Hukum Menghina Ulama Dalam Islam dan Dalilnya

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Belakangan ini kian marak kita dengar orang-orang yang menghina ulama dan Islam. Kemudahan dalam bersosial media membuat mereka seolah memiliki kemerdekaan dalam menyuarakan ketidaksukaan dan kebencian mereka terhadap Islam.

Namun parahnya, olokan dan hinaan itu bukan hanya dari non Muslim saja, bahkan ada beberapa Muslim justru ikut mengolok-olok agama dan ulama mereka sendiri. Entah dimana letak hati dan logika mereka. Lalu bagaimana Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin memandang fenomena yang semakin mewabah ini?

Ada sebuah riwayat dari Abu ad-Darda’ berkata, aku pernah mendengar Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan uang dinar dan tidak juga dirham. Mereka itu hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil peruntungan yang sangat banyak”. [HR Abu Dawud: 3641, 3642, at-Turmudziy: 2683, Ibnu Majah: 223, Ahmad: V/ 196 dan Ibnu Hibban. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy shahih].

Baca juga:

Allah juga berfirman : “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” ( Q.S. al-Mujadilah : 11).

Para ulama adalah orang-orang berilmu yang menjadi penerus dakwah para nabi. Kedudukan dan keimanan mereka tentunya lebih tinggi dan mulia dibandingkan dengan manusia pada umumnya.

Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bukan termasuk ummatku, siapa yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda dan mengetahui hak-hak orang alim.”

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih”. (Q.S. Al Hujurat :12)

Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa Allah melarang kita untuk melakukan ghibah dalam Islam. Ghibah pada sesama manusia saja dilarang, apalagi jika menghina para ulama yang jelas-jelas kedudukannya telah ditinggikan Allah SWT.

Sedangkan ghibah adalah salah satu dosa besar dalam Islam. Naudzubillaminzalik.

Dari Mush’ab bin Abdillah berkata, “Abu Abdillah bin Mush’ab Az-Zubairy mengabarkan padaku, Berkata kepadaku Amirul Mukminin Al-Mahdy, “Wahai Abu Bakr, apa yang kau katakan tentang orang yang merendahkan sahabat Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam?”. Aku berkata, ”Dia orang zindiq”. Dia berkata, “Aku belum pernah dengar seorangpun berkata demikian sebelummu.”

Aku berkata, “Mereka adalah kaum yang ingin merendahkan Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam maka mereka tidak menemukan seorangpun dari umat ini yang mengikuti mereka dalam hal ini. Maka mereka merendahkan para sahabat di sisi anak-anak mereka, dan mereka di sisi anak-anak mereka, seakan-akan mereka mengatakan,

“Rasulullah ditemani oleh para sahabat yang jelek, betapa jelek orang yang ditemani oleh orang-orang yang jelek”. Maka dia berkata, “Tidaklah aku melihat kecuali seperti apa yang engkau katakan”

Baca juga:

Dari Ubadah bin ash-Shamit bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda

“Tidak termasuk umatku orang-orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dari kami, menyayangi yang lebih muda dari kami, dan tidak mengetahui hak seorang ulama”. (H.R Ahmad: V/ 323 dan al-Hakim. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Hasan)

Sungguh Rasul teramat marah terhadap mereka yang menghina para ulama dan orang-orang shaleh. Kebencian mereka yang selalu menghina Islam dan para ulama sesungguhnya menjebloskan diri mereka sendiri ke dalam kekufuran.

Setelah menghina ulama, mereka pun justru berilmu dengan orang bodoh yang mengaku diri sebagai ulama. Tanpa bertabayyun terhadap berita palsu berisi hinaan terhadap ulama yang beredar, maka mereka pun ikut menjadi orang yang tersesat dalam kedunguan.

Layaknya bola salju yang bergulir dari atas gunung, semakin lama semakin besar, seperti itulah fenomena para pencaci ulama saat ini. Bukannya semakin sedikit justru semakin banyak. Dalam kiamat menurut Islam, hal ini merupakan tanda-tanda akhir zaman.

Sebagaimana  diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata : “Di antara tanda-tanda Kiamat… at-Tuhuut ada di atas al-Wa-’uul”, apakah demikian kamu mendengarnya diri Nabi wahai ‘Abdullah bin Mas’ud?” Beliau menjawab, “Betul, demi Rabb Ka’bah,” kami bertanya, “Apakah at-Tuhuut itu?” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang hina, dan orang dusun yang diangkat di atas orang-orang shalih, sementara al-Wa’uul adalah penghuni rumah yang shalih.

Diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh dengan tipuan, seorang pembohong dibenarkan dan seorang yang jujur dianggap berbohong, seorang pengkhianat dipercaya dan seseorang yang dipercaya dianggap khianat, dan saat itu Ruwaibidhah akan berbicara.”

Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah Ruwaibidhah itu?” Beliau menjawab, “Ia adalah orang bodoh yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).

Baca juga:

Munculnya para ulama palsu yang menggiring para pengikutnya untuk mencaci dan menghina ulama yang sesungguhnya merupakan salah satu ciri-ciri akhir zaman. Bahkan tidak sedikit para pemimpin yang justru mengangkat ulama palsu sebagai penasihat mereka dalam memimpin suatu daerah.

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radliyallahu anhuma berkata, aku pernah mendengar Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

”Allah tidak akan mencabut ilmu dengan mencabutnya dari manusia. Sebaliknya Allah mengambilnya dengan cara mewafatkan para ulama sehingga tidak tersisa walaupun seorang. Manusia mengangkat orang bodoh menjadi pemimpin. Apabila mereka ditanya, merekapun berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan”. (HR al-Bukhoriy: 100, 7307, Muslim: 2673, Ibnu Majah: 52 dan at-Turmudziy: 2652. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih)

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebiasaan berburuk sangka, karena sesungguhnya sebagian dari berburuk sangka adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan jangan pula sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?.

Tentu, kalian tidak menyukainya. Dan takutlah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang’. (Q.S. al-Hujurat/ 49: 12).

Perbuatan menghina ulama merupakan salah satu dosa besar yang dibenci oleh Allah maupun Rasul. Hendaknya kita selalu memperkuat keimanan kita agar tidak mudah terhasut akan kebodohan yang disebar oleh musuh-musuh Islam. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita. Aamiin.

fbWhatsappTwitterLinkedIn