Ta’ala berfirman: فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ “Maka bertakwalah kamu kepada Allah semaksimal kemampuanmu” (QS. At Taghabun: 16). Berikut adalah cara shalat ketika sakit yang telah diringankan oleh Allah SWT: 1. Shalat […]

The post 12 Cara Shalat Untuk Orang yang Sakit Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat adalah salah satu penanda keislaman seorang Muslim. Shalat yang merupakan rukun Islam wajib dikerjakan dalam kondisi apapun, bahkan meski ketika sakit sekalipun.
Allah Ta’ala berfirman:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Maka bertakwalah kamu kepada Allah semaksimal kemampuanmu” (QS. At Taghabun: 16).

Berikut adalah cara shalat ketika sakit yang telah diringankan oleh Allah SWT:

1. Shalat di rumah

Bagi pria, shalat diwajibkan dilakukan di mesjid secara berjamaah. Namun ketika mendapat sakit atau udara terasa sangat dingin, maka dibolehkan untuk shalat di rumah saja.

Dari Ibnu ‘Umar radhiallahu’anhuma:

كَانَ يَأْمُرُ مُؤَذِّنًا يُؤَذِّنُ ، ثُمَّ يَقُولُ عَلَى إِثْرِهِ ‏‏: ” أَلَا صَلُّوا فِي ‏‏الرِّحَالِ ‏” فِي اللَّيْلَةِ الْبَارِدَةِ أَوْ الْمَطِيرَةِ فِي السَّفَرِ

Dahulu Nabi memerintahkan muadzin beradzan lalu di akhirnya ditambahkan lafadz /shalluu fii rihaalikum/ (shalatlah di rumah-rumah kalian) ketika malam sangat dingin atau hujan dalam safar” (HR. Bukhari no. 616, Muslim no. 699).

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, ia berkata:

خرجنا مع رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ في سفرٍ . فمُطِرْنا . فقال ” ليُصلِّ من شاء منكم في رَحْلِه “

Kami pernah safar bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu turunlah hujan. Beliau besabda: ‘bagi kalian yang ingin shalat di rumah dipersilakan‘” (HR. Muslim no. 698).

Baca juga:

2. Menjamak shalat

Ketika seorang yang sedang sakit mengalami kesulitan untuk mengerjakan shalat tepat waktu, maka ia dibolehkan menjamak.

Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu beliau mengatakan:

جمع رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بين الظهرِ والعصرِ ، والمغربِ والعشاءِ بالمدينةِ من غيرِ خوفٍ ولا مطرٍ

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjamak shalat Zhuhur dan shalat Ashar, dan menjamak shalat Maghrib dan Isya, di Madinah padahal tidak sedang dalam ketakutan dan tidak hujan” (HR. Muslim no. 705).

Para ulama mengatakan alasan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallammenjamak karena ada masyaqqah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:

والقصر سببه السفر خاصة ، لا يجوز في غير السفر. وأما الجمع فسببه الحاجة والعذر

Dibolehkannya men-qashar shalat hanya ketika safar secara khusus, tidak boleh dilakukan pada selain safar. Adapun menjamak shalat, dibolehkan ketika ada kebutuhan dan udzur” (Majmu’ Al Fatawa, 22/293).

Baca juga:

3. Bersuci saat sakit

Meskipun sedang sakit, seseorang wajib bersuci sebelum shalat. Jika ia masih mampu, maka ia wajib bersuci dengan air. Namun jika ia tidak mampu, maka boleh dibantu oleh orang lain untuk bersuci.

Jika tidak bisa juga, ia boleh bersuci dengan tayamum. Caranya adalah dengan mengepulkan kedua telapak tangannya pada tanah yang suci atau dinding yang berdebu, lalu mengusapkannya pada wajah dan telapak tangan.

4. Shalat sambil duduk

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah ditanya tentang seseorang yang sakit wasir, sehingga sulit berdiri ketika shalat. Beliau menasehatkan,

صَلِّ قائماً، فإِن لم تستطع فقاعداً، فإِن لم تستطع فعلى جَنب

“Shalatlah sambil berdiri, jika kamu tidak mampu sambil duduk, dan jika kamu tidak mampu, sambil berbaring miring.” (HR. Bukhari 1117).

Jika tidak sanggup untuk berdiri, maka diperbolehkan untuk shalat dengan cara duduk. Adapun duduk yang disarankan adalah dengan bersila. Jika tidak bisa juga, maka dibolehkan untuk duduk dengan meluruskan kaki ke depan.

4. Shalat sambil berbaring

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من صلى قائماً فهو أفضل، ومن صلّى قاعداً فله نصف أجر القائم، ومن صلى نائماً فله نصف أجر القاعد

“Orang yang shalat sambil berdiri adalah yang paling baik. Orang yang shalat sambil duduk mendapat pahala separo dari yang berdiri. Orang yang shalat sambil berbaring mendapat pahala separo dari yang duduk.” (HR. Bukhari 1116 dan Muslim 735).

Jika tidak bisa shalat dengan cara duduk, maka diperbolehkan untuk duduk dengan cara berbaring. Arahkan kedua kaki ke arah kiblat lalu baringkan tubuh ke arah kanan menghadap kiblat. Beri bantal di kepala agar menjadi agak tinggi.

Baca juga:

5. Shalat dengan isyarat

Dari Jabir radhiallahu’anhu beliau berkata:

عاد صلى اللهُ عليهِ وسلَّمَ مريضًا فرآه يصلي على وسادةٍ ، فأخذها فرمى بها ، فأخذ عودًا ليصلي عليه ، فأخذه فرمى به ، وقال : صلِّ على الأرضِ إن استطعت ، وإلا فأوم إيماءً ، واجعل سجودَك أخفضَ من ركوعِك

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam suatu kala menjenguk orang yang sedang sakit. Ternyata Rasulullah melihat ia sedang shalat di atas bantal. Kemudian Nabi mengambil bantal tersebut dan menjauhkannya. Ternyata orang tersebut lalu mengambil kayu dan shalat di atas kayu tersebut. Kemudian Nabi mengambil kayu tersebut dan menjauhkannya. Lalu Nabi bersabda: shalatlah di atas tanah jika kamu mampu, jika tidak mampu maka shalatlah dengan imaa` (isyarat kepala). Jadikan kepalamu ketika posisi sujud lebih rendah dari rukukmu“ (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 2/306, dishahihkan Al Albani dalam Shifatu Shalatin Nabi, 78).

Jika tubuh sama sekali tidak bisa bergerak dan hanya bisa mengedipkan mata, maka dibolehkan untuk shalat dengan isyarat atau kedipan mata.

6. Cara rukuk saat shalat dengan duduk

Adapun cara rukuk ketika shalat dengan duduk adalah dengan sedikit membungkukkan badan sambil kedua tangan menyentuh lutut.

7. Cara rukuk saat shalat dengan berbaring

Sedangkan cara rukuk ketika shalat dengan berbaring adalah dengan sedikit menundukkan kepala.

8. Cara rukuk saat shalat dengan isyarat

Rukuk dengan isyarat cukup dilakukan dengan mengedipkan mata sebagai tanda sedang melakukan rukuk.

9. Cara sujud saat shalat dengan duduk

Sujud dilakukan seperti biasanya jika ia masih sanggup untuk melakukan sujud. Namun jika hanya bisa duduk maka dibolehkan untuk sujud dengan menundukkan kepala lebih dalam.

Baca juga:

10. Cara sujud saat shalat dengan berbaring

Cara sujud saat shalat dengan berbaring hampir sama dengan cara mengerjakan rukuk, hanya saja tundukkan kepala lebih dalam dibandingkan rukuk.

11. Cara sujud saat shalat dengan isyarat

Sama seperti rukuk, mengerjakan sujud ketika shalat dengan isyarat dilakukan dengan mengedipkan mata saja.

12. Salam saat shalat dengan duduk, berbaring, dan isyarat

Ketika mengerjakan shalat dengan duduk dan berbaring, maka salam dilakukan seperti biasa. Namun ketika shalat dengan isyarat, maka salam dilakukan dengan kedipan mata. Setiap gerakan dalam shalat dengan isyarat dibedakan dengan kedipan mata.

Demikianlah artikel tentang cara shalat orang yang sakit. Sakit tidak akan menghalangi kewajiban shalat seorang Muslim selama ia masih memiliki akal. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

 

The post 12 Cara Shalat Untuk Orang yang Sakit Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Shalat Tarawih Bagi Ibu Hamil https://dalamislam.com/hukum-islam/wanita/hukum-shalat-tarawih-bagi-ibu-hamil Mon, 28 May 2018 00:15:50 +0000 https://dalamislam.com/?p=3573 Pada bulan ramadhan yang suci dan penuh berkah ini, semua umat muslim berlomba-lomba untuk mengejar pahala puasa ramadhan selama 30 hari. Salah satunya adalah dengan melaksanakan ibadah shalat tarawih. Namun, bagi ibu hamil terlebih jika perut sudah semakin membesar tentu cukup kesulitan dalam melakukan gerakan shalat. Apabila Anda mengalami kondisi yang demikian, terkadang merasa bingung bagaiaman […]

The post Hukum Shalat Tarawih Bagi Ibu Hamil appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pada bulan ramadhan yang suci dan penuh berkah ini, semua umat muslim berlomba-lomba untuk mengejar pahala puasa ramadhan selama 30 hari. Salah satunya adalah dengan melaksanakan ibadah shalat tarawih. Namun, bagi ibu hamil terlebih jika perut sudah semakin membesar tentu cukup kesulitan dalam melakukan gerakan shalat.

Apabila Anda mengalami kondisi yang demikian, terkadang merasa bingung bagaiaman cara melaksanakan ibadah shalat tarawih dengan nyaman. Lalu, bagaimana hukum shalat tarawih bagi ibu hamil? Simak penjelasan dalamislam.com berikut ini yang akan membahasnya secara lengkap beserta dalilnya.

Baca juga:

Islam sendiri merupakan agama yang memberikan ketenangan, kemuliaan, dan kemudahan bagi umatnya, termasuk dalam beribadah. Bagi ibu hamil, dikategorikan orang yang mengalami kondisi yang berat sehingga mendapatkan keringanan dalam melaksanan ibadah seperti puasa dan shalat. Ibu hamil dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Bertakwalah kepada Allah sesuai kemampuan kalian.” (QS. At Taghabun: 16)

Dalam firman Allah Ta’ala lainnya juga dijelaskan bahwa:

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا

Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya.” (QS. Al Baqarah: 286)

Sehingga melaksanakan shalat tarawih bagi wanita hamil pun bisa disesuaikan dengan kemampuannya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Apabila kalian diperintahkan dengan suatu amalan, maka tunaikanlah semampu kalian.” (HR. Bukhari, no.7288 dan Muslim no.1337)

Dari Imran bin Hushain radhiallahu ‘anhu, ia berkata:

وعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ ، فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلاةِ ، فَقَالَ : صَلِّ قَائِمًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

“Aku pernah mengidap wasir, kemudian aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai perihal shalat. Beliau bersabda, “Shalatlah dengan berdiri, apabila engkau tidak mampu maka tunaikanlah secara duduk, apabila engkau tidak mampu juga, maka tunaikanlah dengan berbaring miring.” (HR. Bukhari no.1117)

Baca juga:

Apabila Anda mampu tata cara shalat tarawih 8 rakaat dengan berdiri maka wajib untuk shalat dengan cara berdiri. Tetapi, jika berdiri terasa berat, maka Anda bisa shalat dengan cara duduk. Duduklah di lantai dengan cara bersila, karena duduk di lantai adalah sunah shalat. Namun, jika merasa kesulitan dudu di lantai, maka Anda bisa shalat dengan cara duduk di kursi. Hal ini sebagaimana disarankan oleh Syaikh Shalih al Munajjid.

Duduk di lantai dengan cara bersila ini juga disampaikan oleh Syaikh Utsaimin, karena bagina duduk bersila dan rukuk lebih utama.  Namun, meskipun kedua tokoh ini menyarankan untuk duduk bersila tetapi hukumnya tidak wajib. Karena Nabi Muhammad shallalalhu ‘alaihi wa sallam tidak menjelaskan secara rinci cara sholat dengan duduk. (Syarhul Mumti’, 4:462)

Baca juga:

Dengan demikian, cara melaksanakan shalat tarawih bagi ibu hamil adalah dengan cara duduk jika tidak mampu berdiri. Kemudian, lakukan posisi ruku dengan menyondongkan badan lalu sujud dengan menyondongkan badan lebih rendah dibanding posisi rukuk tanpa perlu dahi menyentuh laintai. Sebagaimana Syaikh Ibnu Baz berkata:

“Barangsiapa yang mampu berdiri namun berat ketika rukuk dan sujud, maka kewajiban berdiri ini belum gugur baginya. Ia tetap shalat dalam keadaan berdiri dan rukuk dengan menyondongkan badan ke depan. Pada saat sujud ia tetap duduk bersila dan menyondongkan badannya ke depan. Posisi sujud lebih rendah dibanding rukuk. Seandainya ia sulit untuk sujud saja, maka ketika sujud saja ia dapat menyondongkan badannya ke depan.” (Ahkamu shalatil maridh wa thaharatihi)

Demikian penjelasan terkait bagaimana hukum shalat tarawih bagi ibu hamil. Semoga bermanfaat.

The post Hukum Shalat Tarawih Bagi Ibu Hamil appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Tata Cara Shalat Tahiyatul Masjid Lengkap https://dalamislam.com/landasan-agama/fiqih/tata-cara-shalat-tahiyatul-masjid Thu, 28 Sep 2017 07:17:53 +0000 https://dalamislam.com/?p=2079 Ada banyak shalat sunnah yang bisa kita lakukan. Walaupun shalat sunnah bukanlah suatu kewajiban, akan tetapi sangat baik jika kita melaksanakannya. Tidak ada salahnya melaksanakan shalat sunnah apalagi mengingat bahwa shalat wajib kita saja terkadang masih kurang khusyuk dan berkualitas. Untuk itu, pastinya harus selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari shalat kita. Hal ini sebagaimana […]

The post Tata Cara Shalat Tahiyatul Masjid Lengkap appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ada banyak shalat sunnah yang bisa kita lakukan. Walaupun shalat sunnah bukanlah suatu kewajiban, akan tetapi sangat baik jika kita melaksanakannya. Tidak ada salahnya melaksanakan shalat sunnah apalagi mengingat bahwa shalat wajib kita saja terkadang masih kurang khusyuk dan berkualitas. Untuk itu, pastinya harus selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari shalat kita.

Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. “ (QS Al Ahzab : 21)

Dari shalat yang kita laksanakan tentu saja pasti ada banyak kelemahan dan belum tentu semuanya merupakan shalat yang berkualitas. Shalat yang berkualitas dan khusuk tentu saja tidak mudah dilakukan, butuh konsentrasi, kedisiplinan, dan lingkungan yang mendukung ketika shalat, seperti kenyamanan, hening, dan benar-benar mengkondisikan untuk ibadah.

Salah satu shalat sunnah yang bisa dilakukan adalah melaksanakan shalat tahiyatul masjid. Shalat tahiyatul masjid adalah shalat yang dilaksanakan saat masuk kepada masjid. Shalat ini sebagai bentuk kita masuk ke rumah Allah, niat ibadah, dan juga bentuk menghargai masjid sebagai tempat ibadah kepada Allah SWT. Harapannya, masuk ke masjid menjadi motivasi bagi kita untuk terus beribadah.

baca juga:

Dalil Tentang Shalat Tahiyatul Masjid

Tentang shalat tahiyatul masjid, ada beberapa pendapat dari ulama dan juga hadist-hadist yang terkait. Untuk itu, diketahui bahwa shalat tahiyatul masjid sifatnya hanya sunnah dan tidak wajib. Pelaksanaannya menjadi hak muslim akankah dilaksanakan atau tidak. Maka bergantung pada dorongan dan kondisi yang ada di masjid juga. Berikut adalah dalil-dalil dan ayat-ayat yang ada mengenai shalat tahiyatul masjid.

  1. Shalat Ketika Masuk Masjid

“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum dia duduk.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari hadist diatas dijelaskan bahwa shalat ketika masuk masjid adalah shalat tahiyatul masjid. Pelaksanaannya adalah dua rakaat sebelum kita duduk di masjid. Untuk itu, setelah berwudhu dan masuk ke masjid maka bisa langsung untuk melaksanakannya. Sebelum beraktivitas atau beribadah lainnya di masjid.

Shalat ini dalam hadist dinyatakan hanya dua rakaat. Untuk itu, pelaksanaan di luar itu tidak dinyatakan dalam hadist dan juga tidak ada penjelasannya. Jika ingin melakukan shalat dengan jumlah rakaat lainnya, maka bisa melaksanakan shalat sunnah lainnya yang disyariatkan oleh Islam.

  1. Shalat Saat Akan Melaksanakan Shalat Jumat

Sulaik Al-Ghathafani datang pada hari Jum’at, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berkhutbah, dia pun duduk. Maka beliau langsung bertanya padanya, “Wahai Sulaik, bangun dan shalatlah dua raka’at, kerjakanlah dengan ringan.” Kemudian beliau bersabda, “Jika salah seorang dari kalian datang pada hari Jum’at, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka hendaklah dia shalat dua raka’at, dan hendaknya dia mengerjakannya dengan ringan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Shalat Tahiyatul Masjid juga diisyaratkan dengan shalat yang ada pada hari Jumat. Mengingat shalat jumat biasanya dilaksanakan di masjid, maka dari itu Rasulullah menusnnahkan mereka untuk shalat dua rakaat sebelum shalat jumat dan khutbah jumat dilaksanakan.

Shalat sunnah lainnya bisa diketahui juga mengenai :

Pelaksanaan Shalat Tahiyatul Masjid

Pada prinsipnya shalat tahiyatul masjid dilaksanakan sebagaimana shalat wajib. Namun berbeda di aspek-aspek tertentu saja. Untuk itu tidak sulit melaksanakan shalat tahiyatul masjid, sangat mudah dan sesuai dengan apa yang biasanya kita lakukan di shalat lainnya. Berikut adalah tata cara pelaksanaan shalat tahiyatul masjid.

  1. Hukum Shalat

Sebagaimana dijelaskan diatas, shalat tahiyatul masjid bersifat sunnah bukan wajib. Akan tetapi sunnah ini adalah sunnah muakad atau sunnah yang sangat dianjurkan. Selain untuk menambah pahala, shalat sunnah tahiyatul masjid juga menjadikan kita lebih menghargai rumah Allah dan masjid sebagai tempat suci untuk beribadah.

Tetapi kita ketahui juga walaupun ibadah sunnah, akan tetapi shalat memiliki keutamaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist, “Shalat itu sebaik-baik perbuatan, baik sedikit maupun banyak.” (HR Ibnu Majah)

  1. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan shalat tahiyatul masjid bisa dilakukan kapan saja selagi memasuki masjid. Sebelum duduk atau shalat lainnya, maka shalat tahiyatul masjid bisa dilakukan. Ibaratnya seperti pertama masuk masjid, maka hal pertama setelah berwudhu yang bisa dilakukan adalah shalat tahiyatul masjid.

  1. Jumlah Rakaat

Shalat tahiyatul masjid disyariatkan hanya 2 rakaat saja. Selebihnya tidak dijelaskan lagi dalam hadist, dan bisa melaksanakan shalat lainnya di shalat wajib atau sunnah selain tahiyatul masjid.

Tentu saja shalat-shalat sunnah lainnya bisa kita laksankaan seperti shalat rawatib, dsb. Ingatlah bahwa pahala dari shalat sangatlah tinggi, sebagaimana disampaikan oleh hadist Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha yang merupakan istri Raslullah, “Seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan wajib, karena Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di surga.” (Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.”

baca juga:

  1. Berwudhu

Sebagaimana perintah Allah lainnya mengenai shalat, tentu saja sebelum melaksanakan shalat adalah berwudhu. Walaupun shalat tahiyatul masjid adalah sunnah, tetapi wajib untuk berwudhu. Maka itu adalah syarat sah shalat yang harus diikuti. Jika tidak berwudhu maka hilang syarat sah tersebut dan menjadi sia-sia shalat sunnahnya.

Sebagaimana hadist yang disampaikan dari Ibnu Umar RA, “Tidak ada shalat kecuali dengan thoharoh. Tidak ada sedekah dari hasil pengkhianatan.”

  1. Niat

“Sesungguhnya amalan-amalan seseorang tergantung niatnya,dan seseorang  akan mendapatkan balasan sesuai niatnya” (HR Muslim dan Bukhari)

Dalam hadist di atas ditunjukkan bahwa segala sesuatu bergantung kepada niatnya. Niat yang baik dan kuat tentu akan menghasilkan ibadah yang baik dan juga sempurna. Untuk itu, niat memang menentukan arah dan tujuan ibadah kita.

Untuk niat, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa tidak perlu diucapkan atau dilafadzkan namun dalam hati saja. Untuk itu, bisa juga dalam bahasa Indonesia, tidak harus melulu bahasa arab. Akan tetapi, ada juga yang mengharuskan bahasa arab sebagaimana Rasulullah. Untuk itu yang paling terpenting adalah bukan pada bacaan atau tidaknya, tapi kemantapan hati kita untuk beribadah atau tidak. Karena jika hati tidak mantap, tidak lurus, dan kurang ikhlas, tentu menunjukkan niat yang lemah.

