Sebagian orang mungkin menganggap wanita sebagai racun dunia. Namun dalam islam, wanita diibaratkan layaknya perhiasaan dunia. Wanita itu adalah sosok yang istimewa. Mereka begitu tegar dan kuat. Namun di sisi lain, mereka bisa berubah menjadi sangat rentan serta rapuh. Hal ini dikarenakan wanita cenderung menggunakan perasaan dibandingkan logika. Menurut penelitian, kadar produksi hormon dalam tubuh wanita juga sering mengalami perubahan (misalnya saja ketika hamil dan menstruasi), itulah mengapa wanita sangat mudah moody serta gampang emosional.
Lantas, bagaimana sebaiknya sikap laki-laki dalam menghadapi sikap wanita yang demikian? Apabila seorang istri melakukan kesalahan, bolehkah suami membentaknya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, lebih lanjut simak ulasan mengenai hukum menyakiti wanita dalam islam dibawah ini. Check it out!
Baca Juga:
- Menjadi Muslimah yang Baik
- Kodrat Wanita dalam Islam
- Cara mempercantik diri menurut islam
- Wanita dalam islam
- Kecantikan wanita dalam Islam
Hukum Menyakiti Hati Wanita di dalam Al – Qur’an
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alayhi Wasallam bersabda: “Berbuat baiklah kepada Wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari Tulang Rusuk, dan sesungguhnya Tulang Rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka sikapilah para Wanita dengan baik.” (HR al- Bukhari)
Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berbuat kasar kepada wanita. Seorang wanita memiliki perasaan yang lembut dan sangat mudah tersentuh. Sedikit saja mereka disakiti maka mereka akan sakit hati. Maka itu, wanita harus diperlakukan secara baik. Apabila wanita melakukan kesalahan, jangan dihadapi dengan kemarahan yang keras. Percuma, perilaku itu tidak akan membuatnya patuh justru wanita akan semakin memberontak dan sedih.
Baca juga:
A. Hukum Menyakiti Hati Istri
Hanya karena kedudukan suami sebagai kepala keluarga, bukan berarti ia bebas membentak dan memukul istrinya. Selama istrinya tidak melakukan dosa yang fatal, sebaiknya suami memaafkan. Karena bagaimanapun juga tidak ada manusia yang sempurna. Jangan hanya diingat buruk-nya saja. Tapi ingatlah juga kebaikan-kebaikan istri yang telah merawatmu, menghidangkan makanan, mencuci pakaianmu, dan mendidik anak-anakmu. Lalu bagaimana jika istri berbuat dosa yang melanggar syariat agama (seperti berselingkuh), Allah SWT telah menjelaskan jawabannya dalam surat An-nisa ayat 34 yang artinya:
“…Wanita-wanita yang kalian khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, dan jauhilah mereka di tempat tidur, dan pukullah mereka. Jika mereka menaati kalian, janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. An-nisa:34)
Dari ayat diatas, ada 3 hal yang boleh dilakukan suami saat ia merasa diperlakukan tak adil oleh istrinya:
- Menasehati istri dengan tutur kata yang baik.
- Apabila istri tidak bisa dinasehati, maka suami boleh mendiamkannya (pisah ranjang).
- Jika masih tidak digubris, barulah suami boleh memukul istrinya dengan syarat pukulan itu tidak boleh menimbulkan cedera, tidak boleh memukul diwajah. Tidak boleh memukul dengan tongkat dan benda lain yang keras. Pukulan cukup dilakukan dengan tangan dan tidak untuk menyakiti. Melainkan hanya sebagai pelajaran. Perlu diingat bahwa pukulan ini menjadi opsi terakhir apabila istri benar-benar tidak bisa intropeksi diri. Karena bagaimanapun juga Rasulullah Saw juga tidak menyukai laki-laki yang berbuat kasar, sebagaimana sabdanya: “Apakah pantas, salah seorang di antara kalian memukul istrinya seperti seorang budak tetapi kemudian menggaulinya di penghujung malam?”
