Hukum Mengadzankan Jenazah Dalam Islam dan Dalilnya

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kematian adalah hal yang pasti dan menjadi rahasia Allah SWT. Dalam Islam, pengurusan jenazah adalah hal yang wajib dilakukan dengan baik dan sesuai dengan syariat Islam. Layaknya menghormati manusia selagi masih hidup, mengurus jenazah juga harus dilakukan dengan adab-adab menghargai si mayit.

Namun terdapat salah satu kebiasaan yang dianggap sunnah dalam pengurusan jenazah, yakni mengadzankan jenazah. Banyak masyarakat yang melakukan hal ini dengan anggapan bahwa jika lahir diadzankan maka meninggal pun harus diadzankan. Namun bagaimana sebenarnya hukum mengadzankan jenazah dalam Islam?

Tidak Ada Tuntunan dalam Syariat Perihal Mengadzankan Jenazah

Mengenai hal ini, Ibnu Hajar Al Haitsaimi rahimahullah pernah ditanya pertanyaan yang senada. Beliau menjawab,

هو بدعة، ومن زعم أنه سنة عند نزول القبر قياساً على ندبها في المولود إلحاقاً لخاتمة الأمر بابتدائه فلم يصب، وأي جامع بين الأمرين، ومجرد أن ذاك في الابتداء وهذا في الانتهاء لا يقتضي لحوقه به.

“Perbuatan tersebut tidak ada tuntunan dalam syariat. Siapa yang menyangkanya sebagai sunah yang dilakukan ketika turun ke liang kubur, karena meng-qiyaskan dengan anjuran mengadzani bayi yang baru lahir, sebagai bentuk penyamaan antara akhir kehidupan dengan awal kehidupan, maka dia telah keliru. Dimana sisi kesamaannya sehingga bisa dikaitkan?! Semata – mata ini dilakukan di awal, kemudian yang ini dilakukan di akhir, tidak bisa kemudian dianalogikan seperti itu.” (Al-Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubro 3/24).

Baca juga:

Larangan Adzan dan Iqamah di Kuburan

Begitu pula dengan penjelasan yang disampaikan oleh Lajnah Dâ-imah (Komisi fatwa ulama Arab Saudi) yang telah ditanda tangani oleh Syaikh Abdulaziz bin Baz, Syaikh Abdurrazaq Afifi, Syaikh Abdullah Ghudyan dan Syaikh Abdullah bin Qu’ud,

لا يجوز الأذان ولا الإقامة عند القبر بعد دفن الميت ، ولا في القبر قبل دفنه ؛ لأن ذلك بدعة محدثة..

“Tidak boleh adzan dan iqamah di kuburan setelah menguburkan mayit, atau sebelumnya. Karena perbuatan ini tidak ada tuntunannya dan termasuk perkara baru dalam agama” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Dâ-imah Li Al-Ifta’ 9/72).

Berkata Syeikh Shalih bin Fauzan:

أما بعد خروج الروح فإن الميت لا يلقن لا قبل الدفن ولا بعد الدفن، ولم يرد بذلك سنة صحيحة عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ فيما نعلم، وإنما استحب تلقين الميت بعد دفنه جماعة من العلماء، وليس لهم دليل ثابت عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ لأن الحديث الوارد في ذلك مطعون في سنده، فعلى هذا يكون التلقين بعد الدفن لا أصل له من سنة الرسول صلى الله عليه وسلم، وإنما قال به بعض العلماء اعتمادًا على حديث غير ثابت .
فالتلقين بعد الدفن لا أصل له في السنة، وإنما التلقين المشروع هو عند الاحتضار، لأنه هو الذي ينفع المحتضر ويعقله المحتضر لأنه مازال على قيد الحياة ويستطيع النطق بهذه الكلمة وهو لا يزال في دار العمل، أما بعد الموت فقد انتهى العمل .

“Adapun setelah keluarnya nyawa maka mayit tidak ditalqin, apakah sebelum dikuburkan atau setelahnya, dan setahu kami tidak ada hadist yang shahih dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam permasalahan ini. Hanya saja sebagian ulama menganjurkannya setelah mayit dikubur, namun mereka tidak memiliki dalil yang tetap dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena hadist yang mereka jadikan dalil ada pembicaraan dalam sanadnya, oleh karena itu talqin setelah mayit dikuburkan adalah tidak ada asalnya dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hanya sebagian ulama menganjurkan karena berpegang pada hadist yang tidak tetap.”