Dalam bahasa Indonesia dapat dibaca “Aku sholat sunnah Tahiyatul Masjid dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

baca juga:

  1. Pelaksanaan Shalat

Tidak jauh berbeda pelaksanaan tahiyatul masjid. Pelaksanaan shalat tahiyatul masjid dilaksanakan sebagaimana shalat-shalat wajib lainnya. Mulai dari bacaan, tata cara hingga prosesnya semuanya tidak berbeda. Diantaranya adalah :

  • Melakukan Takbiratul Ihram
  • Membaca surat Al Fatihah sebaagai pembuka tau pengawal
  • Membaca Surat-surat pendek lainnya, yang dipilih sesuai dengan kita
  • Melakukan Ruku
  • Melakukan I’tidak
  • Melakukan Sujud
  • Melakukan Duduk Diantara dua sujud
  • Melakukan Sujud Kedua
  • Dan Masuk rakaat Kedua

Untuk Rakaat kedua hal yang dilakukan juga serupa yang berbeda setelah sujud kedua maka duduk tasyahud akhir dan memberikan salam.

Walaupun bersifat sunnah, akan tetapi shalat tahiyatul masjid juga wajib dilaksanakan dengan khusyuk, tumaninah, dan sesuai dengan syariat. Bukan saja hanya asal-asalan atau sekedar melaksanakan. Tentu niat yang ikhlas dan tujuan yang lurus akan membuat shalat kita lebih sempurna dan bernilai dihadapan Allah SWT. Dan Allah tidak menilai hanya dari sekedar 1 kali pelaksanaan namun juga kekonsistenan kita.

Amal ibadah yang istiqomah atau konsisten tentu lebih disenangi Allah daripada melaksanakan sekali saja namun jarang atau tidak pernah dilakukan setelah itu.

Semoga dengan melaksanakan shalat tahiyatul masjid, kita dapat menjadi orang-orang beriman yang bisa mencapai  Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama Dunia Menurut IslamSukses Menurut IslamSukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al-Quran,

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS Al Baqarah : 177)

baca juga:

Selamat menjalankan ibadah sunnah lainnya. Semoga Allah menggolongkan kita sebagai hamba-Nya yang senantiasa beribadah, mengikuti sunnah Rasul dan melaksanakan apa yang menjadi syariatnya.

The post Tata Cara Shalat Tahiyatul Masjid Lengkap appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat dalam Kendaraan – Hukum dan Dalilnya https://dalamislam.com/shalat/shalat-dalam-kendaraan Tue, 30 May 2017 07:58:41 +0000 http://dalamislam.com/?p=1614 Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang tidak menunaikan shalat sudah pasti Allah akan menghukum apalagi jika dilakukan secara sengaja. Dalam kondisi apapun shalat diwajibkan oleh Allah dan tidak boleh terlewatkan sedikitpun. Hal ini karena shalat adalah pondasi dari agama dan jika runtuh shalat kita maka runtuh pondasi agama. Shalat juga menjadi alarm dan pengingat […]

The post Shalat dalam Kendaraan – Hukum dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang tidak menunaikan shalat sudah pasti Allah akan menghukum apalagi jika dilakukan secara sengaja. Dalam kondisi apapun shalat diwajibkan oleh Allah dan tidak boleh terlewatkan sedikitpun. Hal ini karena shalat adalah pondasi dari agama dan jika runtuh shalat kita maka runtuh pondasi agama.

Shalat juga menjadi alarm dan pengingat kita. Shalat 5 waktu itu menjadi pengingat kita. Tanpa shalat kita akan menjadi hamba yang sering ingkar dan lewat shalat kita kembali pada Allah dan kembali berserah diri pada Allah.  Bukan pada hawa nafsu atau hanya sekedar keinginan diri kita.

Termasuk Rasulullah selalu mencontohkan shalat dimanapun, kapanpun, dan apapun kondisi diri kita. Shalat pernah dilakukan saat perang, dilakukan saat berpergian, bahkan shalat dalam kondisi sakitpun orang bisa melakukannya. Seperti orang dalam perjalanan dan duduk di kendaraan, ini bisa dilakukan. Yang terpenting adalah kita tetap bisa melaksankaan shalat.

Terkadnag ada orang-orang yang tidak melaksanakan shalat hanya gara-gara alasan darurat atau tidak pada kondisi normal. Misalnya tidak shalat karena tidak ada air untuk wudhu, padahal islam membolehkan untuk tayamum. Atau tidak shalat karena tidak ada mushalla, padahal islam mebolehkan shalat dimana saja asal bersih dan tidak ada najis.

baca juga:

Kewajiban Shalat dalam Islam

kewajiban shalat dalam islam adalah hal yang harus dilakukan oleh seorang muslim. Dalam kondisi apapun seorang muslim wajib untuk melakukannya. Hal ini disampaikan oleh Allah dalam beberapa ayat Al-Quran.

  1. QS Al Baqarah : 43

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang rukuk

  1. QS Al Baqarah : 110

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

  1. QS Al Ankabut : 45

Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan munkar.

  1. QS An-Nur 56

Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya kalian semua diberi rahmat

Untuk itu, dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa apapun yang kita lakukan tidak boleh sampai meninggalkan shalat. Berkali-kali perintah shalat Allah sampaikan dan berikan kewajibannya agar tidak sampai pada meninggalkannya. Barang siapa yang meninggalkan shalat maka kerugiannya bukan pada Allah karena Allah yang berkuasa, melainkan manusia itu sendiri.

Untuk itu, dalam keadaan dan kondisi apapun manusia khususnya seorang muslim yang beriman, wajib untuk melaksanakan shalat. Tidak boleh meninggalkannya dan wajib untuk menjalankan kewajibannya sebisa yang dilakukan selagi masih hidup di dunia.

Selain shalat wajib kita juga bisa melaksanakan shalat sunnah seperti contoh Rasulullah, yaitu Shalat Malam Sebelum TidurShalat TaubatShalat Lailatul QadarKeutamaan Shalat Witir Shalat Idul FitrKeutamaan Shalat HajatKeutamaan Shalat Dhuha, dan Shalat Jenazah.

baca juga:

Diperbolehkannya Shalat dalam Kendaraan

Dalam perjalanan kita biasanya terbatas untuk melakukan aktivitas tertentu. Untuk itu, termasuk saat shalat tetap harus dilakukan walaupun dengan cara yang sedikit berbeda. Tapi hal ini menjadi ujian apakah seorang muslim benar-benar shalat dan taat kepada Allah dalam kondisi apapun dia. Karena hal ini sebagai ujian kesabaran apakah kita mau melaukan kewajiban dari Allah ataukah tidak.

Untuk itu, berikut adalah hal-hal yang bisa diperhatikan saat kita melaksanakan shalat dalam kendaraan yaitu sedang melakukan perjalanan.

1. Gerakan Shalat

Shalat wajib harus dilakukan sebagaimana Rasulullah contohkan harus secara sempurna yaitu berdiri, rukuk, sujud, dan menghadap kiblat. Shalat di kendaraan diperbolehkan asalkan masih bisa melaksanakan gerakan shalat secara sempurna. Akan tetapi hal ini diperbolehkan jika memang kita khawatir tidak bisa shalat sebelum kita sampai pada tujuan perjalanan, tidak adanya kesempatan atau fasilitas untuk berhenti sejenak. Misalnya saat dalam pesawat, kereta api, atau kendaraan lainnya yang tidak bisa berhenti.

“Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu, sambil duduk, dan jika tidak mampu shalatlah sambil tiduran.” (HR. Bukhari)

Kita diperbolehkan untuk shalat sambil duduk semampunya. Termasuk dalam kendaraan. Namun jika kendaraan yang masih memungkinkan untuk shalat sambil berdiri secara sempurna maka kita bisa melakkukannya tanpa harus duduk. Misalnya saja di dalam kapal laut, atau kereta yang terdapat ruang khusus, dsb.

2. Menghadap Kiblat

Menghadap kiblat adalah syarat untuk bisa melaksanakan shalat. Jika dikendaraan kita masih bisa menghadap kiblat maka kita bisa melaksanakannya. Namun jika tidak maka kita bisa menghadap sesuai arah kendaraan. Tentu hal ini mempermudah kita dan tidak menyulitkan jika memang kita sudah berniat kepada Allah.

baca juga:

Tata Cara Shalat dalam Kendaraan Sambil Duduk

Karena dipebolehkannya shalat dalam kendaraan sambil duduk, berikut adalah tata cara agar kita bisa melaksanakannya sambil duduk.

  • Duduk sebagaimana duduk normal menghadap ke arah kendaraan berjalan. Pandangan menghadap kedepam walaupun bukan pada arah kiblat.
  • Membaca Takbiratul Ihram dan membaca surat sebagaimana shalat pada biasanya.
  • Pelaksanaan rukuk dengan posisi badan sedikit menunduduk.
  • Gerakan I’tidal degan menegakkan kembali badan seperti posisi duduk pada awalnya.
  • Melakukan gerakan sujud dengan posisi duduk, namun menundukkan badan lebih rendah dari posisi rukuk sebelumnya.
  • Gerakan duduk diantara dua sujud dilakukan dengan duduk normal seperti saat bemrula shalat dan takbiratul ikhram.
  • Pelaksanaan rakaat dan pelaksanaan gerakan lainnya normal sebagaimana melaksanakan ibadah shalat pada kondisi normal.

Gerakan shalat di atas menunjukkan bahwa Allah tidak membebani seseorang untuk beribadah, bahkan beribadah tidak dibaut untuk menyulitkan. Adanya Rukun Iman dalam Agama Islam dan Rukun Islam dalam Ajaran Agama Islam justru islam memberikan kemudahan dan tidak membaut sulit semuanya Allah permudah agar manusia bisa melaksanakan kewajibannya dengan baik. Untuk itu tidak ada satupun perintah Allah yang menjadikan manusia sulit dan menderita, justru menyelamatkan manusia agar sempurna amalannya.

Sebagai muslim kita harus bersyukur karena Allah berikan kemudahan dan tidak menyulitkan kita. Justru kita yang membutuhkan Allah bukan justru Allah yang memerlukan kita. Bantuan dan keringanan yang Allah berikan adalah bentuk kasih sayang Allah keapda manusia.

Termasuk menjalankan ibadah pada Allah dengan cara kita mengikuti sunnah rasul. Sunnah Rasul yang bisa dilakukan misalnya juga seperti Adab Ziarah Kubur, Cara Makan Rasulullah, Keutamaan Puasa Arafah, Sunnah Sebelum Tidur, Hikmah Puasa Sunnah, Kewajiban Menikah, Cara Membahagiakan Istri Tercinta, Semoga kita termasuk dalam umat Rasulullah yang senantiasa taat kepada Allah dan mau melaksanakan kewajiban kita apapun kondisinya.

The post Shalat dalam Kendaraan – Hukum dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Shalat Shubuh Kesiangan dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-sholat-shubuh-kesiangan Tue, 18 Apr 2017 07:10:47 +0000 http://dalamislam.com/?p=1464 Setiap waktu shalat telah Allah tetapkan setiap jam dan waktunya juga sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Waktu shalat ini ditetapkan agar umat islam bisa bersama-sama menjalankan shalat di waktu yang sama atau serempak dan juga mengisi spiritualnya di setiap waktu tertentu. Hal ini disampaikan juga dalam Al-Quran, [box title=”” align=”center“Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan […]

The post Hukum Shalat Shubuh Kesiangan dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Setiap waktu shalat telah Allah tetapkan setiap jam dan waktunya juga sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Waktu shalat ini ditetapkan agar umat islam bisa bersama-sama menjalankan shalat di waktu yang sama atau serempak dan juga mengisi spiritualnya di setiap waktu tertentu.

Hal ini disampaikan juga dalam Al-Quran,

[box title=”” align=”center“Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS An-Nisa : 103)[/box]

Artinya, setiap muslim wajib mengikuti aturan shalat dalam waktu yang sudah ditentukan. Shubuh, dzuhur, ashar, magrib, isya adalah waktu-waktu shalat yang telah ditentukan dan dilaksanakan oleh Nabi. Apalagi shalat tersebut memiliki keutamaan seperti Keutamaan Shalat Ashar Berjamaah. Untuk itu, setiap muslim tidak bisa untuk merubah-rubahnya atau melaksanakannya seenaknya sendiri.

Begitupun dengan shalat shubuh. Shalat shubuh sebagai salah satu shalat fardhu memang berada dalam waktu yang cukup berat. Yaitu dimana kita harus terbangun ditengah lelapnya tidur dan nyenyaknya istirahat. Akan tetapi, ada banyak sekali manfaat dan juga hikmah dibalik perintah Allah tersebut.

Banyak juga umat islam yang sering lalai akibat bangun terlalu siang yang mengakibatkan shalat subuhnya terlalaikan. Untuk itu, hendaknya muslim memperhatikan waktu dan kedisplinan waktu shalat, mengingat waktu subuh sangat terbatas.

Berikut uraian tentang Hukum Sholat Shubuh Kesiangan.

Kewajiban Shalat Walaupun Kesiangan

Dalam hadist Rasulullah dan pendapat fiqih para ulama, orang yang terlambat bangun subuh harus tetap dan wajib hukumnya untuk shalat subuh. Orang yang tertidur dan tidak terbangun karena tidak sengaja tentu saja ia tidak berdosa selagi hal itu memang tidak direncanakan. Untuk itu, wajib hukumnya untuk segera berwudhu dan shalat walaupun waktu shubuh sudah terlewat. Hal ini juga sesuai dengan Dasar Hukum Islam, Ijtihad dalam Hukum Islam Menurut Al-Quran dan Sejarah Islam, dan Fungsi Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam.

Akan tetapi, bagi yang sengaja dan selalu kesiangan tentu saja ia mendapatkan dosa dan kesalahan karena memupuk kebiasaan yang buruk dan berulang. Tentu hal ini tidak diperbolehkan. Walaupun ia shalat, maka pahala shalatnya tentu berbeda dengan orang-orang yang bangun lebih awal dan berusaha melawan kemalasannya untuk shalat subuh.

Di zaman yang serba digital ini, sudah banyak teknologi dan berbagai macam gadget yang bisa membantu kita untuk bangun lebih pagi dan subuh. Untuk itu, kita bisa diingatkan atau mendapatkan peringatan walaupun jauh dari masjid atau tidak ada orang yang membangunkan.

Hal ini juga terdapat dalam beberapa sejarah dan kisah Rasulullah SAW.

  1. Tertidur Hingga Matahari Terbit

Orang yang tertidur hingga matahari terbit dan tidak terbangun maka ketika ia bangun ia harus bersegera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat dengan cara Cara Berwudhu yang Benar  atau Cara Wudhu Tayamum. Walaupun ada unsur kesengajaan sekalipun shalat tetap harus dilaksanakan.

Hal yang serupa pernah terjadi ketika Rasulullah sedang melakukan perjalanan. Rasulullah tertidur saat malam hingga matahari terbit, dan saat terbangun walaupun sudah terbit matahari, Rasulullah memerintahkan Bilal Bin Rabah untuk mengumandangkan adzan dan iqamah. Untuk itu, shalat subuh tetap dilaksanakan walau matahari sudah terbit.

  1. Tertidur Karena Unsur Kesengajaan

Bagi yang tertidur dan ada unsur kesengajaan atau kemalasan atau merasa berat untuk bangun maka hampir sebagian besar ulama berpendapat ia wajib untuk melaksanakan shalatnya atau mengganti shalatnya. Sama sebagaimana tidak disengaja, saat bangun ia wajib untuk shalat dan meminta ampun atas segala khilafnya kepada Allah SWT.

Hal ini dikarenakan ia telah sengaja meninggalkan waktu shalat. Tentu hal ini termasuk kepada dosa besar yang Allah sampaikan dalam QS Al Mauun : 4-5,

[box title=”” align=”center“Maka Celakalah orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya”.[/box]

Untuk itu, apapun kondisinya kewajiban shalat tetaplah harus dilaksanakan dan tidak boleh ditinggalkan walaupun sudah terlambat atau kesiangan. Hal ini karena shalat adalah aspek penting dalam hidup dan pengisian spiritual mansuia terhadap Allah SWT.

Cara Agar Tidak Kesiangan Shalat Subuh

Tentu kita tidak ingin selalu shalat subuh dan ketinggalan waktunya. Untuk itu, usaha dan niat yang kuat harus ada agar selalu terjaga waktu shalat kita. Berikut adalah cara agar kita tidak kesiangan dalam shalat subuh.

  1. Niat

Segala sesuatunya dimulai dari niat. Untuk itu, jika dalam diri kita tidak ada niat untuk selalu bangun pagi dan shalat subuh tepat waktu maka shalat tepat waktu itu tidak akan pernah bisa kita capai. Niat yang lemah tidak akan membuat kita bisa bangun lebih pagi dan selalu shalat kesiangan. Untuk itu, memperbaiki shalat kita tetntu berawal dari niat yang kuat, niat yang lurus, untuk bisa memperbaiki kebiasaan dari dalam diri kita.

Sebelum tidur, hendaknya kita niatkan untuk bisa bangun pagi. Insya Allah, dengan niat sebelum tidur kita akan mendapatkan bantuan Allah untuk melaksanakan ibadah sesuai waktunya. Tentu saja niat harus terus dipelihara dan dijaga keistiqomahannya.

  1. Memasang Alarm atau Meminta Untuk Dibangunkan

Walaupun terdapat Keutamaan Adzan Subuh, memasang alarm atau meminta untuk dibangunkan adalah hal yang bisa kita lakukan untuk mempermudah kita bangun pagi. Dengan adanya hal tersebut kita bisa terbantu karena ada yang mengingatkan dan memanggil kita untuk segera shalat. Setidaknya bangun terlebih dahulu adalah lebih baik daripada tidak terbangun sama sekali.

  1. Buat Tujuan Untuk Bangun

Untuk bisa menambah semangat atau motivasi kita bangun pagi untuk shalat subuh, kita juga bisa membuat tujuan lain agar lebih semangat untuk bangun. Misalnya saja harus menyediakan sarapan pagi, harus belajar, menyiapkan pekerjaan, dan hal-hal lainnya. Tentu saja tanpa harus meninggalkan niat kita untuk tepat waktu melaksanakan shalat shubuh.

Tentunya tujuan sangat dibutuhkan bagi kita yang ingin mencapai Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama .

  1. Tidak Tidur Terlalu Larut Malam

Untuk bisa bangun lebih pagi atau subuh, hendaknya kita juga menghindari untuk tidur terlalu malam atau terlalu larut. Selain dari dampaknya membuat kita sulit bangun, tidur terlalu larut juga tidak baik untuk kesehatan, terutama untuk kesehatan tubuh organ-organ vital kita seperti jantung, lambung, dan juga hati.

Untuk itu, tubuh harus beristirahat lebih awal dan bangun juga lebih awal untuk menghadap Allah. Sehingga fisik sehat dan rohani kita pun juga penuh terisi. Tentunya seorang muslim harus seimbang antara kesehatan fisik dan rohani agar mampu menjalankan kehidupan di dunia dengan optimal untuk mencapai kesuksesan Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam.

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

The post Hukum Shalat Shubuh Kesiangan dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
6 Cara Melaksanakan Shalat Tahajud yang Baik dan Benar https://dalamislam.com/shalat/cara-melaksanakan-shalat-tahajud Thu, 05 Jan 2017 09:09:43 +0000 http://dalamislam.com/?p=1282 Shalat tahajud adalah salah satu ibadah yang menjadi sunnah Rasulullah. Para ulama mengatakan bahwa shalat tahajud hukumnya Sunnah Muakad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan diutamakan. Al-Quran sendiri membahas mengenai shalat tahajud dan diutamakan agar umat muslim bangun untuk shalat di malam hari setelah tidur. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran, “Dan pada sepertiga  malam, […]

The post 6 Cara Melaksanakan Shalat Tahajud yang Baik dan Benar appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat tahajud adalah salah satu ibadah yang menjadi sunnah Rasulullah. Para ulama mengatakan bahwa shalat tahajud hukumnya Sunnah Muakad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan diutamakan. Al-Quran sendiri membahas mengenai shalat tahajud dan diutamakan agar umat muslim bangun untuk shalat di malam hari setelah tidur.

Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran, “Dan pada sepertiga  malam, maka kerjakanlah shalat malam (tahajud) sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah- mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji” (QS: Al-Isra :79)

Hukum sunnah muakad pada shalat tahajud juga memiliki arti bahwa ada sangat banyak sekali keutamaan jika tajahud ini dilakukan oleh manusia. Berikut adalah cara melaksanakan shalat tahajud beserta keutamaannya.

Keutamaan Shalat Tahajud

Ada beberapa sunnah rasul yang bisa manusia ikuti, seperti Adab Ziarah Kubur, Cara Makan Rasulullah, Keutamaan Puasa Arafah, Sunnah Sebelum Tidur, Hikmah Puasa Sunnah, Kewajiban Menikah, Cara Membahagiakan Istri Tercinta, dan lain sebagainya. Shalat tahajud atau shalat malam adalah salah satunya.

Di dalam beberapa hadist dijelaskan mengenai keutamaan shalat tahajud. Shalat tahajud adalah sebagai waktu terbaik untuk berhadapan dan meminta kepada Allah. Akan tetapi, pada awalnya akan sulit untuk melaksanakan shalat tahajud. Di jam-jam tersebut adalah waktu manusia untuk tidur dan sedang asiknya beristirahat. Untuk itu, Allah memberikan kelebihan pada manusia yang bangun di malam hari ini.

  1. Penghapus Kesalahan dan Dosa

“Hendaklah kalian sholat malam, karena sholat malam adalah kebiasaan yang dikerjakan orang-orang sholeh sebelum kalian, ia adalah ibadah yang mendekatkan diri kepada Rabb kalian, penghapus berbagai kesalahan dan pencegah perbuatan dosa.” (HR. Tirmidzi)

Di dalam hadist di atas dijelaskan bahwa shalat tahajud dan jika dilaksanakan secara istiqomah akan mendapatkan pahala juga sebagai penghapus berbagai dosa-dosa manusia. Manusia dapat menghapus kesalahan dan juga mencegah berbuat dosa.