Allah SWT menganjurkan seorang suami untuk bersabar menghadapi istrinya, sebagaimana firmannya:
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Q.S.al-Nisa: 19)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hukum menyakiti hati wanita tidak boleh. Suami wajib memperlakukan istrinya dengan baik kecuali si istri melakukan perbuatan sangat keji.
Baca juga:
- Kewajiban dalam Rumah Tangga
- Kewajiban Istri Terhadap Suami dalam Islam
- Kewajiban Wanita Setelah Menikah
- Ciri Wanita yang Baik untuk Dinikahi Menurut Islam
- Tips menjadi Istri Salehah
B. Hukum Menyakiti Hati Ibu
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Dosa-dosa besar yang paling besar adalah: syirik kepada Allah, membunuh, durhaka kepada orang tua, dan perkataan dusta atau sumpah palsu” (HR. Bukhari-Muslim dari sahabat Anas bin Malik)
Hadist diatas sudah cukup menjelaskan bahwa anak berkewajiban berbakti pada orang tuanya, yang mana termasuk ibu. Berbakti disini berarti memperlakukan ibu dengan baik, mentaati perintahnya, dan tidak mengucapkan sesuatu yang menyakiti hatinya. Bahkan mengucapkan “Ah” saja dilarang oleh islam. Sebagaimana dijalaskan dalam Al Quran:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa’:23)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menyakiti hati seorang wanita-yang telan menjadi ibu) adalah dosa besar dan bisa menjerumuskan anak tersebut ke dalam api neraka.
Baca juga:
- Kewajiban anak laki-laki terhadap ibunya setelah menikah
- Ibu rumah tangga dalam islam
- Ibu tiri dalam islam
- Keutamaan doa seorang ibu
C. Hukum Menyakiti Hati Wanita (Secara Umum)
Walaupun tidak berstatus sebagai seorang istri ataupun ibu, wanita tetap dipandang mulia oleh islam. Laki-laki tidak boleh menyakiti hati wanita seenaknya saja. Menyakiti perasaan wanita adalah tindakan yang keterlaluan. Wanita mudah jatuh dalam rayuan laki-laki. Apabila laki-laki mempermainkannya, tentu perilaku itu sangat dilarang.
Menyakiti hati wanita termasuk dalam kategori perbuatan menyakiti orang lain. Sedangkan Allah SWT memerintahkan umatnya untuk berbuat baik terhadap sesama, sebagaimana firmannya: “Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakan salat dan tunaikanlah zakat.” (QS. Al-Baqarah: 83)
Serta dalam surat An-Nahl ayat 90: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An-Nahl:90)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menyakiti hati wanita dalam islam tidak ada tuntutannya. Terlebih lagi jika itu dilakukan tanpa alasan yang jelas maka hukumnya tidak diperbolehkan.
Baca juga:
Kedudukan Wanita Dalam Islam
“Sesungguhnya dunia ini seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholihah.” (HR. Ahmad)
Sebelum kita membahas perihal hukum menyakiti hati wanita, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu bagaimana kedudukan wanita dalam islam. Wanita tentu sangatlah dimuliakan oleh Allah SWT. Bahkan, tak tanggung-tanggung, Allah SWT juga memasukan surat khusus dengan nama An-nisaa’ yang berarti “wanita” dalam Al-Quran . Nah, dibawah ini beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh seorang wanita:
- Ketika masih kecil: Pintu surga untuk orang tuanya
Ketika masih kecil, anak perempuan bisa menjadi pintu surga bagi orang tuanya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “…Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudia dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka” (H.R Muslim)
Dijelaskan pula oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku”. Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau. (HR Muslim)
Baca juga:
- Kewajiban Anak Perempuan Terhadap Orang Tua setelah Menikah
- Wanita dalam Pandangan Islam
- Wanita yang Baik Menurut Islam
- Ketika menjadi istri: Penentram hati suami
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Qs. Ar. Ruum: 21)
Setinggi apapun jabatan, sebanyak apapun harta kekayaan, kehidupan seorang lelaki tidak akan lengkap tanpa kehadiran seorang istri. Itulah mengapa Allah SWT menciptakan manusia saling berpasangan. Agar keduanya bisa merasa senang. Dan seorang istri yang solehah dan pengertian tentu akan menjadi penetram bagi suaminya.