Baca juga:

Talqin Setelah Penguburan Tidak Ada dalam Sunnah

“Jadi talqin setelah penguburan tidak ada asalnya di dalam sunnah, dan talqin yang disyariatkan adalah ketika mau meninggal, karena itulah yang bermanfaat bagi orang yang mau meninggal dan bisa dia pahami sebab dia masih hidup dan mampu mengucapkan kalimat ini, dan dia masih di negeri amal, adapun setelah mati maka amal sudah selesai” (Al-Muntaqa min Fatawa Al-fauzan no: 131).

Tidak ada Rasul mencontohkan untuk mengadzankan jenazah saat menguburkannya sehingga amalan tersebut termasuk bid’ah. Sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ

“Kebiasaan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketika usai menguburkan jenazah, beliau berdiri di dekat kuburnya kemudian bersabda, “Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian dan doakan supaya dia diberikan keteguhan. Karena sekarang ini dia sedang ditanya”. (HR Abu Dawud).

Ibnul Qosim rahimahullah dalam Hasyiah Ar Raudh Al Murbi’ menyatakan,

وقال ابن المنذر رحمه الله : “قال بمشروعيته ـ الدعاء ـ الجمهور ، وقال الآجري وغيره : يستحب الوقوف بعد الدفن قليلاً ، والدعاء للميت

Ibnul Mundzir rahimahullah berkata, “Pendapat disyariatkan doa untuk mayit (setelah menguburkan) adalah pendapat mayoritas ulama.”

Al-Ajurri dan yang lainnya mengatakan, “Dianjurkan berdiri sejenak setelah menguburkan, lalu mendo’akan mayit.”

Adzan dan Iqamah dalam Perjalanan Menuju Pekuburan Hukumnya Sunnah

Syekh Ibrahim al-Baijuri dalam Hasyiyah al-Baijuri menjelaskan:

ويسن الأذان والإقامة أيضا خلف المسافر ولا يسن الأذان عند إنزال الميت القبر خلافا لمن قال بسنيته قياسا لخروجه من الدنيا على دخوله فيها قال ابن حجر ورددته في شرح العباب لكن إن وافق إنزاله القبر بأذان خفف عنه في السؤال

“Disunnahkan azan dan iqamah saat melakukan perjalanan dan tidak disunnahkan azan ketika menguburkan mayat. Pendapat ini berbeda dengan ulama yang mensunnahkan azan karena menyamakan hukumnya dengan mengazankan anak yang baru lahir. Ibnu Hajar berkata, saya menolaknya dalam Syarah al-‘Ubab, akan tetapi jika penguburan mayat disertai azan, maka mayat diringankan dalam menjawab pertanyaan di dalam kubur”

Baca juga:

Dianjurkan untuk Menuntun Seseorang Mengucapkan Kalimat Tauhid Saat Sakratul Maut

Sedangkan ketika seorang manusia sedang salam keadaan sakaratul maut, maka dianjurkan untuk menuntunnya mengucapkan kalimat tauhid.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لقنوا موتاكم لا إله إلا الله

Talqinlah (tuntunlah) orang yang mau meninggal (untuk mengucapkan) Laa ilaaha illallah.” (HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudry)

Berkata An-Nawawy:

مَعْنَاهُ مَنْ حَضَرَهُ الْمَوْت ، وَالْمُرَاد ذَكِّرُوهُ لَا إِلَه إِلَّا اللَّه لِتَكُونَ آخِر كلامه

“Maknanya: Orang yang sedang didatangi kematian, maksudnya: Ingatkan dia laa ilaaha illallah supaya itu menjadi akhir ucapannya.” (Syarh Muslim 6/219)

Beliau shallalllahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

Barangsiapa yang ucapan terakhirnya “laa ilaaha illallah” maka akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud, dari Mua’dz bin Jabal, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany).

Baca juga:

Ketika paman beliau Abu Thalib mau meninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk beliau dan menalqinnya seraya mengatakan:

أي عَمِّ، قل لا إله إلا الله، كلمةً أُحَاجُّ لك بها عند الله

Wahai pamanku, katakanlah laa ilaaha illallahu, sebuah kalimat yang aku akan berhujjah dengannya untukmu disisi Allah.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Itulah penjelasan singkat mengenai hukum mengadzankan jenazah dalam Islam. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

fbWhatsappTwitterLinkedIn