Konsep Uang dalam Islam dan Konvensional

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Uang adalah alat tukar atau instrument yang cukup penting dalam proses transaksi ekonomi. Dengan hanya logam atau selembar saja, masalah ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Masalah kestabilan politik, kestabilan ekonomi, keluarga, sosial, dan lain sebagianya. Bukan hanya sekedar penting tentunya, uang memang dibutuhkan untuk manusia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Islam sebagai agama yang mengatur keseluruhan hidup manusia, memberikan informasi, landasan atau dasar-dasar mengenai konsep yang dalam islam. Konsep uang dalam islam juga memiliki perspektif konvensional, yaitu pandangan yang dilihat oleh kacamata non ajaran islam.

Berikut adalah penjelasan mengeni konsep uang dalam islam dan perspektif konvensional, agar umat islam dapat memahami betul konsep ini dan diaplikasikannya dalam kehidupan sesuai aturan Allah SWT.

Fungsi Uang Menurut Islam

Uang menjadi hal yang juga dibahas dalam islam, terutama masalah kedudukan, fungsinya, dan sesuai Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Kedudukan dan fugsi uang sangat penting diketahui karena dengan menempatkan dan mendudukkanyya secara salah, maka manusia akan salah juga dalam menjalankannya di kehidupan Berikut adalah bagaimana uang dalam perspektif islam, khususnya dalamk kedudukan dan fungsinya.

  1. Alat Tukar dalam Transaksi Ekonomi

Di dalam islam, uang berfungsi sebagai alat tukar untuk proses transaksi ekonomi. Alat tukar berarti uang memiliki nilai tertentu yang setara jika dibandingkan dengan harga yang ditetapkan dalam proses ekonomi atau jual beli. Islam menempatkan uang bisa dalam bentuk emas, perak atau dinar. Konsep mata uang ini tentunya berbeda-beda antar masing masyarakat dan bangsa. Hanya saja, di zaman Rasulullah dulu, emas, perak, dan dinar menjadi mata uang utama yang digunakan.

Dalam masa saat ini tentu saja mata uang sangat bervarian dan berbeda. Untuk itu, terdapat konversi yang dapat menyeimbangkan nilai mata uang di satu negeri dengan negeri lainnya dengan berpatokan pada standart yang sama.

  1. Menunjang Misi Khalifah fil Ard

Uang ditujukan sebagai penunjang kehidupan. Misi kehidupan manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah fil ard. Untuk itu, uang ini hakikatnya adalah sebagai instrument atau alat bantu manusia dalam menjalankan misinya tersebut harus dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Hal ini menjadi bagian dari Tujuan Ekonomi Islam.

Khalifah fil Ard artinya memberikan kemakmuran, menegakkan keadilan, menciptakan kesejahteraan dan hukum keseimbangan di muka bumi. Khalifah fil ard artinya juga mengoptimalkan apa yang telah Allah titipkan di muka bumi kepada manusia agar hasilnya berkah dan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk itu, sebagai penunjang maka uang tidak perlu berlebihan atau menjadi megah mewah dalam hidup.

Untuk bisa mendapatkannya maka manusia harus berikhtiar salah satunya dengan memiliki uang. Seorang petani yang bekerja mengolah sawah pun membutuhkan uang untuk optimalisasi ladangnya, seperti membeli pupuk, membeli dan memelihara kerbau, membeli peralatan, dsb.

  1. Bukan Sebagai Tujuan Hidup

Uang dalam islam bukan sebagai tujuan hidup, sebagaimana orang-orang matrialistis, melainkan sebagai alat saja. Ada banyak sekali orang yang terjebak antara mencari uang dan mencari uang untuk tujuan tertentu. Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk mencapai tujuan hidup berupa peraihan uang. Islam mengajarkan keselmatan hidup, ketauhidan, misi pembangunan, dengan uang sebagai tujuannya. Bukan justru uang yang membudakkan manusia, justru manusia harus dapat menjadikan uang takluk padanya.