Baca juga:
- Keluarga bahagia menurut islam
- Kunci rumah tangga bahagia
- Tips hidup bahagia menurut islam
- ciri-ciri istri shalehah
- Ketika menjadi ibu: Madrasah bagi anak-anaknya
Bukan sekolah, madrasah pertama seorang anak adalah ibunya. Dari ibu, anak belajar berbicara, membaca, berhitung, berjalan, dan sebagainya. Apabila ibu mampu memberikan pendidikan yang benar dan sesuai syariat agama, anak-anaknya bisa tumbuh menjadi pribadi yang berakhlakul karimah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang wanita adalah tiangnya negara, mereka adalah kunci pembentuk generasi masa depan. (Baca juga: mendidik anak perempuan–Cara mendidik anak dalam islam)
- Ketika menjadi ibu: Surga berada di telapak kakinya
Ketika wanita telah menjadi ibu, maka ia menjadi kunci surga bagi anak-anaknya. Apabila anak tersebut durhaka kepada ibunya dan tidak meminta maaf maka ia akan masuk neraka. Bahkan rezekinya di dunia pun disempitkan oleh Allah SWT. Nabi Muhammad Saw juga mengatakan bahwa anak harus berbuat baik kepada orang tuanya, dan yang lebih utama mendapatkan kebaikan tersebut adalah ibu, barulah kemudian ayah.
Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari-Muslim) (Baca juga: Keutamaan berbakti kepada orang tua–Anak durhaka dalam islam)
Cara Memperlakukan Wanita
Setelah mengetahui bahwa hukum menyakiti hati wanita dalam islam tidak diperbolehkan, lalu bagaimana cara memperlakukan wanita yang benar?
- Wanita adalah bagian dari laki-laki, ia tercipta dari tulang rusuk suaminya. Maka tugas suami adalah melindungi wanita (Baca juga:Membangun Rumah Tangga Dalam Islam)
- Laki-laki wajib memperingatkan seorang istri yang bersalah, namun tidak dengan membentak. Melainkan dengan tutur kata lembut dan sopan. Sebagaimana sabda rasulullah saw: “Orang perempuan itu seperti tulang rusuk, bila kamu memaksa dalam meluruskanya maka berarti kamu menghancurkanya, dan bila kamu hanya ingin bersenang-senang denganya maka kamu bisa merasa puas tetapi ia akan tetap begkok”
- Wanita tidak boleh dipukul pada wajahnya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw, dari Mu’awiyah bin Haidah ra. berkata : “wahai Rasulullah, apakah hak istri salah seorang di antara kami atas suaminya ?” Beliau menjawab : “kamu harus memberinya makan bila kamu makan, kamu harus memberinya pakaian bila kamu berpakaian, kamu tidak boleh memukul mukanya dan tidak boleh menjelek-jelekanya serta kamu tidak boleh mendiamkanya kecuali dalam rumah”. (Riwayat Abu Dawud)
- Seorang laki-laki harus bisa menghormati wanita (Baca juga: Larangan pacaran dalam islam)
- Laki-laki tidak boleh bersentuhan dengan wanita yang bukan muhrimnya
- Untuk seorang suami, ia diperintahkan memperlakukan istrinya dengan sabar, dipergauli secara baik, diberikan nafkah, pakaian dan tidak boleh menjelek-jelekan istri. Dari Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah bersabda:”Janganlah seorang mukmin (laki-laki) memarahi seorang mukminat (perempuan). Bila ia merasa tidak senang terhadap salah satu perangainya maka ada perangai lain yang menyenangkan. (Riwayat Muslim) (Baca juga: Kewajiban suami terhadap Istri dalam Islam)
Pada intinya, kita sebagai umat islam harus berbuat baik kepada sesama, terutama terhadap wanita. Dan sebaik-sebaiknya wanita adalah mereka yang sholehah, berakhlakul karimah, penyabar, menjaga sikap malunya, menjalankan rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, serta pelajari Hubungan Akhlak dengan Iman.
Baca juga: