Hukum Menyerahkan Zakat Kepada Pemerintah

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahi Rahmanir Rahiiim

Sekarang ini terdapat aturan baru dimana pemerintah sudah menetapkan kewajiban untuk mengambil zakat dari hasil gaji pegawai negeri sipil langsung. Lalu bagaimana hukum islam tentang pemerintah yang menarik zakat pegawai? Simak selengkapnya disini.

Allah berfirman di surat at-Taubah,

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. at-Taubah: 103).

Ayat merupakan menjelaskan tentang dalil bolehnya menyerahkan zakat ke pemerintah. Hal ini dikarenakan Allah SWT mengizinkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin kaum muslimin untuk menarik zakat dari kaum muslimin. Dan lagi menurut Syaikhul Islam, kaum muslimin sepakattentang  mengenai bolehnya menyerahkan zakat kepada pemerintah.

Baca juga tentang  Aliran Islam di Indonesia Ciri-Ciri Aliran Sesat Menurut Islam,  dan Bid’ah dalam Islam.

Selanjutnya Syaikhul Islam menyatakan,

وإذا أخذ ولى الأمر العشر أو زكاة التجارة فصرفها في مصرفها أجزأت باتفاق المسلمين

Apabila pemerintah mengambil 10% (pajak pedagang kafir) atau zakat perdagangan, lalu disalurkan sesuai tujuan yang benar, hukumnya boleh dengan sepakat kaum muslimin. (Mukhtashar al-Fatawa al-Mishriyah, Ibnu Taimiyah, 1/240).

Fatwa tentang pengambilan zakat dari pemerintah juga disampaikan Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh,

….لكن إذا طلبها ولي الأمر باسم الزكاة ، ودفعت إليه بنية الزكاة أجزأت ، إذا كان ولي الأمر مسلماً

Apabila pemerintah menarik harta sebagai bentuk zakat, dan rakyat membayarkan hartanya dengan niat zakat, maka hukumnya sah, jika pemerintahnya muslim. (Fatawa wa Rasail Muhammad bin Ibrahim, 4/106).

Pemerintah Dzalim

Terdapat pula pendapat mengenai menyerahkan zakat kepada pemerintah, namun pemerintah yang diberi tanggung jawab malah dzalim atas amanat yang diberikan tersebut. Terdapat beberapa pendapat, antara lain:

  1. Madzhab Hanafiyah dan Malikiyah

Menurut kedua ulama besar ini, zakat tidak boleh diserahkan kepada kepemerintahan yang dzalim. Al-Hathab dalam Mawahib al-jalil, melalui kitab madzhab Maliki:

Baca juga tentang Dasar Hukum Islam,Rukun Islam Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman

وإذا كان الإمام جائرًا فيها لم يُجْزِه دفعها إليه

Jika pemimpin itu dzalim dalam panyaluran zakat, tidak boleh diserahkan kepadanya.

Selanjutnya beliau menambahkan keterangan dalam kitab at-Taudhih,

قال في التوضيح: أي جائرًا في تفرقتها وصرفها في غير مصارفها لم يجزه دفعها إليه؛ لأنه من باب التعاون على الإثم والعدوان، والواجب حينئذٍ جحدها والهروب منها ما أمكن، وأما إذا كان جوره في أخذها لا في تفرقتها، بمعنى أنه يأخذ أكثر من الواجب، فينبغي أنه يجزيه ذلك على كراهة دفعها إليه

Dijelaskan dalam at-Taudhih, maksud dari kalimat tersebut apabila pemerintah dzalim dalam menyalurkannya. Mereka menyalurkan ke tujuan yang bukan penerima zakat. Sehingga dilarang menyerahkannya kepada mereka. Karena ini termasuk membantu perbuatan penuh dosa dan maksiat. Sehingga rakyat memiliki kewajiban untuk menolaknya dan menghindari pemerintahnya sebisanya.

Namun jika kedzalimannya dikaitkan dengan cara mengambil zakat, bukan membagikan zakat, dalam arti pemerintah meminta yang lebih dari kewajiban seharusnya. Dan yang harus diserahkan muzakki, maka sebaiknya diizinkan, meskipun hukumnya makruh untuk menyerahkannya ke muzakki. (Mawahib al-Jalil, 2/360).

2. Madzhab Syafi’i dan Hambali

Sementara Imam Hambali dan Imam Syafi’i membolehkan kepada pegawai meletakkan kepercayaannya dalam pembagian zakat kepada pemerintah yang dzalim

Murid Imam Ahmad yang bernama Hambal pernah meriwayatkan dari Imam Ahmad, bahwa beliau menyatakan,

كانوا يدفعون الزكاة إلى الأمراء وهؤلاء أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم يأمرون بدفعها، وقد علموا فيما ينفقونها فما أقول أنا

Mereka (kaum muslimin di zaman tabiin dan tabi’ tabiin) menyerahkan zakatnya kepada pemimpin. Demikian pula para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyerahkan zakat ke pemerintah. Dan mereka mengetahui bagaimana pemerintah menyalurkannya. Lalu bagaimana saya harus bersikap?? (Kasyaf al-Qina’, al-Buhuti, 2/259).

Pendapat ini didukung beberapa hadis, salah satunya hadis dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu,

ادفعوا صدقاتكم إلى من ولاه الله أمركم، فمن بر فلنفسه، ومن أثم فعليها

“Serahkan zakat kalian kepada pemerintah kalian. Jika dia pemimpin yang baik, dia akan mendapatkan pahalanya dan jika dia pemimpin yang jahat, dosanya hanya akan menimpa dirinya. (HR. Baihaqi dan sanadnya dihasankan an-Nawawi).

Dalam riwayat lain, Ibnu Umar mengatakan,

ادفعوا إليهم وإن شربوا بها الخمر

Serahkan zakat kalian kepada mereka, meskipun mereka hobi minum khamr. (HR. Baihaqi dan sanadnya dihasankan an-Nawawi).

Dan pendapat ini  dianggap pendapat yang lebih mendekati kebenaran. Hal ini dikarenakan rakyat tidak memiliki tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan pemerintah. Sehingga rakyat dibolehkan menyerahkan zakatnya kepada pemerintah ketika diminta, apalagi jika hartanya sudah mencapai satu nishab.

Demikian beberapa dalil mengenai hukum menyerahkan zakat kepada pemerintah. Wallahu Alam Bi Shawwab.

fbWhatsappTwitterLinkedIn