Bukan berarti orang yang tahajud lalu berbuat maksiat, kemudian shalat, dan kembali berbuat maksiat akan diampuni Allah. Akan tetapi orang-orang yang senantiasa shalat malam selalu berusaha untuk menghindari dosa, karena ia dijaga oleh kekuatan shalat malam. Akan menjadi percuma juga apabila manusia yang senantiasa bermaksiat yang disengaja, bukan karena kelalaian atau ketidaksadaran, lalu shalat tahajud. Artinya ia tidak benar-benar melaksanakan shalat tahajud secara kaffah atau sempurna.

  1. Doa Yang Paling Di Dengar

Dari Amr bin Abasah r.a. berkata: Aku berkata, Wahai Rasulullah, (bagian) dari malam manakah yang paling didengar (oleh Allah)? beliau bersabda : “Pertengahan malam yang terakhir, maka sholatlah sesukamu, karena sholat tersebut disaksikan dan dicatat hingga kamu sholat subuh.” (HR. Abu Dawud)

Di dalam hadist di atas dijelaskan bahwa doa yang paling di dengar adalah doa dari shalat tahajud. Tentunya saat tahajud ini bukan hanya sekedar berdoa melainkan dibarengi dengan ikhtiar dan kesungguhan. Orang yang beriman tidak hanya meminta dan melaksanakan ibadah hanya dari shalat tahajud. Akan tetapi ia akan mengintegrasikan shalat malamnya dengan semangat di ibadah-ibadah selainnya.

Pelaksanaan Shalat Tahajud

Agar pelaksanaan shalat tahajud menjadi sesuai dengan kaidah dan manfaatnya, maka pelaksanaan-nya pun harus sesuai dengan cara yang telah dicontohkan Rasul. Pada dasarnya pelaksanaan shalat tahajud secara teknis tidak jauh berbeda dengan shalat wajib sehari-hari. Untuk itu, berikut adalah cara pelaksanaan shalat tahajud.

  1. Waktu

Shalat tahajud dilaksankan dalam rentang waktu setelah isya hingga sebelum adzan subuh berkumandang. Namun, pada dasarnya dianjurkan dilaksanakan di waktu sepertiga malam dengan melakukan tidur terlebih dahulu. Pada dasarnya diperbolehkan melaksanakan-nya di sepertiga malam awal dan akhir, namun lebih baik jika memang dilaksanakan di sepertiga malam terakhir, yaitu di pukul 02.00 malam-hingga menjelang subuh.

Dari mahdzab syafii mensyarakatkan untuk tidur terlebih dahulu, walaupun tidur tersebut dilakukan hanya sebentar saja. Dalam konteks membiasakan dan mendidik anak-anak, ulama lainnya memperbolehkan hal tersebut, sebagai proses pendidikan.

  1. Jumlah Rakaat

Jumlah rakaat saat shalat tahajud adalah 8 rakaat hingga 12 rakaat. Pelaksanaan rakaat ini dilaksanakan dengan 2 rakaat 2 rakaat, tidak langsung dilakukan 8 atau 12 rakaat. 2 rakat tersebut diakhir dengan salam, baru dilanjutkan dengan 2 rakaat lagi. Shalat tahajud tidak bisa dilaksanakan langsung 4 rakaat.

  1. Niat Shalat Tahajud

Niat boleh dibacakan secara lafadz dan boleh juga tidak yaitu hanya di dalam hati. Pada dasarnya niat ini menjadi motivasi atau kesungguhan muslim yang hendak mendirikan shalat tahajud. Dalam bahasa Indonesia, niat shalat tahajud adalah :

“Aku niat untuk shalat sunnah tahajjud karena Allah ta’ala”

Bacaan niat ini dibaca ketika akan melaksanakan takbiratul ikhram. Niat cukup dilakukan di awal yaitu saat sebelum masuk rakaat pertama.

  1. Rukun Shalat Tahajud

Setelah melaksanakan niat, maka masuklah kepada tata cara pelaksanaan shalat tahajud. Tata cara pelaksanaannya adalah sesuai urutan berikut dan harus dilakukan secara tertib juga tumaninah.

  • Takbiratul Ihram
  • Berdiri (Boleh tidak jika tidak mampu, seperti tidur, duduk, atau berbaring)
  • Membaca Surat Al Fatihah
  • Memabca Surat-Surat dalam Al-Quran lainnya
  • Ruku
  • I’tidal
  • Sujud
  • Duduk di antara dua sujud
  • Duduk Akhir

Setelah masuk ke rakaat ke dua, maka di akhir setelah sujud terakhir adalah melaksanakan hal-hal berikut:

  • Tasyahud Akhir
  • Membacakan Shalawat Nabi
  • Salam

Setelah melaksanakan shalat tahajud secara genap, hendaknya melaksanakan pula dzikir, doa, dan manusia dapat berkeluh kesah, memohon ampun dan hidayah kepada Allah. Saat inilah saat terbaik manusia untuk menghadap Allah dan memohonkan segalanya kepada Allah semata.

  1. Pelaksanaan Shalat Tahajud Berjamaah

Pelaksanaan Shalat tahajud boleh dilaksanakan secara berjamaah. Berjamaah dan sendirian diperbolehkan, asalkan tertib dan tumaninah. Pada dasarnya shalat tahajud Rasulullah sering dilakukan sendirian, karena saat inilah saat secara sendiri menghadap Allah. Namun ulama memperbolehkan shalat tahajud berjamaah, apalagi jika dalam orientasi pendidikan dan pembiasaan diri bersama-sama.

  1. Tidak Melakukan Shalat dengan Tergesa-gesa

Dalam melaksanakan shalat tahajud, maka hendaknya juga tidak tergesa-gesa. Jika shalat dilaksanakan tergesa-gesa maka khawatirnya mengurangi kehusukan shalat dan hanya fokus pada kuantitasnya. Hendaknya umat islam yang melaksanakan tahajud tidak hanya fokus pada jumlah rakaat saja, melainkan juga pada kualitas shalat, dan kekhusyukan prosesnya.

Selain dari shalat malam, ada pula shalat-shalat lainnya yang dapat dilaksanakan oleh umat muslim, seperti :

Semoga umat islam dapat konsisten melaksanakan shalat sunnah, sebagaimana Nabi telah contohkan. Tentunya shalat sunnah membantu kita untuk tetap terjaga dalam keimanan.

The post 6 Cara Melaksanakan Shalat Tahajud yang Baik dan Benar appeared first on DalamIslam.com.

]]>
10 Tata Cara Shalat Idul Fitri Lengkap https://dalamislam.com/landasan-agama/fiqih/tata-cara-shalat-idul-fitri Fri, 25 Nov 2016 10:31:00 +0000 http://dalamislam.com/?p=1148 Shalat Idul Fitri adalah salat yang dilaksanakan setelah berakhirnya Ramadhan. Pelaksanaan shalat idul fitri adalah pada saat tanggal 1 Syawal, di pagi hari mulai puku; 06.30 saat matahari mulai terbit. Shalat Idul Fitri tentu memiliki makna dan hikmah tersendiri jika dilaksanakan. Hal ini dikarenakan memang Hari Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat muslim. Hari […]

The post 10 Tata Cara Shalat Idul Fitri Lengkap appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat Idul Fitri adalah salat yang dilaksanakan setelah berakhirnya Ramadhan. Pelaksanaan shalat idul fitri adalah pada saat tanggal 1 Syawal, di pagi hari mulai puku; 06.30 saat matahari mulai terbit. Shalat Idul Fitri tentu memiliki makna dan hikmah tersendiri jika dilaksanakan. Hal ini dikarenakan memang Hari Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat muslim.