Uang hanya bagian dari Transaksi Ekonomi dalam Islam, Ekonomi Dalam Islam, dan Hukum Ekonomi Syariah Menurut Islam. Bukan menjadi tujuan dari ekonomi itu sendiri.

  1. Dapat Menjadi Ujian dan Cobaan Hidup

Uang merupakan bagian dari harta manusia. Ada banyak uang dan minimnya uang dapat membuat ujian kehidupan manusia. Allah melarang umat islam untuk miskin atau tidak memiliki harta, namun Allah pun menyuruh manusia untuk tidak hidup berlebih-lebihan. Kehidupan sederhana dan cukup adalah yang seharusnya dipikirkan dan dijalankan oleh umat islam.

Sebagaimana sahabat dan Rasul terdahulu, kehidupan mereka yang bergelimpangan harta tidak membuat mereka tidak menyembah dan lalai kepada Allah. Begitupun dalam kondisi terhimpit, mereka tetap bersyukut dan menjalankan kehidupan mereka dengan ibadah sebaik mungkin.

  1. Harta, Nikmat, dan Titipan Allah

Uang adalah harta yang memang Allah titipkan kepada manusia. Uang dalam islam ditempatkan Allah sebagai harta dan kenikmatan yang harus manusia syukuri. Uang seharusnya bukan menjadi penghalang bagi manusia untuk dapat beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya.

Kita dapat mencontoh Nabi Sulaiman. Ia seorang Nabi yang hidup dalam kecukupan, harta yang cukup berlimpah namun tetap rendah hati juga tetap menyembah Allah dengan sebaik-baiknya. Harta yang dimiliki dikelola dengan baik dan dioptimalkannya untuk dapat membangun negerinya dan masyarakat yang dipimpinnya.

Selain itu, umat islam juga harus mengetahui hal-hal ekonomi islam lainnya seperti Macam-macam Riba, Hak dan Kewajiban dalam Islam, Fiqih Muamalah Jual Beli, dan Jual Beli Kredit Dalam Islam, agar dapat menjalankannya sesuai tuntunan islam.

Perbandingan dengan Konvensional

Konsep uang dalam perspektif konvensional tentu sangat berbeda dengan islam. Perspektif konvensional dihasilkan oleh para ilmuwan-ilmuwan yang belum tentu seusai dengan prinsip keseimbangan islam. Hal ini adalah beberapa konsep uang dalam konvensional.

  1. Ukuran Kebahagiaan dan Keuntungan

Perspektif konvensional memandang bahwa ekonomi khususnya masalah uang adalah untuk mendapatkan dan mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Ukuran kebahagiaan manusia ditempatkan dalam uang. Padahal, tidak selalu orang yang memiliki uang banyak selalu mendapatkan kebahagiaan.

  1. Modal Dasar

Uang dalam perspektif konvensional juga memandang bahwa hal utama adalah uang menjadi modal dasar. Berbeda dengan konsep islam, modal ini harus dioptimalkan dan memberikan dampak bagi sosial. Sedangkan dalam perspektif konvensional tidak banyak diatur masalah perspektif sosial, juga kebermanfaatannya bagi manusia lainnya. Untuk itu, tidak banyak dikenal istilah dana sosial. Maka efeknya adalah kepada individualisme yang berkembang di masyarakat.

Sangat terlihat bahwa islam dan pandangan konvensional memiliki pandangan yang berbeda terutama dalam menempatkan atau mendudukkan uang dalam hidup manusia. Sejatinya, islam menempatkan masalah uang dalam hidup manusia hanya untuk menunjang agar manusia mencapai konsep uang dalam islam, yang sesuai Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama .

Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam tentunya bisa dilakukan dengan mengoptimalkan uang yang dimiliki, tanpa harus menjadi seorang yang materialis hanya untuk mengejar uang yang semu.

fbWhatsappTwitterLinkedIn