Hari kemenangan ini bermakna bahwa umat islam telah berjuang selama satu bulan lamanya melawan dan menjaga hawa nafsu, untuk fokus pada amalan-amalan baik dan beribadah. Pelaksanaan idul fitri ini juga sebagai penanda bahwa berakhirnya untuk pelaksanaan zakat fitrah.

Bagi wanita yang berhalangan shalat tetap diperbolehkan untuk menuju tempat shalat dan mengikuti khutbah idul fitri. Hal ini sebagaimana Sabda Rasulullah SAW.

“Kami diperintahkan keluar rumah untuk mengerjakan sholat idul Fitri. Anak-anak gadis (juga diperintahkan) keluar rumah pada hari raya (untuk mengerjakan sholat Id). Termasuk perempuan-perempuan. Sedangkan bagi perempuan yang sedang berhalangan ini berada di belakang orang-orang (yang mengerjakan sholat). Mereka ikut bertakbir dan berdoa bersama-sama berharap memperoleh keberkahan dan kesucian hari itu.” (HR Bukhari, Ibn Majah, dan Baihaqi).

Pelaksanaan Shalat Idul Fitri

Pelaksanaan shalat idul fitri adalah suatu ibadah yang spesial karena dilaksnakan saat hari kemenangan umat islam setelah ramadhan. Tentunya, seluruh umat islam akan mengusahakan hadir dan melaksanakan shalat ini, kecuali bagi mereka yang berhalangan seperti kaum wanita yang haid atau yang sakit.

Hal-hal berikut adalah hal yang di sunnahkan sebelum berangkat idul fitri., hal tersebut adalah:

  • Melaksanakan mandi sebelum berangkat ke tempat shalat idul fitri
  • Melaksanakan makan dan minum sebelum berangkat
  • Mengguunakan pakaian yang terbaik yang dimiliki, tentu tidak perlu baru ataupun mahal
  • Memakai wangi-wangian yang ada
  • Menempuh jarak yang berbeda pada saat berangkat dan pulang setelah shalat hari raya

Untuk pelaksanaan shalat idul fitri, berikut adalah tata cara shalat idul fitri yang perlu di perhatikan:

  1. Membaca niat shalat idul fitri: Ushalli sunnatan li ‘iidil fithri rak’ataini lillaahi ta’aala (Saya berniat mengerjakan sholat idul fitri dua rakaat karena Allah Ta’ala)
  2. Dilaksanakan secara berjamaah
  3. Pelaksanaan shalat tidak didahului oleh adzan atau iqamah
  4. Pelaksanaan shalat idul fitri dilaksanakan sebelum khutbah disampaikan oleh khatib
  5. Pelaksanaan shalat sebanyak dua rakaat
  6. Di dalamnya terdapat 12 takbir, dengan tuju takbir di rakat pertama setelah takbiratul ikhram, sebelum membaca surat atau ayat, dan lima kali di rakaat kedua, sebelum membaca ayat atau surat
  7. Saat membaca takbir, maka di sela-selanya dibacakan kalimat, Subhaanallah wal-hamdu lillahi wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah. Tiada tuhan selain Allah. Allah Mahabesar)
  8. Bacaan yang dianjurkan pada rakaat pertama shalat idul fitri adalah Surat Qaf atau surat Al A’la dan surat Al Qamar atau surat Al Ghasiyah di Rakaat kedua
  9. Pelaksanaan shalat ini sebagaimana shalat pada biasanya, hanya saja terdapat perbedaan di tata cara di atas. Baru setelah itu dilanjutkan dengan Khutbah dengan Khatib.
  10. Pelaksanaan shalat idul fitri jika jatuh pada hari jumat, maka boleh atau tidak dilaksanakan shalat jumat setelahnya

Hukum dan Hikmah Shalat Hari Raya Idul Fitri

Shalat Hari Raya Idul Fitri adalah sunnah muakad. Sunnah muakad berarti lebih baik dikerjakan dan dikerjakan secara berjamaah. Pelaksanaan shalat hari raya idul fitri dilakukan sebelum khutbah. Untuk itu khutbah idul fitri juga hal yang cukup penting diikuti. Khutbah idul fitri bisa berisi semangat dan motivasi untuk umat islam menjaga persatuan, menambah ibadah dan amalan baik dilakukan setelah ramadhan.

Pelaksnaan shalat idul fitri ini memiliki hikmah yang sangat banyak diantaranya adalah:

  1. Merasakan Persatuan Umat Islam

Dengan adanya shalat berjamaah idul fitri, maka hal ini akan menambah persatuan islam. Karena di dalam shalat berjamaah idul fitri, seluruh umat islam berkumpul bersama, menjadi satu. Dalam jamaah yang sama tidak melihat adanya perbedaan latar belakang apapun. Bahkan segala macam pangkat dan jabatan atau segala macam jenis pekerjaan tidak terlihat dalam hal ini. Maka itu terasa sekali persatuan islam menjadi kesatuan yang utuh.

  1. Menambah Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwan islamiyah pun akan tercipta dari shalat jamaah idul fitri. Seluruh umat islam akan bertemu, tentu yang satu wilayah, dan yang jarang bertemu akan saling dipertemukan. Apalagi terdapat sunnah untuk mengambil jalan yang berbeda dari pergi dan pulang.

Di hari-hari biasanya mungkin akan sangat jarang umat islam bertemu dan bercengkrama, sedangkan saat idul fitri inilah kesempatan besar untuk dapat bertemu dan bersilahturahmi.

  1. Mensucikan Diri dan Saling Memaafkan

Dengan dipertemukannya masing-masing dari umat islam, maka saling memaafkan dan menyapa pun akan terjadi. Untuk itu akan menambah kesucian diri dan saling memberikan kedamaian di dalam masing-masing hati umat islam.

Makna dan hikmah ibadah ini tentu tidak akan pernah terasa jika umat islam selama pelaksanaan amalan kurang mempelajari dan mengambil hikmah dari ajaran islam, seperti dari rukun islam , rukun iman , Fungsi Iman Kepada Kitab Allah, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, dan Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia.

Keharusan Umat Islam Melaksanakan Shalat Id

Pelaksanaan shalat idul fitri dalam setahun hanya dilaksanakan sebanyak sekali saja. Untuk itu, umat islam harus benar-benar mengusahakan pelaksanaan shalat ini agar merasakan kenikmatan ibadahnya. Tentu saja bagi mereka yang melaksanakan perjuangan ibadah selama ramadhan lah yang dapat merasakan kenikmatan ibadah ini.

Kita juga tidak pernah tau apakah selama se tahun kedepan masih bisa bertemu lagi dengan hari kemenangan atau tidak. Untuk itu, usaha untuk melaksanakan shalat idul fitri ini harus dilakukan oleh setiap umat islam. Untuk itu, dari pelaksanaan shalat idul fitri ini, menandakan bahwa kita kembali suci dan berusaha menjaga kesucian dan kemurnian ibadah di sepanjang tahun hingga bertemu lagi momentum ini.

Wujud kita menjaga kesucian diri adalah bisa dengan senantiasa melaksanakan hidup ini sebagaimana Allah telah menetapkan ibadah manusia, sesuai dengan Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama , Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam.

The post 10 Tata Cara Shalat Idul Fitri Lengkap appeared first on DalamIslam.com.

]]>